Something About You
Suara deburan ombak bersamaan dengan suara kicauan burung menyatu ketika Anyelir dan Biru menginjakan kaki di pasir pantai yang lembut, senyum Anyelir mengembang dia memyerahkan kamera kepada Biru, meminta sang kekasih untuk memotret serta merekam nya. Dia berlari dengan senyuman lebar tanpa beban lalu melambai-lambai ke arah kamera. Rambutnya berkibaran akibat hembusan angin yang lembut, membuat kecantikan Anyelir semakin terpancar.
Ini adalah suatu momen paling indah menurut Anyelir, dia menatap Biru yang sekarang tengah memotret air laut yang berkilau akibat pantulan sinar matahari. Tubuhnya yang atletis dan kokoh serta mempunyai bahu yang lebar, membuat Biru semakin tampan. Apalagi ketika menatap matanya, Anyelir selalu terhipnotis seakan-akan ada magnet yang menariknya sampai Anyelir tidak sanggup untuk berjauhan dengan lelaki itu.
Entah apa yang sekarang Anyelir pikirkan, namun tidak lama kemudian dia berlari ke arah Biru lalu memeluk erat lelaki itu dari belakang, dia begitu mencintai lelaki ini, bahkan dia rela melakukan apapun agar Biru tetap berada di dekatnya. Meski terkadang lelaki itu selalu menunjukan rasa kesal, risih serta marahnya. Anyelir mengabaikan semua itu, dia yakin jika Biru pun mempunyai rasa yang sama terhadapnya. Hanya saja Biru bukan lelaki yang menunjukan rasa cintanya lewat kata.
Rasa nyaman selalu menjalar ke dalam diri Anyelir, dia merasa terlindungi ketika berada di dekat Biru. Terkadang dia masih tidak percaya bahwa dia bisa memiliki Biru meski dengan cara yang cukup licik, mereka dekat karena Anyelir meminta Ayahnya agar dia bisa di dekatkan dengan Biru. Tentu saja itu hal mudah, sebab keluarga Anyelir sangat dekat dengan keluarga Biru.
"Lepas dulu, Anye." Kata Biru dengan suara berat khasnya yang lumayan terdengar dingin. Dia berbalik badan sambil melepas tangan Anyelir yang melingkar di perutnya, Anyelir masih menunjuka senyumnya. Dia mengecup bibir Biru cepat, membuat lelaki itu mematung sekejap namun kembali memasang wajah datarnya.
"Kenapa?" tanya Anyelir tubuhnya yang pendek bahkan hanya sebatas dada Biru, membuatnya harus mendongak agak tinggi, agar bisa menatap Biru, tangannya ia pergunakan untuk mengusap rahang tegas milik Biru. Betapa indahnya mahakaryaTuhan satu ini sampai Anyelir tidak bisa berhenti untuk terus mengaguminya.
Biru menghembuskan napasnya kasar, lalu melepas tangan Anyelir dari wajahnya. Anyelir sudah biasa mendapatkan penolakan itu jadi dia selalu menutupinya dengan senyuman cerianya, padahal hatinya sudah terasa linu.
"Sudah 'kan kamu cuman mau ngambil foto sama video aja? Kita pulang sekarang," ajak Biru dia menggantungkan kamera milik Anyelir ke lehernya, lalu berjalan mendahului Anyelir tanpa mau mendengar balasam Anyelir.
"Kok cepet banget sih! Aku masih mau di sini!" Anyelir merenggut kesal, dia menarik tangan Biru hingga langkah lelaki itu terhenti, terlihat jika Biru tengah menahan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something About You
RandomAnyelir Dayana sangat mencintai Biru Nevandra, namun sebaliknya.Biru terlihat tidak mencintainya, padahal hubungan mereka sudah berjalan selama enam tahun lamanya. Di dalam hubungan itu, terasa sangat membingungkan. Bahkan hanya Anyelir yang berusah...