Happy day my life
.
.
.
.
.Pagi menyapa pasangan yang menghabiskan malam yang panjang. Keduanya sama-sama kelelahan, suara adzan berkumandang dari handphone fatih. Menandakan sudah masuk waktu subuh.
Zahra berusaha membangunkan fatih. Akhirnya karena takut terlambat mereka mandi bersama. Dengan dalih fatih tidak akan macam-macam. Hingga matahari terbit, setelah sarapan nanti Fatih dan Zahra berencana piknik kecil-kecilan didekat danau dekat sini.
Sudah lama sekali rasanya Zahra ingin liburan kesini. Tapi tidak jadi-jadi, karena setiap Zahra memenangkan lomba dan mendapatkan uang maka uang itu akan habis adi gunakan untuk berjudi oleh karena itu Zahra harus bekerja part time juga di sebuah cafe dulu.
Zahra terbiasa hidup mandiri demi bisa makan. Dari usia remaja Zahra sudah mulai mencari uang. Agar dia dan ibunya bisa makan. Bukan seperti remaja lainnya yang sibuk berpacaran atau kegiatan kesenangan lainnya. Adi tidak pernah memberikan uang pada ibunya. Mengharuskan Zahra menggantikan ibunya yang sakit-sakitan bekerja.
Kini Zahra bersyukur, memiliki suami yang begitu memanjakannya. Dulu Zahra sangat takut dengan kata jodoh cerminan ayah. Bahkan sempat terlintas pikiran tidak ingin menikah jika jodoh mirip dengan sifat ayah. Namun kenyataannya tidak seperti itu.
Udara didekat danau sejuk sekali. Membuat siapa saja damai melihatnya. Nyaman sekali disini Zahra rasanya ingin tinggal dinegeri ini saja.
"Zahra, smile." Pinta Fatih menyuruh Zahra tersenyum kearah kamera.
Fatih mengabadikan Zahra dengan berbagai pose. Lalu terakhir mereka berswafoto bersama. Mereka makan sambil sesekali bercanda. Sejak kapan mereka menjadi sedekat itu. Entahlah yang jelas Zahra sangat nyaman didekat fatih.
"Habis ini mau kemana lagi? " Tanya Fatih.
"Aku pengennya jalan-jalan disekitar disini dulu deh, kemarin aku lihat ada bunga disana bagus-bagus banget." Jawab Zahra antusias.
"Yaudah."
Mereka mengelilingi jalan Switzerland tersebut. Zahra terus memuji berapa indahnya bunga-bunga disana. Zahra iri, dan rasanya ingin mencuri bunga-bunga indah itu dan dibawa pulang ke Indonesia.
°°°°°
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Pagi kembali menyapa, membuat semua orang begelut dengan pekerjaan masing-masing. Hari ini hari terakhir mereka di Swiss. Tak terasa sudah satu minggu mereka disini banyak tempat sudah pasangan itu kunjungi. Dan hari ini Zahra minta diantar untuk main salju sekali lagi.
"Sayang, udah ya mainnya. Pesawat kita take off dua jam lagi. Kamu juga udah mengigil tuh. " ucap fatih memberi tahu.
"Iya bentar, aku kesana." Sahut Zahra berjalan kearah fatih.
Cup
"Ihh, apaan sih." ucap Zahra malu ketika fatih menciumnya ditempat umum seperti ini.
Fatih menggendong Zahra ala bridal style. Membuat Zahra memberontak di gendongannya. Zahra memang tidak bisa diajak romantis.
"Turunin mas. " Pekik Zahra.
Fatih terus berjalan, tanpa menghiraukan rengekan Zahra. Akhirnya Zahra hanya bisa pasrah digendong Fatih dan mengalungkan tangannya disana.
Mereka sudah sampai di Indonesia sejam yang lalu. Fatih berencana langsung membawa Zahra kerumah mereka. Lebih tepatnya rumah Fatih yang dia rancang sendiri.
Zahra kagum dengan rancangan suaminya. Sangat simple namun kesan modern tetap melekat pada rumah dua lantai itu. Bik inah yang tahu Fatih membawa istrinya tentu saja senang menyambutnya.
Fatih sudah dianggap anak sendiri oleh bik inah. Dia dulu bekerja dirumah umi fatih dari semenjak Fatih bayi. Dan ketika Fatih punya rumah sendiri umi meminta bik inah ikut bersama Fatih. Rumah itu baru beberapa bulan Fatih tempati. Fatih juga sudah mengabari umi bahwa dia akan pulang langsung kerumah mereka.
"Assalamu'alaikum." Ucap mereka bersamaan ketika memasuki rumah.
"Waalaikum salam." Jawab bik inah tersenyum ramah.
"Selamat datang non." Sambut bik inah.
"Makasih bik."jawab Zahra tak kalah ramah.
"Mau bibik bantuin angkat kopernya non? " Tanya bik inah menawarkan bantuan.
"Eh, gausah bik Zahra bisa sendiri kok." Jawab Zahra.
"Biar aku ajaa." Ucap fatih.
"Yaudah bibik kedapur dulu ya lanjut masak." Pamit bik inah.
"Ngihh bik. "
"Sayang, ini rumah kita." Ucap Fatih memberi tahu."gapapakan cuma begini aja."
"Gapapa dong, emang kenapa?" Tanya Zahra bingung.
"Ya takut aja kamu gak suka."
"Aku suka, suka banget malah." ucapan Zahra terhenti karena Fatih membungkam mulutnya dengan ciuman maut.
"Ada bibik mas, malu tahu. " Zahra tak tahu kalau kepergok dengan bik inah akan semalu apa dirinya.
"Yaudah lanjut dikamar ayo." Ucap Fatih mengedipkan sebelah matanya.
"Kan udah tadi pagi. "
"Mau lagi." Pinta Fatih dengan pipi eyesnya membuatnya terlihat imut dimata Zahra.
Zahra mencubit perut Fatih cukup kencang. Lalu berlari kabur dengan menaiki tangga atas.
SEKIAN
Gimana part ini guys
🤭
Thanks you buat kalian para readers
"Konduktor menghantarkan panas, tapi readers menghantarkan kebahagiaan."
By mumfa
Wkwkwk
See you chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
MALA KUSSAMA
Духовные"dia yang mencintaiku,tanpa memandang masalaluku." Zahra Zulaikha putri. aku yang berusaha kabur dari orang yang membeliku pada ayahku. hingga akhirnya aku bertemu ustazah anum yang mengajariku caranya mengenal allah. Aku bahkan sangat jauh dari...