Di Akhir Mimpi | Act I-Putih: Chapter II-Part 4

230 34 0
                                    

***

Fajar telah menyingsing sepenuhnya. Menampilkan semburat cahaya yang menembus jendela serta tirai tipis yang menyelimutinya, membangunkan si gadis manusia dari tidurnya di istana para peri.

"Semalam rasanya nyenyak sekali," Membuka dan mengatup mata yang menampilkan warna ungu safir milik si gadis, saat dengan lirih dia berkata pada dirinya yang dipenuhi kenyamanan.

Mengangkat tubuhnya dan duduk sembari mengusap mata yang masih mengantuk, Alicia kemudian berdiri dan pergi ke kamar mandi.

Setelah membasuh wajah dan menggosok giginya, gadis manusia itu mengenakan setelan baju latihan yang telah disiapkan oleh Kamelie, gadis pelayan yang kemarin mengantarnya ke kamar tamu di Istana Marmorpalast.

Setelan yang dilengkapi dengan jubah yang tak terlalu besar sebagai penutupnya, terasa begitu nyaman saat dikenakan.

.

"Tok... tok... tok...."

Suara ketukan pintu mengalihkan fokus Alicia yang sedang menata diri di hadapan cermin.

"Ini Kamelie, saya membawakan sarapan untuk Nona." Suara si gadis pelayan terdengar dari balik pintu.

Segera, Alicia kemudian memberikan izin untuk masuk.

Pintu kamar yang ditempati gadis manusia itu pun terbuka, dan Kamelie masuk dengan membawa sebuah nampan berisi makanan.

Gadis pelayan itu menata satu persatu isi dari nampan yang dia bawa, ke atas meja kecil yang dikhususkan untuk menikmati hidangan.

Satu piring yang tadinya kosong, telah terisi dengan sayur mayur yang tercampur rata dengan saus mayonnaise dan beberapa tambahan seperti telur dan irisan daging. Di sampingnya, dua set sendok dan garpu tergeletak rapi. Dimana salah satunya digunakan sebagai cadangan, apabila satu set lainnya secara tidak sengaja mengalami keadaan yang memaksanya untuk diganti.

Setelah penataan telah selesai, Kamelie berdiri dengan tenang, menunggu Alicia menyelesaikan makanannya.

Namun, beberapa menit berlalu dan Alicia hanya menatap makanan itu tanpa menyentuhnya. Apa yang dilakukan oleh gadis manusia itu, tentu membuat Kamelie merasa heran.

"Maaf, Nona. Jika Nona tidak berkenan dengan menu makanan pagi ini, saya bisa membuatkan masakan yang sesuai dengan keinginan Nona sekarang juga." Kamelie menawarkan dengan sedikit membungkuk.

"Angkat kepalamu."

Suara itu terdengar hangat namun tegas.

Kamelie yang masih tertunduk, terdiam sejenak. Keraguan untuk melakukan intruksi Alicia, tentu menjadi alasannya.

"Duduklah, aku merasa tak nyaman jika ditunggui seperti itu."

Suara si gadis manusia dengan nada yang sama kembali terdengar. Akan tetapi, gadis High-Elf yang merupakan seorang pelayan istana itu, masih belum juga mengangkat kepalanya.

Bagi Kamelie, tindakan Alicia yang ramah dan bersahabat sangat berbeda dengan bagaimana dia membayangkan seorang ras Manusia, dan bagaimana dia membayangkan perlakuan umum orang-orang pada seorang pelayan.

"Ayo, duduklah," Alicia mengulangi ajakannya dengan nada yang tak berubah.

Pada permintaan tamu istana yang ketiga kalinya, Kamelie pun akhirnya menuruti perintah Alicia. Mengangkat tubuhnya dan kemudian mengangguk, dia lalu duduk di hadapan si gadis manusia.

Seketika rasa canggung menyelimuti diri si gadis pelayan, seperti jaring laba-laba tipis yang menjerat hatinya. Mulanya, dia berusaha menyangkal rasa itu, meyakinkan diri bahwa dia hanya mematuhi perintah tuannya.

Di Akhir MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang