Revan tidak bisa menahan rasa keterkejutannya kali ini. Jadi, selama ini ia sudah berprasangka buruk pada Reva? Alasan Reva memutuskannya karena orang tua Reva yang tidak menyukainya. Bukan, karena apa yang selama ini ia pikirkan pada cewek itu. Ia menyesal telah menuduh Reva berselingkuh dengan Kenzie. Ia dipenuhi oleh rasa cemburu, dan perasaan itu membuat dirinya menyimpan dendam pada Reva. Berakhir menyakiti cewek itu dengan perkataan tajamnya yang sudah pasti menyakiti cewek itu."Lo gak tau, kan, gimana perjuangan Reva selama dua tahun ini buat pertahanin hubungannya sama lo. Dia rela ngelawan nyokapnya cuma buat belain lo. Segitu cintanya Reva sama Lo, Van. Dia rela ngelakuin apapun cuma buat pertahanin lo di sisinya, meskipun berkali-kali nyokapnya nyuruh Reva buat mutusin lo." Ara kembali berbicara mengenai hal tentang Reva yang selama ini ia ketahui pada Revan.
"Dia selalu cerita sama gue. Kalo dia capek ribut terus sama Mamanya karena masalah ini. Belum lagi, masalah keluarga dia, Lo pasti tau lah, Van. Keluarga Reva kaya gimana."
Revan dibuat semakin membisu oleh perkataan Ara yang terus bercerita tentang Reva.
"Dia dituntut buat jadi sempurna sama nyokapnya. Dia dipaksa nurutin semua keinginan nyokapnya, termasuk nerima pertunangannya dengan Kenzie." Ara menatap sendu gelang couple yang melingkar di pergelangan tangannya. Gelang yang ia beli dengan Revan sebulan yang lalu. Gelang couple ini adalah bukti tentang persahabatan mereka.
"Jadi, Reva nerima pertunangan itu karena paksaan?" tanya Revan dengan dada yang terasa sesak.
Ara mengangguk. "Nyokapnya udah jodohin Reva sama Kenzie dari dia pertama kali masuk sekolah. Kenzie sama Reva itu udah kenal lama dari mereka kecil, karena keluarga Reva sama Kenzie itu deket banget dari dulu."
"Tapi, selama ini Reva cuma anggap Kenzie sahabat gak lebih. Pas waktu nyokapnya bilang kalo beliau mau jodohin Reva sama Kenzie, hubungan mereka mulai renggang. Reva ngerasa gak nyaman sama Kenzie lagi, makanya selama di sekolah mereka keliatan gak deket, kan?"
Penjelasan Ara menjawab semua pertanyaan yang ada dalam benaknya selama ini. Tentang, Ibu dari Reva yang hanya sesekali ia temui, lalu Kenzie yang tiba-tiba dekat dengan Reva setelah hubungannya dengan cewek itu berakhir. Itu juga yang menjadi alasan dirinya menuduh Reva berselingkuh, dan menyebutnya murahan.
"Sekarang mereka resmi tunangan?" tanya Revan yang dalam hati takut jika jawaban Ara seperti yang ada di pikirannya.
"Gue gak tau kayanya, sih, iya. Soalnya, Kenzie waktu itu nyebut Reva tunangannya di kantin seminggu yang lalu," jawab Ara sedikit ragu.
"Lo tau alasan gue ngomong kaya gini sama lo apa?" Revan menggeleng. Dirinya tidak tahu alasannya apa, tapi ia cukup tahu Ara menceritakan semua itu bukan tanpa maksud.
"Masalah tentang rumor Reva yang disebarin Tania, gak seharusnya gue percaya sama rumor itu. Seharusnya gue lebih percaya sama Reva, karena gue udah kenal dia dari lama. Gue tau kalo dia gak mungkin ngelakuin hal menjijikan kaya gitu. Gue bodoh, Van. Percaya gitu aja!" Ara menarik nafasnya dalam-dalam.
