There's Something Different

169 20 0
                                    

"Lo gak bilang mau masuk seni?" dengan kedua tangan menyilang di depan dada, tampangnya datar lelaki itu melontarkan pertanyaan kepada lawan bicaranya yang baru saja tiba.

"Lo sendiri gimana? Lo juga gak ada bilang," sahut Jean. Pria berahang tegas itu datang bersamaan dengan kelima sahabatnya yang lain. Dengan tas hitam menyampir di bahu kanannya.

"Udah deh, hal sepele jangan diperbesar, jangan ribut. Tabungan tuh yang diperbesar," oceh Nichole.

"Ya, tapi mereka juga udah kaya. Punya tabungan banyak," Steven membenarkan ucapan Nichole. "Iya juga sih." Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Udah, kenapa jadi debat, sih? Justru bagus kalau kita masuk seni semua," sahut Yutha. Yang lain mengangguk setuju. Itu artinya, mereka bersatu, tidak terpisahkan.

"Tapi, sejujurnya kita semua gak nyangka kalau lo bakal ambil ekskul seni, Van," jujur Zack.

"Benar, gue bersyukur kalau lo mau bermusik lagi," ucap Sagara.

Jean berdeham, "lo gak mau gitu kita semua comeback manggung? Gue rasa Terrificlovers bakalan senang."

"Gak semudah itu, Jean. Kita harus beri waktu sampai Evan benar-benar sembuh," ucap Zack.

***

"Kita bikin romantis, bikin paling romantis," Steven bersenandung duduk di kursi sembari menggoyangkan bahu ke kiri dan kanan bersamaan kepalanya yang turut ikut.

Tak lama, Sagara datang menarik kursi duduk di samping Steven. "Ada apa?" tanya Steven. Sagara menggeleng. Pria yang hanya diam saja itu wajahnya begitu tampan membuat semua orang terpikat. Dia pemilik alis tebal yang juga membuat kaum hawa insecure.

"Kita bikin romantis yang paling romantis," ujar Steven lagi. Sagara hanya tersenyum kecil melihat sahabatnya itu bernyanyi. Wajah Steven selalu saja ceria. Seperti tak punya beban hidup.

"Lo kangen nyanyi di panggung, Stev?" tanya Gara. "Lo sendiri gimana? Kalau gue tentu iya," jawab Steven jujur.

Pembicaraan itu pun berakhir kala murid-murid mulai memasuki kelas. Sagara juga beralih ke kursinya. Dalam hati, dia juga turut menyetujui kalau dirinya rindu menyanyikan lagu di atas panggung.

Wajah datar Sagara itu rupanya turut diperhatikan oleh sahabatnya yang lain. Zack lantas membuka suara. "Ada apa?" ucap Zack.

Sagara hanya menggeleng kecil dengan tatapan mata kosongnya. Mendapatkan jawaban dari Sagara barusan, Zack tak menggali lebih jauh. Namun, dia tahu Sagara tengah memendam sesuatu.

Sesuatu yang jelas-jelas berhubungan dengan mereka.

Zack memang tak bertanya lagi, tapi dia mengatakan sesuatu pada Sagara yang membuat pikirannya tenang, "kalau lo mau cerita sesuatu, cerita ke gue. Gue ada untuk lo, Gar."

***

Sudah rutinitas kalau di jam 12 siang di kantin DHS tak pernah sepi. Siswa-siswi mengantre mengambil menu makan siang mereka. Ada yang sudah booking tempat lebih awal. Ada yang sudah stand by sebelum bel istirahat berbunyi. Dan ada berbagai serba-serbi kejadian waktu istirahat tiba.

Evan, dengan memimpin perjalanan pasukannya, berjalan dengan tampang cool bak bintang film, bak model yang sedang berada di karpet merah. Bak tengah mengambil suatu klip video syuting mv musik memasuki area kantin. Seperti biasa, ketujuhnya selalu menjadi buah bibir para murid DHS.

Tiada hari tanpa membicarakan pesona mereka. Memuja-muji suara, fisik mereka yang terbilang sempurna, kekayaan yang tak kan habis tujuh turunan, lima tanjakan, delapan belokan, 100 gang, 1000 pulau. Mereka memang hidup sudah ditakdirkan sebagai seorang selebritis.

I'll be Better with You (Lee Heeseung) || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang