Sesusai berbicara dengan perawat yang tadi memeriksa Reva. Kenzie, memilih kembali ke kantin untuk membelikan Reva makan. Meskipun, di UKS sudah menyediakan roti dan teh hangat untuk murid yang sedang sakit. Tapi, bagi Kenzie itu saja tidak cukup. Reva perlu mengisi perutnya dengan nasi, bukan sekedar roti yang menurutnya hanya pengganjal perut bukan makanan pokok.
Ia melangkah menyusuri koridor. Semua murid yang berpapasan dengan Kenzie lantas berbisik, membuat cowok dengan badge Ketua Osis itu mendengus bosan. Semenjak dirinya dekat dengan Reva, hal itu sudah menjadi hal biasa untuknya. Ia tidak pernah merasa terganggu, karena Kenzie selalu mengabaikan hal yang menurutnya tidak penting. Ia tetap meneruskan langkahnya sampai akhirnya ia sampai di kantin.
Suasana kantin cukup lenggang tidak seperti sebelumnya ia menemui Reva yang tengah dirundung oleh beberapa murid termasuk Tania yang menjadi akar permasalahannya.
Pendar mata Kenzie berpencar mencari pedagang soto langganannya. Mungkin, membelikan Reva soto sama nasi cocok untuk mengisi perut Reva yang saat ini masih pingsan di kantin. Ia menarik tungkai kakinya mendekati pedagang soto yang dipenuhi antrean para murid. Cowok itu mendekati sang penjual dan mengucapkan pesanannya. Lalu, berbalik untuk duduk di meja kantin untuk menunggu pesanannya.
Baru saja mendaratkan bokongnya di kursi, matanya menangkap keberadaan cewek yang sangat ia kenali. Ara, sahabat Reva. Cewek itu duduk di meja yang sama dengan Tania dan Diana. Cewek itu tampak tertawa bersama kedua cewek yang menjadi penyebab Reva pingsan.
Ia kembali beranjak, mendekati meja mereka. Tatapannya menyiratkan kebingungan dan kekesalan. Bingung dengan Ara yang duduk bersama Tania dan Diana. Kesal, karena cewek itu masih bisa tertawa disaat Reva sedsng pingsan di UKS. Ia yakin, Ara tahu bahwa Reva pingsan. Karena, berita itu sudah menyebar seantero sekolah. Jika, menyakut pergosipan SMA Barawijaya tidak perlu diragukan lagi. Gosip itu akan menyebar luas dengan begitu mdah dan cepat.
"Ara?" Suara Kenzie mengintrupsi obrolan ketiga cewek itu. Seketika, Tania yang tengah bercerita reflek mengatup mulutnya. Begitupun dengan Diana yang langsung menunduk menatap bakso yang tersisa kuahnya saja.
Ara melirik Kenzie sekilas, lalu dengan cepat kembali melanjutkan makannnya. Kenzie menangkan raut terkejut dari Ara.
"Lo ngapain di sini?" Kenzie kembali berbicara saat tidak mendapati respon dari sahabat Reva ini.
"Lo gak liat gue lagi apa?" Bukannya menjawab, Ara malah balik bertanya dengan nada ketus.
Kenzie tampak tak suka dengan jawaban Ara yang tidak seperti biasanya.
"Lo tau Reva pingsan?" Kenzie bertanya hal lain. Netra Kenzie tampak mengunci tatapan Ara yang salah tingkah di tempat.
"Terus?" balas Ara memberanikan diri membalas tatapan Kenzie.
Kenzie menganga tak percaya dengan balasan acuh Ara mengenai Reva yang pingsan di UKS. Ia nyaris tak mengenali cewek itu, karena perubahan sikap Ara yang berhasil membuat dirinya emosi seketika.
"Lo berubah!" ucap Kenzie dengan intonasi dingin.
Tania dan Diana yang sedari tadi pura-pura fokus pada makanannya. Reflek mendongak untuk menemukan ekspresi Kenzie saat berbicara dengan nada dingin. Kedua cewek, ralat ketiganya termasuk Ara terkejut mendengar perubahan nada bicara Kenzie— cowok yang terkenal humoris dan ramah itu.
"Gara-gara foto itu?" lanjut Kenzie tanpa sadar nada bicaranya naik satu oktaf. Membuat beberapa murid yang mendengarnya, mengalihkan pandang ke arahnya.
Senyum sinis Kenzie layangkan pada Ara.
"Lo kenal berapa lama sama Reva? Lo tau tabiat dia kaya apa? Kenapa lo lebih percaya sama dua manusia setan ini dibandingkan sahabat lo sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO UNTUK REVA
Novela JuvenilSemua orang itu punya masa lalu, baik itu tersimpan sebagai kenangan atau justru rasa sakit yang tak terlupakan. Namun, bagi Revano Giantara masa lalu yang ia rasakan merupakan sebuah kehancuran yang membawanya pada kegelapan tanpa cahaya sedikitpun...