🍒 BUCIN 🍒

62 5 0
                                    

Happy day my life

.
.
.
.
.

"Terkadang, cara terindah untuk berdamai adalah dengan mengikhlaskan."

"Berbahagialah diatas penderitaan orang lain."

Pov orang lain

Pagi hari ini, Zahra disibukkan dengan kegiatan memasak. Fatih minta dimasakkan ayam kecap hari ini. Makanan favoritnya, rencananya setelah selesai memasak Zahra akan mengunjungi ustazah anum.

kandungan Zahra sudah memasuki usia ketiga bulan. Membuat Fatih selalu siap siaga menjaga istri dan calon anak mereka. Jika Zahra dengan sikap keras kepalanya. Maka Fatih dengan segenap hati mengikuti perintah konyol Zahra.

Zahra berkeliling halaman, untuk mencari ustazah anum. Terlihat bunga mawar putih yang terawat dengan indah disudut rumah ustazah anum. Zahra mendekatkan hidungnya pada bunga tersebut. Harum sekali sudah lama sekali rasanya zahra tidak mencium aroma ini.

"Zahra." Panggil ustazah anum tersenyum ramah.

"Ustazah, " Jawab Zahra tak kalah ramah.

"Ayo masuk nak, ngak baik bumil panas-panassan. "

"Iya ustazah. "

"Nih, ustazah udah masak buat kamu. Makan dulu yuk." Ajak ustazah anum.

"Wah, ustazah tahu aja makanan kesukaan Zahra. Padahal tadi udah makan tapi laper lagi. " Ucap Zahra tersenyum malu.

" Yaudah makan aja, gak usah malu-maku. "

"Iya ustazah." Kata Zahra mulai menuangkan nasi kedalam piring.

Tumis kangkung, ayam goreng ditambah sambel terasi benar-benar makanan favorit Zahra dari kecil. Namun semenjak ayahnya menganggur dan mulai main judi Zahra jadi jarang makan makanan seperti ini. Karena harus berhemat mengingat pekerjaan ibunya hanya sebagai pembantu rumah tangga.

Setiap melihat ustazah anum Zahra selalu teringat dengan ibunya. Zahra sering menemuinya tapi tetap saja ibunya tidak mengenalnya.

°°°°°

Sore ini rencananya Fatih akan menemani Zahra kegranmedia. Zahra ingin membeli novel bergenre horor, hingga romansa. Kini setelah berhadapan dengan banyaknya buku-buku malah membuatnya bingung sendiri.

Zahra kembali dengan banyak buku di tangannya. Fatih dengan sigab membantu istrinya itu, mencoba mengurangi beban yang Zahra bawa. Setelah itu membayar kekasir.

Selepas dari granmedia mereka tidak langsung pulang kerumah. Melainkan mampir ketaman dekat dengan rumah mereka. Lebih tepatnya piknik dadakan. Sebelum ketaman mereka mampir ke super market terdekat untuk membeli beberapa cemilan juga minuman.

Suasana yang sudah sore, membuat banyak orang mengunjungi taman tersebut. Saat akan duduk diatas rerumputan seorang anak kecil bersepeda dengan tak sengaja menyerempet Zahra. Membuat Zahra hampir saja terjatuh jika Fatih tidak menangkapnya.

"Cieeee...."

"Lain kali Hati-hati dek main sepedanya. " Pesan Fatih.

"Iya kak, maaf ya. " Ucap bocah tersebut.

Wajah Zahra berubah pucat pasi, dia menengang hampir saja dia membahayakan bayinya. Dia benar-benar syok.

"Tenang, semuanya baik-baik aja. " Ucap Fatih menenangkan.

"Aku takut, mas. "

"Husf, ada mas disini. " Fatih memeluk Zahra.

Setelah sedikit tenang, mereka pun makan cemilan sambil Fatih melontarkan beberapa lelucon berusaha menghilangkan kekhawatiran Zahra.

"Jangan senyum. " Larang Fatih.

"Kenapa? "

"Nanti banyak yang lihat. "Ujar Fatih tak suka.

" Senyumkan ibadah mas." Ucap Zahra mulai sebal.

"Pokoknya jangan. "

" Masa aku ketemu teman jutek"

"Maksud mas, jangan senyum didepan laki-laki. " Posesif Fatih.

"Mas cemburu ya. " Goda Zahra.

"Iya mas cemburu. " Ucap Fatih membuat Zahra salting sendiri.

Malamnya Zahra masih sibuk menghafalkan ayat-ayat pendek. Dengan Fatih yang memperhatikan sesekali menjawil hidung mancung Zahra bila Zahra salah. Sudah ada kemajuan sekarang, sudah banyak ayat pendek yang bisa dihafal oleh Zahra.

Ditutup dengan surah Ar-Rahman dilantunkan oleh Zahra dengan suara merdunya.

"Audzubillahiminasyaitonirojim. "

"Bismillahirrahmanirrahim."

"Ar-raḥmān."

"Allamal-qur’ān.

"Khalaqal-insān."

"Allamahul-bayān."

"Asy-syamsu wal-qamaru biḥusbān. "

"Wan-najmu wasy-syajaru yasjudān. "

"Was-samā’a rafa‘ahā wa waḍa‘al-mīzān."

"Allā taṭgau fil-mīzān."

Fatih benar-benar, terkagum dengan perubahan istrinya. Setelah selesai dengan kegiatan mengaji. Fatih minta dimasakkan oleh Zahra. Dia benar-benar candu dengan masakan Zahra sekarang.

Disela sela kegiatan memasaknya, Tiba-tiba sebuah tangan melingkar diperutnya. Kubucinan kedua pasutri itu semakin hari semakin akut. Bik inah hanya bisa pasrah sambil ter senyum-senyum malu bernostalgia saat muda dulu.

SEKIAN

Thanks you buat kalian para readers

"Konduktor menghantarkan panas, tapi readers menghantarkan  kebahagiaan."

By mumfa

Wkwkwk
See you chapter

🥰🥰🥰🥰🤪

MALA KUSSAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang