2

328 63 1
                                    

Wajah Frieda berbinar. Dia menatap Travis dan segera mendaratkan kecupan singkat di bibir Travis.

Florin mengalihkan pandangan ke arah lain. Tidak bisa melihat adegan itu di depan matanya. Apalagi saat dia melihat kalung berlian yang begitu cantik di tangan Frieda. Itu memberikan suntikan ketidakberdayaan pada Florin. Karena jelas-jelas beberapa bulan yang lalu dia dan Travis menemukan kalung itu. Dan Florin mengatakan kalau dia sangat suka dengan kalungnya.

Travis mengatakan akan membelikannya, tapi Florin mencegahnya. Sekarang kalung itu malah dibelikan untuk Frieda. Apa yang sedang coba diperbuat Travis padanya? Bahwa mengatakan apa pun yang diinginkan Frieda selama meski itu keinginan Florin sekali pun, Travis akan mengabulkannya? Jika memang begitu, sikap Travis selama ini padanya, apakah hanya khayalan Florin semata? Sepertinya memang begitu.

Dengan senyuman yang coba dibuat semanis mungkin, Florin pamit dari depan mereka berdua yang sedang menikmati kebahagiaan mereka. Dia melangkah masuk kembali ke pesta, bukan untuk menikmatinya melainkan untuk mengambil sebotol tequilla yang menggoda pandangannya.

Membawa kakinya beranjak pergi, Florin segera lenyap di pintu yang tertutup rapat. Dia menenggak tequila itu dengan rakus. Seolah tenggorokannya begitu gersang dan hanya minuman itu yang mampu meredakannya.

Langkahnya terus terpacu, kakinya tidak bisa berhenti. Malam menjadi dingin tapi begitu menyenangkan. Dengan gaun yang menunjukkan bahu indahnya, beberapa pasang mata menatapnya penuh dengan godaan. Tapi seolah tahu kalau sosok itu tidak dapat disentuh, semua hanya menatap tanpa ada yang mau bahkan sekedar untuk menyapa.

Itu membuat Florin menjadi gersang dan seolah tidak ada yang menginginkannya. Ayah dan ibunya hanya menganggapnya boneka untuk menemani anak perempuannya. Kakak perempuannya malah mengambil semua apa yang diinginkan dan dimilikinya tanpa belas kasih. Travis juga pada akhirnya menyakitinya.

Dan sekarang orang-orang hanya menatapnya tanpa kau mendekat apalagi menyentuhnya. Dia tidak peduli, malam ini dia ingin memiliki seseorang. Dia ingin membuat dirinya sendiri berharga dalam sentuhan sosok asing. Siapa pun, selama dia menginginkan tubuh Florin maka itu sepadan.

Tapi yang dilakukan gadis itu malah hanya berjalan ke arah rumahnya. Dia yakin rumahnya dekat, karena acara pesta memang diadakan di tempat yang masih satu area dengan rumah mereka. Itu membuat Florin melangkah dengan pasti. Dia menemukan sebatang pohon yang tumbuh dengan lebat, daunnya yang hijau memanjakan pandangannya.

Florin mengenal pohon itu, itu pohon yang ada di depan rumahnya. Ah, pasti di sana rumahnya. Dia melangkah masuk melalui gerbang yang hanya setinggi dada orang dewasa. Tapi mendorong gerban itu beberapa kali tidak memberikannya hasil apa pun. Gerbangnya masih berdiri dengan teguh dan seolah mengejeknya. Florin segera menendang gerbang itu dengan kesal.

Dia tadinya hendak duduk dan memeluk botolnya di dekat gerbang. Mungkin akan ada keluarga atau pelayan yang pulang lebih dulu dan membukakan gerbang untuknya.

Biasanya tidak ada gerbang di rumahnya. Kenapa sekarang tiba-tiba ada? Florin tidak mau memikirkannya. Papanya mungkin membangunnya lebih awal dan Florin tidak menyadarinya.

Nyamuk menggigit kulitnya dan terbang di sekitar telinganya. Suara dengungan nyamuk itu sangat mengganggu. Lebih mengganggu dari gigitannya. Dengan kesal Florin merobek gaunnya dengan kekuatan penuh. Membawa sobek gaun itu sampai ke pangkal pahanya. Hanya sedikit gerakan dan celana dalam brenda itu akan mengintip. Tapi dia tidak menyadarinya, dia hanya ingin memanjat gerbang dan gaunnya mengganggu.

Saat dia benar-benar memanjat, suara alarm berbunyi. Seperti suara di kepalanya. Tapi jelas tidak akan sejelas itu. Gerbang itulah yang membunyikan alarm. Seolah peringatan akan penyusup yang masuk.

Florin tidak peduli dengan suara alarm itu. Dia tetap memanjat dengan mudah dan segera masuk. Dengan halaman luas yang terbentang di depan matanya, Florin mengerjap. Dia membawa botol yang sejak tadi tidak lepas dari tangannya. Botol itu sudah tidak meninggalkan isi sama sekali. Florin menghabiskan semuanya.

Langkahnya agak sempoyongan bergerak ke arah jalan setapak yang disusun menggunakan batu hitam yang sangat pekat. Dia tidak melalui pintu depan, melainkan melangkah ke area samping rumah. Kemudian beberapa suara langkah yang berlari ke arah gerbang dilihatnya, tapi beberapa orang yang berlari itu tampaknya tidak menemukan penyusupnya.

Florin bersembunyi di balik pohon besar. Menyembunyikan diri, jangan sampai papanya menangkap kalau dia yang membuat kegaduhan di tengah malam. Karena papanya tidak pernah suka ada yang mengganggu waktu membacanya. Bibir botol ada di bibirnya, cegukannya yang terdengar beberapa kali membuat kepalanya seperti terantuk. Dia menggeleng, ingin segera merebahkan tubuhnya di di ranjang. Dia membutuhkan ranjangnya saat ini. Dia sangat membutuhkan guling kesayangannya.

Berbalik dan melangkah lagi, Florin menemukan dia melangkah di bawah cahaya bulan yang bersninar terang. Itu menciptakan bayangan indah di antara langkahnya. Dia sudah akan bergerak ke arah pintu kaca yang kembali terlihat asing baginya. Tapi dia tahu kalau di pintu itu adalah jalan masuk ke kamarnya. Karena dia memang tidur di kamar belakang, tepat di mana para pelayan juga tidur. Mereka hanya memiliki tiga pelayan dan kamarnya memang ada dua. Tapi tiga pelayan itu tidur bersama sementara Florin tidur sendiri. Kamarnya kecil, bahkan tempat menaruh buku saja tidak memiliki banyak tempat. Itu membuat Florin lebih suka meninggalkan bukunya di loker kampus.

Tangannya sudah siap meraih gagang pintu saat dia mendengar suara cipratan air yang begitu keras. Dia penasaran karena seingatnya rumahnya tidak memiliki kolam. Bahkan kolam ikan saja tidak. Jadi dia melangkah meninggalkan pintu dan bergegas ke sumber suara.

Hanya melangkah ke belokan dan dia menemukan kolam yang ada di luar ruangan. Kolam yang memiliki ukuran besar itu memukau pandangan Florin. Apakah ayahnya memasang kolam tanpa sepengetahuannya?

Mendekati kolam itu, Florin kembali cegukan. Dia menatap ke arah kolam dan melihat gerakan di dalam sana.

Sleep With Bastard (KAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang