Something About That Girl

270 21 0
                                    

Apa ini? Apa tentang yang dulu sudah terganti? Sungguh, tidak percaya. Mudah sekali hati terjatuh lagi. Tidak, aku tidak ingin salah berlabuh, lagi.

***

Pemandangan langit di kota Jakarta, malam hari tampak indah. Pasalnya, rembulan dan juga bintang bertebaran sebagaimana mestinya. Cantik. Begitu yang sedang dipandang cowok berwajah tirus itu.

Ada kalanya dia menggumam, ada kalanya juga dia bergeming. Di balkon kamar seorang diri, di rumah dengan fasilitas mewah, yang banyak orang lain mengagumi keadaan tersebut. Tak membuat Evan merasa indah berada di sana.

Pemandangan yang ia lihat itu, tertutup oleh rasa yang terasa kosong, hampa. Tanpa kejelasan, Evan dalam kebimbangan. Apalah yang sedang dia pikirkan? Wajahnya terlihat nelangsa.

Evan sudah menimbang-nimbang. Dia tahu keputusan bodohnya dahulu. Jadi, apa menghubungi Patrick sekarang adalah waktu yang tepat? Apa Evan bisa kembali bermusik lagi, semudah dan secepat itu? Tuhan... rasanya berat. Evan tak tahu sanggup atau tidak. Sisi egonya yang tinggi, juga trauma yang masih saja terlintas. Membuatnya sulit mengambil keputusan.

Bagaimanapun, musik jugalah hidupnya. Hidup Evan.

"Ck!" decak lelaki itu. Mengacak-acak rambutnya, Evan mendongak ke langit. Menatap lagi cahaya kelap-kelip bintang bertabur di sana. Semoga dan seberharap itu, dia mendapatkan cahaya dari sana untuk hidupnya.

"Gue harus apa?" gumam Evan.

***

"Orang gila mana yang pengen disebut rajin, tapi mandi pagi ajah males."

"Orang gila mana yang punya temen, tapi malah ngobrol sendirian."

"Orang gila mana yang nyerocos sendirian dan bikin temannya pusing!" Jean menyahut keras. "Lo kalo mau ajak ngobrol minimal mah bilanglah!"

"Je," ujar Nichole. "Hm," deham Jean. "Gak jadi."

"Beli nasi bungkus pake karet, dasar kampret!"

"Sial-sial, si Jean bawa sial. Tertipu tutur dan caranya...," Nichole berhenti bernyanyi. Lagu Mahalini berjudul-- Sial, dia ganti liriknya sembari memperhatikan wajah garang Jean.

Sekarang, lelaki itu masih tampak sangar karena Nichole dengan berani menyebutkan dengan celotehan namanya begitu saja. Tatapan tajam Jean bukan membuat Nichole ketakutan, melainkan dia tertawa keras. Capek. Orang gila mana yang tidak tertawa dengan tingkah gila mereka?Kenapa duo sejoli itu tak berkesudahan dalam membuat kelucuan?

***

Seseorang lalu berdeham, sembari membagikan selebaran di atas meja. "Apa ini?" ucap Jean.

"Baca ajah," Yutha menyahut. Lelaki itu lantas duduk di kursi.

"Wow! Lo dapat ini dari mana?" tanya Jean. Matanya kentara berbinar, senang.

"Nemu di jalan, kemarin."

Nichole kemudian menarik selebaran itu. Namun, kertas itu terjatuh di lantai, tanpa diduga. Nahasnya, jatuhnya tepat sekali. Di dekat sepatu... Evan.

Berjongkok, Evan mengambil kertas itu. Dan melihat ada event lomba gitaris. Siapa yang tak senang akan hal itu? Namun, melihat event berkaitan dengan musik membuat Evan tersentil akan masa lalunya.

I'll be Better with You (Lee Heeseung) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang