Di Akhir Mimpi | Act I-Putih: Chapter I-Part 3

382 55 0
                                    

"Jujur saja aku tak tahu, bahkan para ahli permata di kota ini tak ada yang bisa mengatakan secara pasti jenis apa kristal ini. Sejauh yang bisa aku katakan hanyalah, aku menemukannya dari tumpukan rongsokan besi yang kubeli dari Dunia [Biru]."

"Dunia [Biru]?"

"Benar! Ah... ngomong-ngomong, bukankah kau seorang ras Manusia dari Dunia [Biru], nona? Kurasa seharusnya kau lebih tahu daripada aku."

Mendekatkan kristal itu ke wajahnya, Alicia mencoba mengamatinya lebih dekat. "Maaf, aku tak pernah melihat sesuatu seperti ini, tapi entah mengapa rasanya kristal ini terasa begitu familiar."

"Familiar?" Pengrajin itu bertanya-tanya.

"Aku akan mengambil ini." Gadis bermata safir itu segera menetapkan keputusannya.

"Hei apa kau yakin, nona? Bukankah sudah kubilang harganya tidak murah."

Mendengar itu, Alicia melenguh. "Aku memang tidak membawa uang sebanyak itu, tapi aku bisa memberikanmu cek yang bisa kau tebus di bank terdekat. Tak perlu takut, sebutkan saja berapa harga yang harus kubayar." Dengan pena dan kertas cek di tangannya, gadis manusia itu bersiap menulis angka yang akan disebutkan si pengrajin.

"Se-sepuluh... sepuluh juta Ori." Pengrajin itu mengatakannya dengan sedikit terbata. Segera, Alicia menuliskan jumlah yang disebutkan. Namun, saat akan membubuhkan tanda tangannya, secara tak terduga pengrajin itu malah berusaha menghentikan Alicia.

"Tunggu, nona, aku tidak bisa melakukan itu. Ah... kau tahu, kau tak perlu mengeluarkan sepeserpun untuk itu."

"Kenapa tiba-tiba sekali?"

"Uh... yah, bagaimana mungkin aku melabeli harga tak masuk akal untuk benda yang bahkan tak aku ketahui berapa nilainya. Aku juga tak ingin masuk penjara karena kasus penipuan, jadi... aku rasa kau bisa mengambilnya secara percuma."

Alicia hanya tersenyum, kemudian memberikan sobekan kertas cek seharga sepuluh juta ori yang telah ditandatanganinya kepada pengrajin itu. "Mungkin saat ini belum, tapi aku merasa bahwa aku akan mengetahuinya nanti. Bukankah aku sudah bilang jika kristal ini terasa sangat familiar bagiku? Ini, terimalah."

Pengrajin itu mulanya ragu, namun akhirnya dia menerima cek itu. "Baiklah, aku akan menerimanya tapi, tolong bawalah beberapa kerajinan lainnya."

"Itu tak perlu. Aku hanya akan mengambil ini." Mengatakan itu, Alicia kemudian pergi sembari membawa liontin itu digenggamannya.

"Hei! Jangan pergi dulu, nona!" Teriak pengrajin itu yang tak dihiraukan oleh si gadis yang terus berjalan pergi.

Puas berkeliling pasar, Alicia merasakan perutnya mulai lapar. Dia lalu menuju sebuah restoran yang menyajikan menu khas Kota Kreide.

"Fish Schnitzel, ikan berdaging putih yang digoreng hingga berwarna kuning keemasan, hum... kurasa aku akan memesan ini." Alicia mengangkat tangannya, memanggil pelayan untuk mengajukan pesanannya.

Sembari menunggu makanannya, gadis bermata safir itu memeriksa beberapa kisah yang sebelumnya dia dengar dari wanita penjual ramuan herbal. 'Cahaya dari tenggara' sebuah judul muncul berdasarkan kata kunci pencarian yang diketik Alicia di laman pencarian krom. Terdapat beberapa versi yang berbeda dengan judul yang sama, namun ada satu hal yang mengganjal di benak gadis itu.

"Mengapa asal kisah ini ditulis sebagai; unknown? Apa kisah ini sebenarnya bukan kisah lokal dari Dunia [Putih]?" Alicia kembali melakukan pencarian, namun tak lama kemudian segera mengurungkannya karena pelayan telah datang mengantar makanan pesanannya.

"Selamat menikmati hidangannya, nona." Ucap pelayan itu dengan sopan.

"Terima kasih."

