Kedua wanita berbeda usia itu berjalan memasuki sebuah Restourant yang sudah dijanjikan oleh kedua keluarga yang memiliki janji temu malam ini. Pertemuan yang sangat dinantikan oleh kedua keluarga yang begitu antusias malam ini. Saat baru turun dari mobil saja, Serena mendapatkan telfon dari Katia- teman SMA-nya dulu. Katia menanyakan keberadaannya yang sudah lebih lima belas menit dari waktu perjanjian temu mereka, Serena mengatakan bahwa dirinya baru saja sampai. Panggilan singkat itu terputus sepihak setelah, Katia mengatakan bahwa dirinya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Reva- calon menantunya.Reva semakin menekuk wajahnya, cewek itu menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Kakinya ingin sekali kabur mengikuti bisikan hatinya, tapi ia terlalu takut menghadapi kemarahan sang Mama. Ia terua berharap bahwa ini adalah sebuah mimpi, bukan kenyataan.
"Senyum, Reva. Jangan buat Mama malu di depan keluarga Kenzie," kata Serena melihat ekspresi yang ditampilkan putrinya. Wajah tertekan yang begitu kentara.
"Mama gak mau tau kamu harus terima pertunangan malam ini. Jaga sikap kamu di sana, jangan tunjukin kalo kamu terpaksa terima perjodohan ini," tekan Serena membuat Reva mengangguk kaku.
Gadis itu semakin melangkah memasuki restourant yang cukup mewah. Restourant yang biasanya digunakan untuk pertemuan penting para pejabat atau pebisnis yang ingin mendiskusikan sesuatu. Ia menatap sekitar restouran tersebut, ternyata banyak juga pelanggan yang hanya datang untuk sekedar dinner bersama pasangannya. Hampir semua pengunjung memiliki pasangan atau setidaknya datang bersama keluarganya. Tidak ada yang seorang diri.
Serena mengajaknya memasuki sebuah lift yang tersedia. Lalu, menekan tombol lantai dua di mana keluarga Kenzie sudah menunggu di salah satu ruang VIP. Sesampainya di lantai dua lift terbuka, Serena dan Reva melangkahkan kakinya untuk keluar menuju ruangan VIP. Bertepatan dengan itu keduanya berpapasan dengan pramusaji, Serena tidak melewatkan kesempatan untuk bertanya. Wanita itu bertanya pada pramusaji di mana letak ruangan VIP yang dipesan oleh Katia tiga hari yang lalu. Pramusaji itu mengantar Serena dan Reva menuju ruangan tersebut, sesampainya di depan pintu ruangan yang terturup. Pramusaji itu mengetuk pintu dengan pelan, lalu membukanya sambil tersenyum formal pada keluarga yang berada di dalamnya. Serena mengucapkan terimakasih pada pramusaji tersebut, lalu menarik lembut tangan Reva untuk masuk.
Ia menyapa Katia sambil memeluk wanita itu dengan akrab, lalu tersenyum pada Fahri- suami Katia dengan akrab. Ia menyenggol Reva untuk menyapa kedua orang tua Kenzie. Sedangkan dirinya mulai menarik kursi di dekat Katia, wanita itu menyapa Kenzie dengan lembut.
"Hai, Kenzie gimana kabar kamu? Udah lama Tante gak ketemu sama kamu," sapa Serena ramah dengan taw kecil di akhir.
Kenzie tersenyum manis pada wanita di depannya. "Alhamdulillah baik, Tante. Tante, sendiri gimana kabarnya? Pasti capek, ya, setelah perjalanan panjang selama seminggu?"
Serena mengangguk. "Iya, Tante capek banget. Bolak-balik ke luar kota selama seminggu. Tante gak pernah tenang selama di luar kota, karena Reva sendiarian di rumah. Tapi, mungkin ke depannya Tante gak bakal ngerasain lagi, deh, kan Reva bakal dijagain aama Kenzie."
Katia tertawa bersama suaminya melihat wajah putra satu-satunya yang memerah karena ucapan Serena. Berbeda dengan Reva yang wajahnya semakin masam. Dalam hitungan menit ke depan dirinya resmi bertunangan dengan Kenzie. Ketua osis sekolahnya, cowok yang tidak ia cintai. Ia harus bagaimana? Ia sudah berulang kali menolak perjodohan ini, sudah ribuan kali juga ia menentang Mamanya yang terus memaksanya untuk menerima perjodohan ini. Pertengkaran dengan sang Mama sudah menjadi kebiasaan ketika, Serena mengetahui dirinya pergi bersama Reva, dan ketika keluarga Kenzie meminta untuk mempercepat waktu pertunangannya dengan Kenzie.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO UNTUK REVA
Novela JuvenilSemua orang itu punya masa lalu, baik itu tersimpan sebagai kenangan atau justru rasa sakit yang tak terlupakan. Namun, bagi Revano Giantara masa lalu yang ia rasakan merupakan sebuah kehancuran yang membawanya pada kegelapan tanpa cahaya sedikitpun...