Anyelir duduk sendirian di tepi pantai yang tenang, dengan pasir putih yang lembut di bawah kakinya. Angin sepoi-sepoi laut membelai rambutnya yang tergerai, membawa aroma segar dari lautan yang luas. Suara deburan ombak teratur dan menenangkan mengiringi langkah-langkah Anyelir yang lembut di pasir. Bayang-bayang Biru ketika memotret dirinya menggunakan kamera serta berlarian untuk mengejarnya membuat Anyelir terlihat sangat menyedihkan, dia berjongkok membiarkan kakinya bersentuhan dengan air ombak. Ini adalah pantai yang sering dikunjungi oleh Biru dan juga Anyelir, ini termasuk ke dalam tempat terfavorit untuk menghabiskan waktu bersama ketika hari libur.
Pandangannya lurus ke depan, melihat deburan ombak yang terus bergerak tanpa henti.
Berniat menenangkan diri, Anyelir malah semakin teringat dengan sosok itu, bahkan kenangan indah mereka terus berputar di kepala. Dirinya bertanya-tanya mengapa lelaki itu sangat jahat? Pantas saja hanya dia yang terlihat excited seorang diri dalam menjalankan hubungan ini. Bagaimana cara melupakan lelaki itu? Bagimanapun hubungan mereka sudah terjalin sangat lama, lalu apa maksud Biru mengenalkan Anyelir pada keluarganya? Apa yang ada di dalam pikiran lelaki itu? Anyelir merasa dia hanya membuang-buang waktu, dia terlalu dibutakan oleh cinta.
"Kamu bodoh banget Anyelir," lirih nya sembari mengusap kasar air mata yang kembali turun. Sudah dua hari dia pulang ke rumah setelah dijemput oleh Keya dan Orion. Keduanya sangat kompak saat menjelaskan kepada keluarga Biru untuk menjemput Anyelir. Alasannya karena orang tua Keya yang tinggal di Malaysia datang, dan ingin bertemu dengan Anyelir sebab mereka hanya satu hari.
kebetulan Ayah Keya ada perjalanan bisnis di sini, jadi ia menyempatkan waktunya untuk mengunjungi Keya begitupun dengan Anyelir yang sudah dianggap sebagai keluarga sendiri, karena kebaikannya kepada Keya putri mereka.
Saat ini Anyelir terlihat seperti gadis paling menyedihkan, meskipun Keya sudah memberikan semangat dan menghiburnya tetap saja Anyelir masih teringat hingga sakit hatinya semakin bertambah. Biru pun sama sekali tidak menghubunginya. Saat Keya menjemputpun, Biru seakan tidak peduli hingga Anyelir berpikir jika hubungan mereka memang benar-benar sudah tidak bisa di harapkan serta dipertahankan lagi.
Memilih untuk pulang karena matahari semakin terik, serta ia merasa percuma datang ke sini karena memperburuk keadaannya. Anyelir segera pergi meninggalkan pantai, ia pulang menggunakan bus umum setelah beberapa menitt menunggu di halte. Sampai rumah gadis itu langsung masuk ke dalam rumah, lalu mencuci mukanya yang terlihat sangat kacau apalagi di bagian mata yang bengkak serta bibir yang terlihat pucat. Kemudian dia duduk di tepi ranjang lalu meraih roti yang ia beli di kedai dekat pantai tadi.
Katakan Anyelir memang gila, dia terlalu sakit hati hingga tidak mau memakan apapun dari kemarin, sampai membuat perutmya sakit dan merasa pusing berkepanjangan. Ponselnya tiba-tiba bergetar menampilkan nama Biru disana. Anyelir langsung mengangkat panggilan Biru, ia siap apapun yang mau lelaki itu katakan, termasuk jika mau mengakhiri hubungan mereka.
"Dimana?" Belum juga Anyelir menyapa, lelaki itu langsung bersuara.
"Langsung aja mau bicara apa?" tanya Anyelir dengan suara seraknya, ia merutuki kebodohannya, seharusnya ia minum terlebih dahulu.
Terdengar hembusan napas kasr dari sebrang sana. "Apa yang terjadi sampe buat kamu tiba-tiba pulang gitu aja, selain kedatangan orang tua temen kamu? Apa karena pertengkaran kita di mobil? Okee, aku minta maaf soal itu dan kamu pasti mempertanyakan kenapa gak dari kemarin. Karena aku pikir kita butuh waktu untuk sendiri."
"Aku takut ucapanku bisa nyakitin kamu, karena saat itu aku masih merasa marah. Bukan marah sama kamu Nye, tapi marah sama diri sendiri."
'Sekarang pun aku lagi sakit hati gara-gara kamu,' batin Anyelir.
"Aku lagi gak mau bahas itu, udah dulu." Anyelir segera memutuskan sambungan telpon, kemudian dia merebahkan tubuhnya di kasur menatap langit-langit kamar. Hari ini terasa berat, dia belum bisa membuka kafe dengan keadaan seperti ini sampai membuat Mitha kembali libur lagi.
Anyelir yakin jika Biru belum mengetahui sumber masalah yang sekarang tengah terjadi. Entah mengapa ia teringat dengan Ara, apakah perempuan itu tidak memberitahu keadaannya pada Biru setelah mengetahui fakta yang membuat nya sakit hati? Sudah Anyelir duga, Ara memang sengaja.
"Kayaknya aku gak boleh lagi berhubungan sama keluarga Biru, termasuk Biru. Meskipun berat tapi harus demi kebaikan aku juga. Karena ada di deket Biru bikin aku semakin hancur."
"Aku nyari penyakit. Dasar bodoh! Kenapa aku bisa sekuat itu sampai bertahan enam tahun?" Anyelir menggelengkan kepala, tidak percaya dengan dirinya sendiri yang sekuat itu bertahan di dalam hubungan tanpa kejelasan ini. Anyelir akui dia memang bodoh, terlalu dibutakan oleh cinta. Anyelir selalu percaya pada Biru. Dia selalu berpikir positif bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja, dan berpikir jika Biru mencintainya dengan tulus. Namun cara menunjukannya berbeda, tidak seperti Anyelir yang terang-terangan.
Aku harus ketemu Biru, mengakhiri semuanya. Nggak apa-apa Anyelir kalo ngerasa sakit banget, yang terpenting sakit itu gak berkepanjangan," gumam Anyelir. Benar lebih baik melepaskan meskipun sakit, daripada tetap bertahan sakitnya akan berkepanjangan dan membuatnya semakin tidak waras.
***
Keesokan harinya Anyelir menjalankan aktivitas seperti biasa. Mandi, sarapan lalu berangkat ke kafe yang sudah beberapa hari ia tutup. Dia memoles wajahnya dengsn make up tipis, lalu mencoba memamerkan senyum di depan cermin meja riasnya. Dia terus berlatih untuk bisa tersenyum ia juga selalu mengalihkan pikirannya ke hal-hal yang lain. Ia memberi semangat kepada diri sendiri mencoba seceria mungkin, ia tidak ingin terlihat sedang bersedih.
Pergi ke kafe dengan menggunakan sepeda listriknya agar ia bisa menikmati hembusan angin pagi yang menenangkan, dia juga menghirup udara pagi hingga terasa sangat menyegarkan. Biasanya dia tidak datang sepagi ini karena semua menu yang ada di kafe sudah Anyelir buat sore sebelum pulang dari kafe, dia menyimpannya di lemari pendingin khusus kue. Namun sekarang Anyelir belum membuat adonan apapun.
Sampai di depan kafe senyum Anyelir mengembang, dia melihat Mitha yang tengah menurunkan kursi dari atas meja. "Pagi Mith " sapa Anyelir dengan senyuman lebarnya.
"Pagi juga Mbak," pekik Mitha terlalu bersemangat.
"Semangat banget kamu hari ini," kekeh Anyelir sampai Mitha tersenyum malu.
"Harus semangat dong Mbak kalo menyangkut cari uang," balas Mitha keduanya pun langsung tertawa.
"Bisa aja kamu ini. Yaudah aku mau buat adonan nya dulu, nanti kamu bantu bungkusin cookies sama kue kering lainnya ya," ucap Anyelir sambil meletakan kantung plastik berisi wadah besar yang di dalamnya terdapat cookies serta kue yang lainnya, tadi Anyelir bangun pagi-pagi sekali untuk membuat nya.
"Okee siap Mbak, aku mau lap meja dulu." Kini Anyelir kembali disibukan dengan pekerjaannya dan perlahan-lahan dia bisa melupakan permasalahannya sejenak, ia sudah bertekad untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat sibuk hingga lupa dengan semuanya. Bahkan gadis itu menerima pesanan banyak brownies dari dua orang di hari yang sama. Sampai Mitha terus bertanya padanya, apa ia sanggup sebab pesanannya lebih dari sepuluh kotak.
Mungkin ini yang terbaik daripada Anyelir seperti orang yang tidak mempunyai semangat hidup.
Tbc
Maaf terlambat🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Something About You
RandomAnyelir Dayana sangat mencintai Biru Nevandra, namun sebaliknya.Biru terlihat tidak mencintainya, padahal hubungan mereka sudah berjalan selama enam tahun lamanya. Di dalam hubungan itu, terasa sangat membingungkan. Bahkan hanya Anyelir yang berusah...