"Pas Kenzie klarifikasi di ruang penyiaran radio itu. Gue sadar kalo pria yang lagi sama Reva di mobil itu bokapnya. Reva pernah ngasih tau foto bokapnya sama gue. Gue gak perhatiin foto itu dulu, gue asal percaya aja ucapan Tania. Gue nyesel, Van!" Ara menunduk dalam-dalam dengan rasa penyesalan yang begitu dalam.
"Gue minta maaf setelahnya sama Reva, tapi cewek itu gak pernah respon permintaan maaf gue. Gue gak masalah kalo semisal Reva udah gak anggap gue sahabat lagi, tapi setidaknya Reva mau maafin gue." Ia sangat sadar kesalahannya pada Reva sudah keterlaluan, tapi ia masih mengharapkan sebuah maaf dari Revan.
Revan terlalu dalam pikirannya. Ia mendengar perkataan Ara yang cukup menamparnya. Ia juga salah pada Reva, ia memaki cewek itu dengan kata-kata kasar. Ia sudah menyakiti cewek itu terlalu dalam. Padahal selama ini memperjuangkan dirinya dengan usaha keras. Reva mati-matian mempertahankan hubungannya dengannya disaat Serena menyuruhnya untuk mengakhirinya.
"Makanya, gue nyeritain semua apa yang gue tau sama lo. Reva gak pernah mau cerita yang sebenarnya sama lo, karena dia gak mau nambah beban dalam hidup lo. Dia selalu bilang masalah lo lebih banyak dari dia." Revan menelan ludahnya susah payah mendengar itu. Sebegitu besarnya perhatian Reva untuknya, sampai cewek itu tidak ingin menambah beban dirinya. Reva menanggung semuanya seorang diri, tidak ingin berbagi masalah dengannya.
Revan mengepalkan tangannya dengan kuat. Hatinya begitu sesak, seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya. Ia tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun, semua perkataannya tertelan di tenggorokan.
"Om Albian balik ke Jakarta. Yang gue denger dari Kenzie, selama satu Minggu ini Reva gak pernah pulang ke rumah nyokapnya. Reva tinggal sama Ayahnya. Gue cuma mau kasih saran sama lo, kalo lo masih cinta sama Reva. Temui dia, ajak dia bicara baik-baik. Meskipun, Reva sekarang udah resmi tunangan sama Kenzie. Tapi, gue tau kalo perasaan Reva masih ada buat Lo." Ara mengakhiri ucapannya, lalu bangkit dari duduknya bersiap untuk pergi meninggalkan Revan seorang diri.
"Gue sama dia udah terlanjur rusak."
Langkah Ara kembali terhenti. Ia menolehkan kepalanya.
"Semua hal yang rusak masih bisa diperbaiki kalo lo ada niat. Lo bisa coba sekarang, sebelum semuanya terlambat." Ara kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Revan seorang diri.
Revan termenung mendengar perkataan Ara.
_o0o_
Setelah memastikan putrinya tertidur di kamar. Sesuai rencananya tadi, kini Albian berdiri di depan pintu rumah Serena. Rumah yang sempat ia tinggali dulu saat pertama kali dirinya menikahi Serena. Rumah ini aslinya milik Albian, tapi ia memberikan rumah ini sepenuhnya untuk Serena saat mereka berpisah sembilan tahun yang lalu.
Ia memencet bel rumah berkali-kali, tanpa memperdulikan tatapan para penjaga di teras rumah yang menatapnya takut-takut. Semua penjaga yang berjaga di depan langsung membukakan pintu saat tahu siapa yang datang berkunjung malam-malam seperti ini.
Menunggu kurang lebih lima menit. Akhirnya pintu kayu bercat putih, itu terbuka. Menampilkan sosok wanita dengan baju tidur berbahan satin yang kini menatapnya dengan terkejut.
"Mas Albian? Ngapain kamu di sini, Mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO UNTUK REVA
Teen FictionSemua orang itu punya masa lalu, baik itu tersimpan sebagai kenangan atau justru rasa sakit yang tak terlupakan. Namun, bagi Revano Giantara masa lalu yang ia rasakan merupakan sebuah kehancuran yang membawanya pada kegelapan tanpa cahaya sedikitpun...