26

68 14 8
                                    

Yeorin.

Hari ini benar-benar hari yang sangat panjang, dan juga menakutkan.

Hari ini, aku menjadi tamu istimewa di pemakaman geng motor, dan jika bukan karena fakta bahwa aku diizinkan untuk ditemani Seokjin, aku tidak tahu apakah aku akan mampu datang.

Jimin dengan tegas menolak, sampai aku tidak repot-repot bertanya apakah dia boleh ikut dengan ku, dan aku tentu saja tidak akan menempatkan Seonjoo dalam posisi ini.

Astaga, mengenalnya, Seonjoo mungkin akan mencoba melompat ke salah satu tempat tidur mereka dan secara tidak sengaja memilih salah satu yang sudah terikat. Meskipun sejujurnya, ku pikir dia mungkin masih berhubungan seks dengan pacarnya.

Mengingat banyak dari mereka sudah mengenal dan memercayai Seokjin, dia adalah pilihan yang paling logis, dan dia merasa terhormat untuk menemani ku. Meskipun, ketika ketua geng motor mendudukkan ku dan mulai mengajukan pertanyaan kepada ku, Seokjin lebih dari sekadar gelisah.

Namun, aku menelan rasa takut dan memberi tahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Meskipun pengawasan video dari apartemen ku masih gagal menunjukkan siapa pun yang masuk atau keluar, jadi, mereka tidak menganggap penguntit ku sebagai tersangka yang layak atas kematian Jungkook.

Astaga, beberapa dari mereka bahkan mempertanyakan apakah kewarasan ku masih utuh, tetapi orang-orang baik yang peduli apakah aku hidup atau mati, berjanji untuk menyelidikinya.

Sisa pemakaman lebih merupakan pesta liar. Setelah semua orang mengucapkan selamat tinggal, mereka membuka bar dan semua orang mulai bercinta. Aku melihat pelacur klub mengisap penis di tengah bar, pria-pria menghirup kokain dari meja kopi, sementara seorang pria kurus yang berteriak tentang ketidakbersalahannya dilakban ke dinding dan digunakan sebagai papan dart manusia. Tepatnya saat itulah Seokjin dan aku memutuskan bahwa sudah waktunya untuk pergi.

.
.
.

Sudah tiga hari sejak kematian Jungkook, dan sejak itu, teman sekamarku yang menyeramkan itu belum juga datang untuk menjengukku meskipun jendelanya masih tidak terkunci. Meskipun mengingat tempat kejadian perkara di samping kompleks apartemenku, mungkin bukan ide yang bagus untuk ketahuan menyelinap.

Meskipun geng motor menyangkal bahwa penguntitku mungkin ada hubungannya dengan ini, ada sesuatu dalam hatiku yang berteriak bahwa mereka salah.

Aku memikirkannya sepanjang perjalanan pulang dari clubhouse dan nyaris tidak bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Seokjin sebelum dia pergi, memastikan untuk bertahan sampai aku memasuki gedungku.

Aku berjalan menuju lantai tiga, dan meskipun aku sangat ingin jatuh ke pelukan Jimin, aku mendapati diriku melewati pintunya.

Sejak Jungkook ditemukan tewas, aku tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan yang sangat nyata bahwa penguntitku adalah orang yang melakukannya, dan aku tidak bisa menghilangkan rasa takut bahwa aku menempatkan Jimin dalam bahaya.

Aku jatuh cinta padanya, dan setelah kehilangan Baekhyun dan Jungkook, aku tidak yakin aku bisa mengatasi kehilangan Jimin juga, dan kupikir dia tahu itu.

Aku menjauh, dan mengingat semua yang telah terjadi, dia memberiku ruang, tetapi itu tidak akan bertahan lama. Dia tidak memiliki kendali diri untuk menjauh. Dan sejujurnya, kupikir aku menyukai itu darinya.

Dia tahu kapan harus mendorong dan kapan harus menahan diri, dan yang lebih penting, dia tahu persis bagaimana melakukannya dengan cara yang selalu membuatku menginginkan lebih.

Saat memasuki apartemenku, pandanganku langsung tertuju ke jendela, dan aku membenci sedikit rasa sakit yang membumbung di dadaku saat mendapati jendela tertutup.

Pretty MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang