"Revan."
Langkah Revan terhenti saat mendengar suara cewek memanggil namanya. Ia menolehkan kepalanya tanpa membalikan tubuhnya.
Tania tersenyum manis melihat Revan menghentikan langkahnya saat ia memanggilnya. Ia mempercepat langkahnya untuk mendekati cowok itu.
"Aku tadi buatin nasi goreng buat kamu, Van. Kamu terima, ya." Tania menyodorkan paper bag yang berada di tangannya pada Revan. "Makan, aku harap kamu suka sama masakan aku."
Revan hanya menatap datar paper bag yang berada di tangan Tania. Cewek itu harap-harap cemas, takut Revan menolaknya atau justru memakinya karena tlah mendekati cowok itu. Ia melirik sekitar, ternyata banyak murid yang memperhatikannya sambil berseliweran. Bahkan ada yang sengaja berhenti melangkah hanya untuk memperhatikannya. Tania menggigit bibir bawahnya gugup, ia berharap bahwa Revan menerimanya. Agar dirinya tidak malu di depan banyak murid seperti ini.
"Buat gue?" tanya Revan memastikan.
Tania mengangguk. Lalu, senyumnya kembali mengembang kala tangan kekar Revan menerima paper bag yang disodorkan olehnya.
"Makasih," ucap cowok itu datar.
Tania mengangguk pelan, nyaris memekik jika saja tidak ingat dirinya harus menjaga image di depan Revan.
"Aku harap kamu suka sama masakan aku. Kalo kamu mau, aku gak keberatan, kok, kalo semisal tiap hari masakin sarapan buat kamu," ujar Tania yang belum apa-apa sudah merasa masakannya enak saja. Sampai menawarkan jasa menjadi Cheff dadakan buat Revan.
Reva yang baru saja lewat mendengar percakapan itu berdecih sinis.
Revan melirik Reva yang hanya melewatinya saja tanpa meliriknya sama sekali.
"Boleh. Gue juga kalo pagi gak sempet sarapan. By the way, thank's, Tania," balas Revan dengan sengaja.
Reva yang belum terlalu jauh masih bisa mendengarnya. Tanpa sadar tangannya terkepal kuat, ia hampir saja berbalik untuk menghampiri Revan yang saat ini bersama Tania. Namun, ia cukup sadar diri bahwa dirinya tidak mempunyai hak. Ia bukan siapa-siapa lagi untuk Revan.
_o0o_
Kenzie datang menghampiri Reva yang duduk bersama Ara disalah satu meja di kantin. Gadis itu menatap penasaran pada Kenzie yang datang tidak sendirian, melainkan bersama temannya, yaitu Andra."Hai," sapa Kenzie pada Reva dengan senyuman manis yang menghiasi wajah tampan cowok itu.
Jika, Revan memiliki ketampanan khas seorang badboy yang memiliki daya tarik tersendiri dari mulai gaya rambutnya yang tidak disisir rapi, seragamnya yang berantakan tidak mencerminkan seorang murid, dan kelakuan lainnya yang melanggar peraturan menjadikan dirinya digandrungi oleh cewek-cewek. Oh, satu lagi wajahnya yanh selalu datar membuatnya terlihat sangar.
Sedangkan, Kenzie sama-sama memiliki wajah tampan yang sederhana. Sederhana di sini wajah Kenzie terlihat lebih kalem. Kenzie juga orang yang ramah, tutur katanya yang sopan. Seragamnya yang selalu rapi, rambutnya disisir begitu rapi, dan terakhir senyuman yang selalu menghiasi wajah tampannya.
"Reva, aku boleh, kan' duduk di sini?" Ara buru-buru menyenggol lengan Reva yang tadi melamun semenjak kedatangan Kenzi bersama Andra.
Reva tersadar, cewek itu tersenyum kikuk menatap Kenzie dan Andra secara bergantian.
"Oh, boleh, kok. Silakan duduk." Reva mempersilahkan keduanya untuk duduk di bangku yang berada di hadapan Reva.
"Makasih," ucap Kenzie dengan senyuman. Diikuti oleh Andra dengan anggukan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO UNTUK REVA
Teen FictionSemua orang itu punya masa lalu, baik itu tersimpan sebagai kenangan atau justru rasa sakit yang tak terlupakan. Namun, bagi Revano Giantara masa lalu yang ia rasakan merupakan sebuah kehancuran yang membawanya pada kegelapan tanpa cahaya sedikitpun...