"Van, oper!" teriak Sagara. Evan melambungkan bola ke arah Sagara. Lalu, Sagara membawa bola itu dan mendribble sampai menuju ring. Namun, Zack menghalau perjalanan Sagara. Permainan basket random itu tidak berlangsung lama lantaran Evan segera duduk.
Zack dan Sagara yang meneruskan bermain basket satu lawan satu. Lalu, Nichole yang sedang duduk sembari mengunyah permen karet itu ikut bergabung. Permainan basket tidaklah begitu serius. Mereka hanya sibuk ingin memasukkan bola ke ring dalam jumlah yang banyak.
Di saat itu, semangat Evan yang biasanya membara kalau soal basket, kini luntur lantaran pikirannya selalu tertuju pada seorang gadis. Evan duduk di atas anak tangga dengan kedua kaki dibuka selebar bahu. Evan merindukan Alea. Dia belum melihat wajah gadis itu. Dia selalu khawatir akan kondisi Alea semenjak mengetahui kalau adiknya di panti sedang bertarung melawan kanker. Meski pandangannya ke depan, tatapannya terlihat kosong. Ya karena memang pikiran Evan sedang kacau juga.
Jean membawa gitar datang bersama Yutha dan Steven. Mereka naik ke beberapa anak tangga menghampiri Evan. Jean lantas duduk seraya menyenggol lengan Evan, "gak join sama mereka?" tanya Jean, maksudnya itu kenapa Evan tak gabung bermain basket sama yang lain? Kenapa memilih duduk sendiri. Tidak biasanya Evan tidak antusias perihal basket.
Evan tak menyahut."Gue mau ke Nichole, kalian gak mau basketan juga?" ucap Yutha.
Evan, Jean dan Steven menggeleng bersamaan. Kali ini Yutha memisahkan diri bergabung main basket dengan Zack, Sagara dan Nichole.
"Kenapa lo main basket, pms?" ucap Jean. Evan tak menyahut, tatapannya masih tampak tak terbaca. Steven terkekeh seraya menutup mulutnya dengan salah satu tangan. "Ngaco banget omongannya," ucap Steven.
"Gue kan nanya," ujar Jean. Dia pun menyetem senar-senar sebelum memulai satu lagu.
Ketiganya tak ada yang bersuara. Hanya terdengar suara petikan jari Jean dan senar itu saja. Meski begitu, masih saja Evan memikirkan Alea dan Alea. Padahal kedua sahabatnya itu ada di sampingnya.
Bosan menyaksikan kawan-kawannya bermain basket, Steven mengeluarkan ponsel seraya membuka media sosial. Beberapa kali pria itu juga mengambil potret dirinya sendiri.
"Diam ajah lo, Van? Lo nggak sariawan kan?"Jean selesai menyetem gitar. Bunyi petikan gitar, melodi mulai mengalun indah. Jean bersuara, menyanyikan lagu 'Dan-Sheila On 7'. Suara vokal pria itu tak kalah bagus dari Evan. Dia juga memiliki suara yang stabil. Itu mengapa dia pernah menjadi anggota boyband.
Tadinya, keduanya hanya diam, hanya Jean yang sibuk bersenandung. Lama-kelamaan, Steven mengangguk-anggukan kepala sembari memainkan ponsel, juga ikut bernyanyi. Begitu juga cowok yang tadi hanya diam dengan pikirannya yang tak karuan. Suara ketiganya terdengar kompak menjadi satu kesatuan. Yang tengah bermain basket menoleh ke arah mereka bertiga. Tampak seru, akhirnya permainan pun disudahi. Mereka ikut bergabung ke sisi lapangan.
Sepotong lagu berjalan, sudut mata Evan menangkap sosok yang selalu dinanti-nanti. Evan bangkit.
"Van, mau ke mana?"
"Cabut."
Biarkan saja. Evan benar-benar pergi meninggalkan mereka yang sedang asyik-asyiknya bernyanyi.
"Caci maki saja diriku~"
Mereka saling bersahutan, atau bernyanyi dengan kompak. Percayalah itu seru sekali. Dan Evan memilih pergi menemui Alea. Jean masih asyik dengan gitar, kaki kanannya ikut dihentakkan ke bumi mengikuti nada. Suasana persahabatan yang seru itu tak membuat Evan memilih berdiam di sana. Bukan karena dia tak peduli, tidak, pasalnya hari ini dia benar-benar tengah kalut memikirkan kondisi Alea.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll be Better with You (Lee Heeseung) || TAMAT
Teen FictionIni tentang kisah Evan Antonio yang terpaksa hiatus dari boyband lantaran dia diselingkuhi pacarnya saat anniversary, hubungannya kandas di acara musik usai selesai perform. Terrific. Ya, dia adalah ketua dari boyband tersebut. Tapi, itu tidak lagi...