16. Pertengkaran

46.8K 2.2K 33
                                    

Kini keluarga Nevandra sudah berkumpul di halaman depan rumahnya, sembari memasukan barang-barang yang akan mereka bawa ke bagasi mobil masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini keluarga Nevandra sudah berkumpul di halaman depan rumahnya, sembari memasukan barang-barang yang akan mereka bawa ke bagasi mobil masing-masing. Mereka berangkat dengan tiga mobil, sudah pasti Biru besarsama dengan Anyelir, lalu Ayah bersama Bunda dan Heca begitupun dengan Aslan yang bersana dengan istri serta anak mereka.

"Sebelum berangkat, kita berdoa dulu, mudah-mudahan perjalanan kita di lancarkan dan selamat sampai tujuan," ucap Ayah, mereka pun langsung berdoa setelahnya bergegas memasuki mobil masing-masing. Sedari tadi Anyelir memperhatikan Aslan yang menatap Biru penuh permusuhan, membuat Anyelir kebingungan. "Udah gak ada yang ketinggalan?" tanya Biru setelah menutup pintu mobilnya.

"Udah kok, tinggal berangkat aja," jawab Anyelir, dia menoleh ke jendela melihat mobil Ayah dan Aslan sudah berangkat. Biru yang sudah memastikan semuanya aman pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Biru kamu ada masalah ya sama Kak Aslan?" tanya Anyelir tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi, Biru sontak mengernyit kebingungan sebab dia belum memberitahu Anyelir. Mengapa gadis itu bisa tzhu jika dia dan Aslan tidak berhubungan baik.

"Dari tadi Kak Aslan liatin kamu sinis banget tau," lanjut Anyelir, Biru langsung merasa lega saat ini Biru sedang dilanda ketakutan, takut jika Aslan berbicara kepada Anyelir serta menceritakan semuanya. Biru takut ditinggalkan oleh Anyelir, jika dia memberitahu semuanya. Ia juga takut jika Anyelir akan sakit hati lagi, menurut Biru semuanya sudah berlalu, dia juga sadar sudah tidak mencintai Ara lagi, sebab sekarang perasaannya sudah berpindah hanya untuk Anyelir saja.

"Emang dia mah kayak gitu, jangan dipikirin kita baik-baik aja," jawab Biru mencoba membuat Anyelir yakin jika dia memang tidak ada masalah apapun dengan Kakaknya itu.

"Kalo ada apa-apa cerita ya, meskipun aku gak bisa bantu apapun, tapi aku yakin demgan kamu cerita kamu bakalan lebih lega." Biru mengangguk, dia memamerkan senyumannya pada Anyelir.

"Butuh berapa jam untuk sampai kesana?" tanya Anyelir sembari membuka toples makaroni pedas yang sengaja ia bawa untuk bekal perjalannan mereka.

"Satu jam lebih juga udah sampe kok," jawab Biru diangguki oleh Anyelir. Perjalanan kali ini dihiasi dengan langit biru yang begitu cerah serta angin yang berembus begitu kecang, saat Anyelir membuka jendela mobil ia terus menghirup udara segar sembari memejamkan mata, membiarkan angin membelai halus wajahnya.

"Oh ya, Biru. Tau ga sih, waktu itu aku ketemu sama Liora, dia nyalahin aku karena kamu memilih buat ngundurin diri dari kantor Kak Aslan. Terus dia juga bilang kalau aku gak pantes buat kamu karena aku cewek gak bener;" tutur Anyelir, dia memanyunkan bibirnya sebab ketika ingatannya tertuju pada pertemuan nya dengan Liora yang tidak disengaja itu.

"Terus dia juga bilang kalau aku gak ada apa-apanya dibanding dia, emang aku akui badan dia tuh bagus banget," lanjut Anyelir.

Biru menghela napas kasar, mengapa Liora terus berulah lagi padahal dia sudah menegur perempuan itu agar tidak mengganggu Anyelir lagi. "Jangan di dengerin, dia emang kayak gitu suka ngeroasting orang, bahkan orang-orang yang kerja di kantor pun gak suka sama dia."

Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang