1

608 74 0
                                    

Entah garis apa yang membawanya pada perasaan yang begitu tidak menyenangkan. Dia hanya menginginkan kehidupan yang stabil dan hubungan yang tidak memiliki terlalu banyak rintangan. Dia inginkan kedamaian tapi seolah nama tengahnya adalah pertentangan. Karena pada akhirnya dia kembali kalah. Dia kembali menjadi gadis menyedihkan yang hanya bisa menatap ke depan dan menemukan pria yang menjadi cinta pertamanya akhirnya malah memasangkan cincin ke jari wanita lain.

Itu adalah pemandangan yang sama sekali tidak membuat dia lega atau bahagia. Bukan keinginannya juga untuk berada di sini dan menyaksikan semuanya. Dia hanya harus berada di sini bahkan meski dia menangis darah sekali pun.

Karena wanita yang sedang tersenyum dengan lebar itu adalah kakaknya sendiri. Bukan kakak kandung. Karena jelas mereka sama sekali tidak memiliki hubungan darah.

Orangtua angkatnya menceritakan kalau dulu dirinya hanya anak kecil menyedihkan yang dibuang ke panti asuhan. Pasangan itu kasihan padanya maka dari itu mereka membawanya pulang. Jelas saat mendatangi panti asuhan tersebut, mereka hanya berniat pergi memberikan sumbangan.

Tapi dia harus bersyukur karena bertemu dengan mereka yang bisa dia sebut papa dan mama. Begitulah mereka mengatakannya. Jelas bukan dari pemikirannya sendiri melainkan mereka menanamkan pemikiran itu padanya. Karena dirinya sendiri tidak merasa demikian.

Ditempatkan di belakang rumah bersama dengan para pelayan. Disuruh melakukan banyak hal saat dia sendiri sibuk dengan pelajarannya. Bahkan dalam segala aspek dia harus mengalah pada kakaknya yang berbeda usia lima tahun dengannya.

Apa pun yang tidak diinginkan wanita itu, dia bisa mengambilnya. Terserah. Tapi apa pun yang diinginkan wanita itu, meski dia menginginkannya juga, dia harus mundur dan biarkan wanita itu mendapatkannya. Dia harus menunggu sampai wanita itu bosan sebelum bisa mengambilnya. Dan wanita itu tidak akan pernah bosan sampai apa yang dia inginkan benar-benar rusak.

Apakah wanita itu juga akan merusak si pria dulu baru mengembalikannya padanya?

Gadis itu mengerjap. Dia meninggalkan pesta yang meriah dan penuh dengan senyuman. Berjalan ke balkon, dia melangkah perlahan. Menapaki kakinya pada lantai gadis itu menatap ke kejauhan sana. Terang pada lampu-lampu kota membuat dia lebih baik. Dari pada menatap pemandangan dua orang yang sudah membuat perasaannya kacau.

Dia memejamkan mata, berusaha menahan desak kesalnya. Dia harus bertahan. Hanya sampai dia selesai kuliah dan meninggalkan keluarga itu. Dia pasti bisa bertahan. Hanya sedikit lagi.

"Flo?"

Florin yang mendengar panggilan itu membuka matanya. Jangan sekarang, bisiknya pada hati kecilnya. Dia tidak mau berbalik untuk melihatnya, dia tidak ingin menunjukkan betapa berdukanya dia pada pilihan yang diambil pria itu.

Bagaimana pun, Florin jelas tidak menyembunyikan perasaannya selama ini pada pria itu. Dia menunjukkannya dengan terang-terangan dan menunggu saat yang tepat bahkan untuk menyatakannya. Sudah sedalam itu perasaan Florin padanya sampai gadis itu tidak lagi bisa menunggu dan akan mengatakannya sendiri.

Siapa sangka malam saat dia memutuskan akan mengatakannya, malah di malam itu dia menemukan pria itu datang bersama dengan kakak perempuannya itu dan mengatakan kalau pria itu sudah melamar kakaknya dan kakaknya segera setuju. Florin merasa konyol saat berdiri di sana mematung menatap keduanya yang tampak bahagia sekali.

Yang ingin dilakukan Florin sekarang adalah menjauhkan diri dari keduanya. Tidak ingin bersinggungan dengan mereka karena Florin tidak mau tampak lebih konyol lagi. Tapi saat satu sosok itu ada di belakangnya dan menunggu dia berbalik untuk menatapnya, bisakah Florin mengabaikannya?

Jawabannya jelas, dia tidak bisa. Itulah yang membuat dia berbalik dan bertemu pandangan dengan pria itu, Travis Ho. Tunangan kakaknya. Di jarinya bahkan sekarang sudah tersemat cincing pipih yang tampaknya begitu sederhana. Tapi Florin tahu harganya tidak murah, dua hari yang lalu kakak perempuannya datang ke kamarnya dan memamerkan cincin pasangan itu yang berharga sangat fantastis.

"Travis," panggil Florin, berusaha bersikap ceria.

Travis menatap beberapa saat, tampak ada yang ingin dia sampaikan tapi terlalu takut untuk mengatakannya. Bahkan pandangan Travis terasa tidak normal. Karena pria itu sedikit ketakutan.

Florin yang melihatnya, yang tampak kebingungan dan dengan perasaan yang masih tersisa itu mendekat. Dia menengok wajah Travis untuk tahu apa yang terjadi. "Kenapa, Travis? Ada yang ingin kau katakan padaku?"

"Aku—"

"Flo? Travis?"

Suara itu mengangkat pandangan keduanya. Seorang wanita dengan rambut sebahu dan potongan rambut yang jelas satu sisi dan sisi lain tidak sama panjangnya itu menatap ke arah keduanya. Gaun putih terangnya tampak menyapu lantai dengan senyuman dari bibir merahnya yang menggoda. Dia mendekat dan segera berdiri di sisi Travis. Lengan Travis sudah berada dalam kuasanya. Seolah mengatakan di mana posisinya berada dan menegaskan pada siapa pun yang menatap mereka untuk tidak berada di antaranya.

Florin yang melihat itu segera mundur dua langkah. "Kakak," sapa Florin dengan duri di lidahnya.

"Ada apa kau dan Travis berduaan di sini? Jangan membuat aku berprasangka pada kalian." Frieda menyebutkannya sembari tertawa kecil. Seolah apa yang dia katakan adalah sebuah lelucon. Tapi mata itu tidak menunjukkan kesenangan sama sekali. Yang ada malah suram dan tidak terbantahkan kalau Frieda memberikan ancaman pada Florin untuk tidak menguji kesabarannya.

Florin hendak bicara mengatakan kalau tidak ada apa-apa. Tapi Travis sudah lebih dulu menyerahkan kotak kecil ke arah Frieda.

"Aku hanya coba mencari tahu apakah kau akan menyukai hadiah dariku. Aku ingin bertanya pada Fiorin soal pendapatnya."

Frieda mengambil kotak itu dengan bahagia. "Hadiah?"

"Bukalah."

Frieda tidak perlu diminta dua kali. Dia segera membukanya.

Sleep With Bastard (KAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang