15

287 53 1
                                    

"Hei!" seru Florin dengan teriakan keras. Dia mundur membuat tangan Tristan lepas dari perutnya. "Dasar kau bajingan mesum!" Dan Florin melemparkan bantal sofa itu ke arah Tristan. Dia segera berdiri dengan wajah merah malu.

Tristan terkekeh mendengarnya. Dengan siapa pun dia menelepon sekarang jelas mendengar perkataan Florin. Itu membuat seseorang di seberang sana mempertanyakan siapa yang dengan lancang menuduh bos besar sebagai bajingan mesum. Yang membuat terpana adalah si bos yang tetap tertawa dengan riang meski dipanggil dengan buruk.

"Hanya kucing liar," ungkap Tristan.

Florin yang mendengarnya melotot. Bukannya menyeramkan malah menggemaskan.

"Oh, bukan kucing liar. Kelinci liar dan berpura-pura ingin terlihat seperti singa. Sangat lucu."

"Hentikan membicarakanku, Tan Mesum," ucap Florin kesal. "Bukankah katamu kita harus pergi. Mari pergi sekarang." Florin sudah hampir berlari meninggalkan pria itu.

Tristan mengakhiri panggilannya dan segera bergerak mendekati Florin. Mereka keluar bersama dari restoran dan semua pelayan memberikan kepala menunduk kepada mereka. Jelas tahu pengaruh Tristan di tempat itu. Mereka semua tampak berhati-hati. Florin bisa melihat bagaimana mereka takut pada Tristan.

Apa Tristan memang menakutkan? Florin sepertinya tidak menemukan di sisi mana pria itu mengerikan. Dia sudah beberapa kali menyinggung Tristan. Tapi yang dilakukan pria itu hanya tersenyum dan mengejeknya. Yang malah membuat Florin semakin kesal.

Mereka sudah keluar dari restoran. Berjalan ke lantai lima pusat pebelanjaan, Florin mulai merasa tidak nyaman. Dia beberapa kali menangkap mata-mata yang menatapnya. Itu membuat dia resah dan tidak bisa benar-benar fokus dengan langkahnya. Sampai dia tersandung kakinya sendiri.

Untungnya Tristan segera menangkapnya. Tidak sampai membuat dia jatuh bebas ke lantai.

"Hati-hati!" ucap Tristan khawatir. "Sudah kukatakan, jangan banyak melamun."

Florin menatap Tristan. "Mereka semua menatapku. Aku tidak nyaman," adu gadis itu dengan wajah yang menunjukkan ketidaknyamanan.

"Kau harus berhenti menarik kerak hoddie mu dan melihat apa yang ada di dalamnya. Maka mereka akan berhenti memberikan perhatian."

Florin menatap pakaiannya. Karena ini membuat dia tidak nyaman. Seolah ada pandangan yang melihat betapa tidak cocoknya seorang gadis memakai hoddie yang jelas biasanya dikenakan pria. Tapi Florin sendiri tidak sadar kalau apa yang dia lakukanlah yang membuat beberapa pasang mata menatapnya.

"Jalan seperti ini, aku akan menamengimu. Kau tidak akan terlihat oleh siapa pun kemudian."

Florin mengangguk akhirnya. Kemudian dia membiarkan Tristan mengalungkan tangannya di tubuhnya. Membuat mereka benar-benar rapat. Kedekatan itu membuat Florin tercekat, tapi itu lebih baik dari pada menghadapi pandangan aneh semua orang.

Mereka sudah berhenti di sebuah toko pakaian dalam. Itu membuat mata Florin melotot. Seolah bola mata gadis itu hampir keluar karena Tristan benar-benar membawanya masuk.

"Kau sungguh akan ikut masuk?" Florin coba mencari tahu.

"Tentu. Aku harus bertanggung jawab sepenuhnya."

Florin segera menarik diri dari pria itu. Berdiri di depan Tristan, Florin menahan dada pria itu dengan dua tangannya. "Aku bisa melakukannya sendiri. Aku akan memilih sendiri dan dengan cepat menemui di luar. Jadi jangan masuk, tidak perlu. Sungguh." Florin coba meyakinkan.

Tristan tersenyum seolah dia mengerti.

Florin membalas senyuman itu dengan senyuman yang lebih lebar. Mencoba memberikan pengertian lewat senyumannya.

Tapi secepat senyuman Tristan datang, secepat itu pula pria itu memberikan penolakan saat dia menepis tangan Florin dan segera masuk meninggalkan gadis itu yang hampir berteriak karena frustasi. Dia berbalik dan menemukan Tristan yang sudah duduk dengan begitu nyaman di sofa.

Wajah tanpa rasa bersalah itu membawa Florin memiliki keinginan untuk merobek wajah tampan tersebut.

Dua pelayan wanita menyambut mereka. Mereka menyebut Tristan tuan muda yang membuat Florin segera mendekat. Tidak yakin kenapa semua orang menyebut pria itu tuan muda. Apa tempat ini miliknya? Membayangkan pemilik toko pakaian dalam adalah pria, itu sedikit tidak menyenangkan untuk dibayangkan.

"Kalian bisa pergi. Aku akan mengurusnya," ucap Colby mengusir dua wanita yang tidak menunjukkan rasa penasaran itu. Lebih seperti mereka tidak berani merasa penasaran. Karena seperti yang sudah sering digaungkan, rasa penasaran bisa membunuhmu.

Keduanya segera tidak lagi terlihat dan pintu toko dengan pintu kaca itu ditutup rapat. Bahkan Colby sudah menunggu di luar, tidak mengganggu.

"Kau bisa tenang sekarang. Hanya ada aku di sini," ungkap Tristan.

"Bukankah lebih seperti kau yang membuat aku tidak ingin berada di sini?" gumam Florin dengan suara mencicit.

"Apa yang kau katakan?"

Florin tersenyum dengan ceria. "Tidak ada. Apa yang aku katakan?"

Tatapan Tristan tajam, jelas mendengar suara gumaman itu, meski tidak menangkap apa yang dikatakan gadis itu.

Dengan pandangan tajam dari pria itu, Florin segera melarikan diri. Mengambil sembarang bra dan celana dalam satu setel dan segera masuk ke ruang ganti yang untungnya adalah pintu yang memiliki kunci. Jadi dia bisa telanjang di dalam. Setelah mengunci pintu dengan perasaan bahagia, dia mulai melepaskan hoddie dan dress mengerikan itu. Kemudian dia menatap tubuhnya sendiri dengan ringisan.

Begitu banyak bekas kecupan di sana yang membuat Florin sungguh ingin menampar dirinya sendiri.

Menggeleng Florin segera memasang celana dalamnya dan pas. Lalu dia memakai bra yang tampak begitu bagus bentuknya itu. Dia sudah sempat melihat ukurannya dan jelas pas. Itu membuat dia segera memasangnya tapi saat dia coba mengaitkannya, bra itu malah tidak bisa dikaitkan.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Sleep With Bastard (KAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang