Suara tepuk tangan begitu meriah saat Albian berpidato singkat di atas podium. Reva menyaksikan Ayahnya yang terlihat berwibawa di atas sana, aura kepemimpinan begitu menguar dalam diri Albian. Decakan kagum lolos dari bibir cewek itu.Kenzie yang duduk di sampingnya tersenyum melihat binar bahagia yang terpancar dari kedua mata Reva.
"Reva," panggil Kenzie membuat perempuan itu menoleh.
"Makasih, udah ngajak aku ke acara Papa kamu," ujar Kenzie tulus. Ia begitu bahagia saat Reva meminta dirinya datang ke acara yang diadakan oleh Albian di salah satu hotel berbintang.
Reva tersenyum manis. "Cuma ngajak, lho, Ken. Gak usah lebay kaya gitu, deh!" Reva pura-pura berdecak kesal.
Kenzie tidak bisa menahan rasa gemasnya terhadap cewek itu. Ia ingin mengacaukan rambut Reva, tapi ia tidak ingin merusak tatanan rambut Reva yang sudah rapi. Jadi, ia memilih mencubit pipi Reva dengan gemas.
"Sakit, Ken," ringis Reva mengusap pipinya. Sedangkan Kenzie tertawa kecil.
Reva yang tidak terima lantas mencubit pinggang Kenzie membuat cowok itu meringis dibuatnya. Kali ini Reva yang tertawa melihat ekspresi kesakitan Kenzie.
Dari kejauhan, Revan memperhatikannya dengan rahang mengetat. Sedari tadi ia ingin menghampiri Reva, tapi seperti ada tali tak kasat mata yang mengikat kakinya sehingga tidak bisa pergi kemana-mana.
Berbicara tentang Reva tadi, mereka benar-benar berkenalan seperti orang yang baru saja bertemu. Reva yang pertama kali mengulurkan tangan untuk berkenalan, sedangkan dirinya hanya mengikutinya saja. Jujur perasaannya kian kacau mendapati sikap Reva yang seolah tak mengenal dirinya. Padahal mereka lebih dari kaya kenal.
Apakah sebegitu bencinya Reva padanya? Sehingga tidak mau mengenal dirinya lagi. Apakah sudah tidak ada rasa lagi yang tersisa untuk dirinya? Sehingga Reva bisa tertawa sepuas itu bersama Kenzie. Jadi, mereka resmi bertunangan sehingga Kenzie turut hadir di acara ini. Ia menghela nafas sejenak, sebelum memutuskan menghampiri Reva dengan langkah yang begitu berat.
Seperti ada beban berat yang menimpa kedua pundaknya. Melihat kepergian putranya, Surya ingin mengejar namun terpaksa urung saat melihat arah melangkah putranya menghampiri putri dari Albian. Ia menyeringai, harapannya Revan bisa menjalin hubungan dengan putri pemilik Harrison Group. Bukankah jika mereka bersama, perusahaannya akan mendapat keuntungan besar.
Langkah Revan semakin dekat. Membuat Kenzie dan Reva menyadari keberadaan Revan yang berada tidak jauh dari mereka. Kenzie menyenggol dengan senyuman. Senyuman yang dapat diartikan oleh Reva, senyum pasrah dan ikhlas. Reva menaikan satu alisnya, tapi Kenzie hanya menggeleng.
"Reva!" Oh, suara yang dulu begitu candu di telinganya. Kini kembali menganggu dirinya, membuat desiran yang sudah lama tidak ia rasakan kembali hadir.
Reva mendongak menatap tepat pada mata Reva.
"Boleh minta waktunya sebentar?" tanya Revan membuat Reva berpikir.
Kenzie menyenggol lengannya, lalu memberi kode Reva untuk ikut bersama Revan.
Reva mengangguk. Lalu, bangkit berjalan lebih dahulu diikuti oleh Revan. Meninggalkan Kenzie yang kini tersenyum getir, menatap punggung keduanya. Ia tahu apa yang akan terjadi setelah ini, dan dirinya sudah siap akan keputusan Reva nantinya. Kenzie, sangat tahu jika kedua insan itu masih saling mencintai.
_o0o_
Semilir angin malam menyapu kedua wajah yang kini sama-sama menatap ke atas langit tanpa berkedip. Menikmati indahnya langit malam yang ditaburi oleh ribuan bintang, tanpa sadar senyum Reva terbit melihat hal yang menjadi kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO UNTUK REVA
Fiksi RemajaSemua orang itu punya masa lalu, baik itu tersimpan sebagai kenangan atau justru rasa sakit yang tak terlupakan. Namun, bagi Revano Giantara masa lalu yang ia rasakan merupakan sebuah kehancuran yang membawanya pada kegelapan tanpa cahaya sedikitpun...