Tangan-tangan kecil gadis penulis itu dengan terampil memotong Fish Schnitzel yang berwarna keemasan menjadi potongan-potongan kecil. Dia menjepitnya dengan garpu dan mengangkatnya masuk ke dalam mulutnya. Rasa gurih dan pedas dari bumbu langsung terasa di lidahnya, berpadu sempurna dengan tekstur renyah dari tepung roti yang melapisinya. Sensasi rasa yang luar biasa ini membuatnya mengeluarkan gumaman puas.

"Hmm..." Dengan wajah penuh kenikmatan, pipi yang menggembul, dan senyum kepuasan, Alicia menikmati setiap gigitannya. "Daging ikan yang lembut di bagian dalam, berbanding terbalik dengan bagian luarnya yang renyah. Ini benar-benar enak!"

Dia melanjutkan menyantap Fish Schnitzel dengan lahap, ditemani oleh salad segar dan saus tartar yang creamy. Setiap suapan terasa begitu sempurna, memuaskan rasa laparnya dan membangkitkan rasa bahagia.

Sekitar lima belas menit berlalu, Alicia menyelesaikan makan siangnya dan melakukan pembayaran. Dia kemudian menuju tujuan selanjutnya, sebuah toko pakaian yang sangat direkomendasikan bagi para pelancong di Kota Kreide, 'Stoff" namanya.

Dering lonceng kecil menyambut si gadis saat ia melangkah ke dalam Toko Stoff, mengantarkannya ke surga fashion yang penuh pesona. Aroma harum dari berbagai pakaian dengan bahan dan desain yang memukau memenuhi membangkitkan rasa ingin tahunnya untuk menjelajahi setiap sudut toko.

Di antara lautan pakaian yang dimiliki Toko Stoff, sebuah kotak kaca yang berada tepat di tengah toko, menarik perhatian Alicia. Di dalamnya terpajang manekin yang mengenakan setelan penyihir, yang mana terlihat begitu indah dan menawan di mata ungu safir gadis manusia itu.

Tunik yang panjangnya kira-kira mencapai setengah paha manekin itu, memiliki warna putih yang menjadi warna dasar setelan ini, dengan dihiasi garis-garis hijau dan emas di tepinya. Perpaduan warna ini bagaikan sentuhan alam dan kemewahan yang menyatu dengan indah. Potongan tuniknya yang longgar namun rapi memberikan keleluasaan bergerak, membuatnya ideal untuk perjalanan panjang. Di bagian pinggang, ikat pinggang hitam lebar melingkar erat, tak hanya menahan tunik agar tetap pada tempatnya, tetapi juga menambahkan elemen kontras yang menawan. Detail garis di lengan panjang tunik pun senada berwarna hijau dan emas di tepinya, menciptakan harmoni visual yang memukau.

Stocking berwarna hitam panjang di atas lutut melengkapi tunik dengan kesan modern dan fungsional. Memungkinkan kebebasan bergerak bagi seorang penyihir yang sering bepergian. Sepatu bot putih tinggi melewati mata kaki hingga setengah lutut, melengkapi penampilan serba putih dari atas ke bawah.

Setelan itu kemudian ditutup oleh outer berupa jubah bertudung dengan warna senada, putih dengan garis emas ditepi, yang menjuntai dengan indah hingga ke bagian pinggang. Dengan sebuah bros yang menjepit jubah di bagian dadanya menjadi sentuhan akhir yang sempurna, bagaikan simbol kekuatan dan keanggunan.

"Apa ada yang bisa saya bantu, nona?" Tanya seorang pelayan toko membuat Alicia berhenti menatap setelan itu, dan menanggapinya dengan senyuman.

"Maaf, bisakah Anda menjelaskan jenis pakaian apa ini?"

"Ya, tentu saja...." Dengan penuh kehati-hatian dalam memilih kata, pelayan itu menjelaskan berbagai hal kepada si gadis manusia.

"Singkatnya, setelan ini adalah salah satu buatan Toko Stoff dengan kulitas terbaik dari yang terbaik." Sebuah kesimpulan diutarakan oleh Alicia yang disejui pelayan itu dengan anggukan.

Tanpa berpikir panjang, si gadis yang telah jatuh hati dengan setelan di hadapannya, segera memutuskan untuk membeli setelan itu.

"Tolong kemas ini untukku." Pintanya kepada pelayan toko denganbersemangat.

Bersambung...


Update tiap hari SENIN sama JUMAT!

VOTENYA JANGAN LUPA!

copyright by ishtarvenus_

JANGAN DIJIPLAK!!!

Di Akhir MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang