Choi.
Yeorin. Yeorin. Yeorin.
Kim Yeorin-ku yang cantik.
Dia akan menjadi milikku.
Yeorin berjalan di trotoar, dan aku menempel pada bayangan yang tersembunyi di bawah naungan bangunan di sekitarnya.
Tatapanku melayang ke seluruh tubuhnya. Ada kecantikan alami dalam dirinya, sesuatu yang nyata yang sudah lama tidak kulihat pada seorang wanita, dan aku tahu, tanpa keraguan, bahwa ini akan menjadi perjalanan yang liar.
Aku sudah tergila-gila. Sekali lihat dan aku harus memilikinya.
Aku tidak sabar mendengar dia menjerit dan merasakan tubuhnya di bawah tanganku saat aku mengambil nyawanya, tapi pertama-tama, aku akan menjadikan dia milikku.
Yeorin akan menginginkanku sama seperti aku menginginkannya. Dia akan mencintaiku, bergantung padaku, dan mendambakanku setiap saat sepanjang hari.
Kapan aku akan mencicipinya?
Pikiran itu saja membuat tanganku mengepal di sisi tubuhku. Aku siap membawanya di sini, di tengah jalan, tetapi aku harus berhati-hati dan memainkan kartu ku dengan benar.
Wanita ini membuatku penasaran.
Aku perlu melingkarkan tanganku di rambutnya dan menarik dia ke dalam diriku. Aku perlu mendengar embusan napas lembut saat aku mendorong ke dalam dirinya. Dan sialnya, aku tahu dia akan terasa ketat, seperti pasangan yang sempurna, dibuat khusus untukku.
Ada semangat dalam dirinya. Seolah dia hanya menunggu ku datang dan memberikan apa yang dia butuhkan, itulah yang akan ku lakukan.
Aku melihat dalam dirinya. Dia tidak pernah puas, tidak pernah merasakan dorongan seperti yang bisa kuberikan padanya.
Aku sudah melakukan ini sejak lama, dengan cermat memilih wanita yang akan menjadi obsesi terbaruku, dan Yeorin itu mudah.
Dia tinggal sendirian, dan dari apa yang aku tahu, tidak bergantung pada keluarga atau teman-temannya. Dia berjalan kaki ke dan dari tempat kerja, selain saat Seokjin menawarkan untuk mengantarnya, meskipun pada malam seperti malam ini, dia dengan bodohnya menolak, dan lebih memilih berjalan kaki.
Ya Tuhan, dia akan memudahkanku. Aku hampir kecewa karena dia tidak akan menjadi tantangan.
Aku tahu kesukaannya, ketidaksukaannya, makanan favoritnya, dan di mana dia lebih suka membelinya. Tapi itu tidak cukup; ini hanyalah omong kosong tingkat permukaan. Aku perlu mendalami lebih dalam untuk mencari tahu apa yang membuatnya tergerak.
Kami berada di tengah-tengah Daegok, dan untungnya bagi ku, ada banyak orang berlalu-lalang di jalan sehingga aku bisa tetap berada di dekatnya tanpa menimbulkan kecurigaan.
Dia mampir ke toko swalayan dan mengambil sebatang coklat dan soda, dan aku menunggu di depan, bersembunyi di balik bayang-bayang, sambil menghisap rokok dalam waktu lama.
Kemudian ketika Yeorin keluar dari toko, dia melewatiku, dan aroma manisnya menyapuku seperti angin musim panas yang paling manis. Jika aku tidak memiliki kendali yang didapat dari latihan bertahun-tahun, aku akan mengakhiri hidupnya di sini, tapi itu akan menjadi sebuah tragedi. Aku belum selesai dengannya.
Sial, aku bahkan belum memulainya.
Yeorin terus berjalan, mematahkan batang coklat seolah tidak ada hari esok, dan saat aku tertinggal di belakangnya, tanpa terlihat mengikuti ke rumahnya, mau tak mau aku bertanya-tanya apakah dia punya pertimbangan untuk keselamatannya sendiri.
Dia tidak benar-benar tinggal di daerah yang aman, dan gadis lain mana pun tidak akan merasa nyaman berjalan sendirian di malam hari.
Dia bahkan tidak bergeming ketika seorang pria melewatinya, dan dia tidak memegang tasnya lebih erat atau menyeberang ke seberang jalan ketika seseorang melirik terlalu lama. Tapi tidak apa-apa. Dia menyuruhku mengawasinya kembali sekarang. Tidak akan terjadi apa-apa padanya selama aku bersamanya. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Monster
Mystery / ThrillerDia mengawasiku di malam hari, menyelinap masuk melalui jendela ruang tamuku dan membuat darahku membeku. Aku merasakan dia di sekelilingku saat hawa dingin menjalar ke punggungku. Setiap malam dia menjadi lebih berani, semakin dekat dan menyambut d...