𐙚 b o n c h a p 0 1

281 37 3
                                    

"KANAN BANG"

"INI YANG KIRI AJA BELOM HABIS SAN"

"WOY WOY TOLONGIN GUE"

"ANJIINGGGG MATI DULUAN"

Soobin melempar stick PlayStation nya asal, tak peduli benda itu akan jatuh kemana. Ia sedang kesal karena level game yang tak kunjung bisa ia tamatkan itu. Meskipun sudah ditambah bantuan taesan yang cukup handal bermain ini, tapi kerja sama mereka masih kurang baik untuk menyelesaikan level sulit yang satu ini.

"Duhhh berisik" Ji an yang tengah sibuk membaca novel pun terganggu dengan kebisingan yang kakak dan pacarnya itu buat.

"Mau ikut main?" Tawar Taesan.

"Gak gak! tu anak noob, kalau main ama dia semenit udah kalah" Tapi soobin terlebih dahulu menolak, mencegah sebuah kemungkinan buruk menimpa pencapaiannya dalam game.

"Ngejek banget sih!"

"Emang kan??"

Ji an lantas memasang ekspresi kesal pada kakaknya, wajah tampan yang tak pernah Ji an akui itu rasanya ingin ia remat sampai tak berbentuk saja. Sedangkan Taesan kembali menekan opsi 'start' pada layar kemudian menyerahkan kembali stick yang tadi sempat dilempar itu kepada sang pemilik, dan akhirnya mereka berdua kembali bermain.

Sedangkan si gadis satu-satunya ini juga memutuskan untuk melanjutkan membaca novel, tapi hanya berselang beberapa menit saja ia sudah merasa bosan dan badmood karena pacar yang seharusnya mengajak dirinya untuk berkencang justru sekarang malah asik bermain game dengan Soobin.

Ya, ini adalah malam minggu. Tadi sore Taesan datang ke rumah keluarga choi berniat untuk mengajak ji an berkencan, tapi mereka berdua bingung akan tempat yang akan mereka kunjungi malam ini. Akhirnya Soobin memberikan solusi untuk mereka, yaitu bermain game di rumah bersama Soobin saja, lebih tepatnya 'menemani Soobin di rumah saja' karena kebetulan bunda sedang ada acara diluar kota. Jadi jika Taesan mengajak gadisnya itu keluar, maka sendirilah Soobin menjadi penjaga rumah.

Akhirnya perempuan ini menutup novel tebalnya itu dan berjalan keluar rumah, ia duduk di bangku yang ada di halamannya dan menghirup oksigen malam yang cukup dingin ini.

Ji an melamun, tak ada yang ia pikirkan, ia hanya benar-benar melamun.

Sesaat kemudian seseorang memasangkan sebuah jaket di pundaknya, dia adalah pacarnya, Taesan.

"Dingin"

"Enggak" Ji an melepaskan jaket itu dari pundaknya dan menyodorkannya kembali pada Taesan.

"Dingin, Ji an." Namun laki-lakinya tetap bersikeras memasangkan jaket itu, Ji an hanya mendengus kesal.

"Ngapain ikut keluar??"

"Kamu marah?"

"Enggak!"

"Bocil emosian" Ujar Taesan seraya mencubit pipi sang gadis.

"Apasih! Udah ah sana pacaran aja sama PS kakak itu! Atau pacaran aja sama bang Soobin! Hus hus!"

"Kok ngusir gitu sih???"

Tak minat menjawab, Ji an mendorong Taesan untuk menjauh darinya. Tapi sang laki-laki enggan menjauh dan malah mendudukkan diri di samping Ji an.

"Liat deh bintangnya lagi banyak, jadi inget waktu kakak ngajak kamu pacaran dulu"

Ji an memalingkan wajahnya, seolah-olah tak berminat mendengarkan.

Laki-laki itu menangkup pipi sang pacar dan dihadapkan tepat di depan wajahnya sendiri.

TSundere - Han TaesanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang