CHAPTER 16

3 1 0
                                    


"Ngapain kamu di sini, Mas?" tanya Serena dengan nada dingin. Raut wajah Serena secara terang-terangan menunjukan ketidaksukaan atas kedatangan mantan suaminya ini di tengah malam seperti ini.

"Ada yang mau saya bicarakan sama kamu." Tanpa permisi Albian menyelonong masuk ke dalam rumah membuat Serena menggeram tak suka.

"Mas!" teriak Serena atas kelancangan suaminya itu.

Seolah tuli Albian dengan santai duduk di sofa ruang tamu. Mata tajamnya menatap ruangan yang menyimpan tawa dan luka secara bersamaan. Perasaan sesak menghantam dadanya seketika, saat sekelebat ingatan tentang Reva yang menangis setiap kali dirinya dan Serena bertengkar.

Mengingat itu sosok pria yang sudah memasuki kepala empat itu kembali merutuki kebodohannya. Dulu, ia selalu mementingkan egonya tanpa memikirkan perasaan Reva yang sudah pasti hancur saat menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar setiap harinya. Ia tidak memikirkan dampaknya akan mrmbuat mental Reva rusak melihat kedua orang tuanya saling berteriak dengan keras.

Tatapannya begitu sendu saat menangkap figura yang menempel di tembok. Foto Reva dengan sebuah piala saat putrinya mengikuti sebuah lomba tingkat nasional. Dalam foto tersebut, Reva berdiri di sisi Serena dengan senyuman manis yang terpatri pada wajah cantiknya. Namun, tatapannya seketika berubah tajam saat mengingat bagaimana Serena menekan Reva untuk menjadi sempurna.

Mantan istrinya itu selalu memaksa Reva melakukan ini dan itu. Tanpa memikirkan Reva mau atau tidak melakukan keinginanya itu. Ia mendongak menatap Serena yang kini menatapnya dengan sorot berapi-api. Albian membalas tatapan Serena dengan tajam dan menusuk.

"Kamu keterlaluan!" ucap Albian tajam.

"Ketelaluan?" tanya Serena tersenyum kecut, "kamu yang keterlaluan, Mas, bukan aku! Kamu udah misahin aku sama Reva!"

"Reva anak aku. Kemana aja kamu selama ini?" Serena berjalan mendekati Albian dengan tatap yang terus mengunci kedua mata mantan suaminya. "Dulu kamu gak pernah peduli sama Reva, Mas. Kamu lebih peduli sama selingkuhan kamu! Kamu ngabain Reva selama bertahun-tahun. Dan sekarang kamu sok peduli sama Reva!"

"Diam, Serena!" bentak Albian yang tidak berpengaruh untuk Serena.

"Aku yang ngurusin Reva selama ini. Aku yang besarin Reva dengan kedua tangan aku sendiri, sedangkan kamu di sana lagi bahagia sama selingkuhan kamu itu." Dari nadanya tersirat kecemburuan, di balik perkataan tajamnya.

Albian menahan kepalan tangannya di atas paha. Pria itu menahan diri untuk tidak mengamuk di depan Serena. Ia sudah berjanji akan berbicara baik-baik dengan mantan istrinya ini tanpa melibatkan emosi. Namun, sepertinya niatnya itu tidak terlaksanakan saat melihat Serena yang terus memancing emosinya.

"Saya tidak pernah selingkuh di belakang kamu," sanggah Albian membuat Serena terkejut bukan main. "Saya tidak pernah bermain wanita, bahkan ketika saya sudah tidak memiliki hubungan lagi dengan kamu," lanjutnya yang semakin membuat Serena tidak bisa berkata-kata.

"Selama ini saya sibuk dengan pekerjaan bukan wanita seperti apa yang ada di dalam pikiran kamu selama ini tentang saya." Albian kembali bersuara tanpa memikirkan Serena yang kini diam membisu kala mendengar pernyataan yang terlontar dari mulut pria yang dulu namanya bersemayam indah di hatinya.

Albian dan Serena dulunya merupakan sepasang kekasih yang saling mencintai. Mereka berpacaran semenjak duduk di bangku SMA tingkat akhir sampai ke jenjang kuliah. Saat memasuki jenjang kuliah, Albian dan Serena terpaksa harus menjalankan hubungan jarak jauh. Karena, Albian menempuh pendidikannya di luar negri untuk menggapai impiannya sebagai arsitektur. Sehingga dirinya terpaksa meninggalkan tambatan hatinya sekaligua cinta pertamanya.

REVANO UNTUK REVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang