Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam, begitupun dengan hari yang terus berganti. Terhitung sudah satu minggu semenjak kejadian di kantin tempo lalu yang membuat dirinya tak sadarkan diri di pelukan Kenzie.
Selama satu minggu ini, banyak yang berubah. Rumor yang sempat beredar dan berhasil merusak nama baiknya selama dua tahun di SMA Barawijaya. Ia menyandang murid teladan yang memiliki segudang prestasi yang disumbangkan untuk sekolah. Dan nama baik yang ia bangun dengan usaha keras, hancur dengan begitu mudahnya karena rumor yang disebarkan oleh Tania. Terlebih, rumor tersebut tidak lah benar. Itu fitnah tanpa adanya bukti yang kuat.
Beruntung Kenzie membantunya untuk menyelesaikan masalah tentang rumor yang bersebar di SMA Barawijaya. Cowok itu mengklarifikasi foto yang menjadi penyebab utama rumor iti beredar. Dan dampaknya, nama Reva yang rusak. Cewek itu dicap sebagai cewek murahan yang jual diri pada pria hidung belang. Kenyataannya tidak seperti itu. Ia bukan berpelukan dengan pria hidung belang seperti yang dituduhkan oleh semua murid SMA Barawijaya yang langsung memandang dirinya rendah karena sebuah foto. Papanya, ia berpelukan dengan Papa kandungnya sendiri.
Kenzie menjelaskan pada seluruh murid tentang foto itu melalui penyiaran radio yang diadakan satu minggu sekali disekolahnya. Berhubung Kenzie merupakan ketua Osis, cowok itu memiliki akses bebas untuk melakukan apapun di sekolah. Termasuk meminta izin untuk mengambil alih acara penyiaran minggu ini untuk membantu Reva menyelesaikan masalahnya.
Dan penjelasan Kenzie di siaran radio tersebut berhasil membungkam mulut nyinyir seluruh murid disekolahnya. Kenzie membeberkan fakta sebenarnya, mengenai pria paruh baya di dalam foto yaitu Ayah kandung Reva, Albian Harisson. Tentunya tidak mudah membuat mereka percaya mengenai fakta sebenarnya, Kenzie menjelaskan tengan pria yang berada di dalam mobil bersama Reva— yang tak lain merupakan Albian Harisson. Ia menyebutkan nama lengkap Albian Harisson dan Revania Seyvana Harisson. Ia menyamakan nama akhir Reva dengan nama akhir Albian. Dan berhasil, pidato singkatnya di dalam ruang penyiaran minggu ini cukup menguras tenaga dan otak. Tapi, itu tidak membuat dirinya kesal. Justru, Kenzie tersenyum setelah keluar dari ruang penyiaran.
Ngomong-ngomong tentang Tania, cewek itu mendapatkan skorsing. Bukan hanya Tania saja, tapi nama Diana pun ikut terseret. Karena, kedua cewek itu adalah penyebab dari beredarnya rumor. Tania sempat mengelak saat berada di ruang Osis. Cewek itu bahkan bersumpah bahwa bukan dirinya yang menyebarkan rumor tersebut. Tapi, Diana dengan cepat menyanggah ucapan Tania bahwa cewek itu yang sudah melakukan itu semua. Bahkan, Diana menunjukan room chat dengan Tania pagi tadi sebagai bukti. Isi room chat- nya yaitu mengajak Diana untuk menjalankan rencana busuknya. Dengan bodohnya, Diana mengiyakan ajakan Tania tanpa pikir panjang.
Perdebatan panjang terjadi di ruang Osis, membuat Kenzie dan beberapa rekan Osis anggota inti. Seperti wakil ketua Osis, si Andra. Sekertaris Osis, Miranda. Terakhir, Bendahara Osis, Mikayla. Keempat anggota inti itu menatap kedua cewek itu jengah. Mikayla yang sudah berada di ambang batas kesabaran menghadapi kedua cewek itu yang membuat satu sekolah gempar dengan rumor buruk tentang pencemaran nama baik seseorang. Memilih jalan terakhir, yaitu menggiring kedua cewek itu ke ruang BK. Untuk mendapatkan bimbingan serta sanksi yang diberikan oleh guru BK.
Tania mendapatkan skorsing satu minggu, sedangkan Diana mendapatkan skorsing lima hari. Diana sedikit mendapatkan keringanan, karena sudah mau jujur sedari awal. Tidak seperti Tania yang terus-terusan menyangkal bukti yang sudah jelas ada di depan mata.
Dentingan ponsel membuat lamunan Reva seketika buyar. Ia meletakan toples yang berisi kue kering di atas meja, lalu beralih mengambil ponselnya yang sedari tadi tergeletak di atas meja dengan posisi yang masih menampilkan salah satu aplikasi yang berisi kumpulan Novel web yang menjadi salah satu kebiasaannya ketika sedang gabut. Ia membuka aplikasi hijau saat banyak pesan masuk, salah satunya sahabatnya. Ralat, mantan sahabatnya. Sudah dari lima hari yang lalu, pesan dan panggilan yang masuk dari nomor Ara tidak ia gubris sama sekali. Ia hanya membacanya tanpa ingin repot mengetikan sebuah balasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO UNTUK REVA
Teen FictionSemua orang itu punya masa lalu, baik itu tersimpan sebagai kenangan atau justru rasa sakit yang tak terlupakan. Namun, bagi Revano Giantara masa lalu yang ia rasakan merupakan sebuah kehancuran yang membawanya pada kegelapan tanpa cahaya sedikitpun...