𐙚 perpustakaan

305 33 0
                                    

Kyujin terdiam memandangi Ji an dan Zoa yang tengah heboh berkomentar tentang game online yang sedang mereka mainkan berdua. Ia bosan, ponselnya sedang di cas sedangkan Asa masih di kamar mandi karena sedari tadi ia mengeluh perutnya sakit setelah mencoba seblak yang dipesan Ji an.

"JO JANGAN KESITU SENDIRIAN ADA DYROTH ANJIRR"

"LOH IYA KOK GUE GALIAT AH MAMPUS MATI KAN GUE"

"Nyawa lo penuh farming dulu Jo!"

"Yaudah oke gue bantuin dibelakang ga lagi-lagi gue nerobos langsung"

Mereka berdua terus menekan tombolnya yang ada di layar ponselnya, hingga berakhir dengan tulisan "Defeat" berwarna merah.

"AHHH RANK GUE TURUN"

"RANK KITA SEMUA NJIR YANG TURUN"

"HEH LU PADA GA DENGER BEL APA? UDAHAN!" Kesal Kyujin yang sedari tadi sebenarnya sudah memanggil mereka berdua tapi tak digubris.

"Eh iyakah?"

Mereka pun membereskan barang-barang mereka ke dalam tas dan segera keluar kelas, termasuk Asa yang sudah selesai berurusan dengan kamar mandi.

"Gue mau ke perpus dulu ya, byee" Ji an mengepalkan tangannya untuk ritual tos sebelum pulang lalu memisahkan dirinya dari barisan teman-temannya yang berjalan menuju gerbang.

Ia memiliki novel tujuan untuk dipinjam, dan kebetulan mendengar dari penjaga perpustakaan bahwa novel tersebut baru saja datang. Tentu saja Ji an bersemangat menuju perpustakaan untuk meminjam, takut akan keduluan dengan pembaca yang lain.

Sesampainya di perpustakaan ia segera mengisi daftar absen dan menelusuri rak demi rak buku yang ada di sana. Hingga berjumpa dengan novel tujuannya yang letaknya ada di rak paling atas. Bisa ditebak, karena buku-buku baru memang selalu ditempatkan di rak bagian atas.

"Yeyy belum keduluan!!" Serunya sambil berjinjit berusaha meraih novel berwarna hitam itu.

Sekali dua kali tangannya mencoba meraih, tapi sepertinya ketinggian itu berada di luar kemampuannya.

Ji an menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tangga kecil yang biasa digunakan untuk mengambil buku, tapi nihil, benda tersebut tak ada di sekitarnya.

Ia kembali berjinjit meskipun tau hasilnya akan sama saja, sepertinya perempuan ini berharap tinggi badannya akan seketika naik beberapa centimeter hingga bisa meraih novel tersebut.

Tepat di sebelahnya, sebuah tangan panjang terulur sedang mengembalikan sebuah buku.

"Ga peka banget" Ji an menatapnya kesal.

"Apa yang perlu dipekain?" Laki-laki tinggi itu memiringkan sedikit kepalanya.

"Tolongin lah kakk!" Ji an menunjuk ke arah novelnya.

"Ohh"

Tanpa berkomentar lagi, tangan Taesan terangkat hendak mengambilkan novel tersebut untuk Ji an, tetapi baru saja novel keluar lima centimeter dari barisannya, tangannya kembali turun.

"Tapi apa benefitnya buat gue?"

Taesan tak jadi mengambil novel itu kemudian melangkahkan kakinya dari sana.

Kesal, tentu 100% Ji an kesal. Laki-laki dingin bernama Han Taesan ini selalu saja membuatnya kesal dengan apa yang diperbuatnya.

Dengan raut muka yang masih kesal, Ji an kembali berjinjit dan yap! novel itu berhasil diraihnya karena sudah maju beberapa centimeter dari tempat semula. Tapi ketika ia tarik, sekitar tiga buku yang berjejer ikut terjatuh dan mengenai kepalanya.

"Aww!!"

Mendengar pekikan tersebut, Taesan terkejut dan reflek berbalik lalu mengusak pucuk kepala Ji an yang terkena buku.

Ia menyamakan tingginya dengan Ji an, "Sorry, lo gapapa?" Sementara tangannya masih sibuk mengusak rambut perempuannya itu.

Dan apa kabar Ji an?? sedetik.. dua detik.. dan tiga detik.. wajahnya sudah sepenuhnya menjadi merah.

"Engg.. engga! permisi kak!" Melesatlah Ji an meninggalkan tempat berdirinya semula, rasanya malu sekali.

Sedangkan Taesan malah terkekeh, lama-kelamaan kekehan kecil itu berubah menjadi tawa yang cukup terdengar keras sampai mungkin penghuni perpustakaan yang lain bisa mendengar suara tawanya itu.

"Lucu banget sialan!"

Di luar, Ji an sedang terburu-buru mencari sepatunya di rak hingga tak sengaja menabrak dan menyenggol siswa-siswi yang juga akan mengambil sepatunya.

"Aduh maaf maaf.."

Perempuan ini ingin sekali segera berlari menuju gerbang dan cepat cepat-cepat pulang. Namun beberapa meter melangkah, hampir saja ia tersandung karena tali sepatunya sepertinya tersangkut sesuatu.

"Hati-hati" Rupanya, tali sepatu tersebut tidak tersangkut, melainkan sedang diinjak oleh Han Taesan.

"Kak, please tali sepatu saya" Ji an hanya menunduk, tak berani menatap langsung wajah tampan Taesan.

Ia menarik kakinya dengan harap tali sepatu itu dapat terlepas dari injakan Taesan, tapi nyatanya injakan itu seperti diberi lem perekat.

"Sstttt lo bikin gue kayak lagi ngebully lo tau" Taesan menarik tangan Ji an kemudan pergi dari depan perpustakaan.

Dituntunnya sang perempuan hingga menuju tempat parkir.

"Sorry udah bikin lo kejatuhan buku"

Ji an mengangguk dengan masih setia menunduk.

"Kalau diajak ngomong itu, liat yang lagi ngajak ngomong." Tanpa permisi Taesan mengangkat dagu Ji an dengan hanya menggunakan jari telunjuk. "Sebagai permintaan maaf, gue anterin pulang."

"Ngga usah kak! s-saya pulang pake.. pake ojol! yaa pake ojol!" Ji an sudah memasang ancang-ancang untuk segera berlari, namun digagalkan oleh cekalan tangan Taesan.

"Itu bukan tawaran, naik" Titah sang laki-laki

"Tapi nggausah kak! sa-"

"Naik"

Mau tak mau Ji an menaiki motor Taesan, tatapannya sungguh menyeramkan menurut Ji an.

Jika laki-laki ini sudah mengeluarkan mode dominasinya, selesai sudah Choi Ji an! Nalarnya seketika menguap, akal sehatnya hilang entah kemana, ia akan terus menurut apa yang dikatakan Taesan. Itu semua terdengar seperti perintah keramat dan jika tak dilaksanakan, maka tamatlah riwayatnya.

...

⭐ vote juseyoo!!
terimakasih sudah mampir btw! 💐

TSundere - Han TaesanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang