6

430 64 0
                                    

Tristan berdecak, bergerak di depannya, pria itu berdiri dengan tegak, memandang gadis itu yang menunduk. "Apalagi yang kau lakukan sekarang? Apa kau takut air?"

"Kau sama saja dengan orang lain," gadis itu terisak. Suaranya terasa bergetar.

Tristan yang merasakan perbedaan pada suara itu segera berlutut di depan gadis itu, pandangan mereka bertemu dan dia menemukan airmata gadis itu yang mengalir dengan deras di pipinya. Terkejut, Tristan segera mengusap airmatanya. Tapi semakin diusap, malah semakin banyak airmata itu mengalir.

"Apa aku begitu mengerikan?"

Tristan menekan kepalan tangannya pada dahi. Dia benar-benar akan dibuat tidak waras jika terus bersama gadis itu.

"Apa tubuhku tidak bagus?" Florin menyentuh pinggangnya saat mengatakannya.

"Bagus. Semuanya bagus."

"Lalu kenapa kau tidak menyentuhku?"

"Menyentuhmu?" Tristan menatap tubuh gadis itu. Lalu dia memegang pipinya. "Ini, aku menyentuhmu bukan?"

"Bukan di sana."

Tristan menyentuh bahu Florin. "Kusentuh. Kau puas sekarang? Bisakah kau mandi dan membuat mabukmu hilang dulu? Kau bisa melakukan apa pun setelah mandi. Karena tubuhmu basah, itu akan membuat kau cepat sakit. Sayangi dirimu, ya?"

"Kau tidak menyayangiku, kenapa aku harus menyayangi diriku."

Tristan hampir cegukan. Dia menunjuk diri. "Kau mau aku menyayangimu?"

"Sentuh aku, ya?"

"Aku sudah menyentuhmu tadi. Kau merasakannya sendiri. Aku tidak mau mendengar lagi kau mengatakannya. Aku mengantarmu ke kamar mandi. Patuh, ya?" Tristan hampir tidak yakin kalau yang bicara sekarang adalah dirinya. Rasanya dia tidak mengenal dirinya. Hanya dalam waktu beberapa menit saja, gadis di depannya ini sanggup mengjungkirkan kepribadiannya. Apa yang akan terjadi kalau sampai mereka bersama beberapa waktu?

Tristan mengulurkan kedua tangannya. Florin menggeleng tidak mau awalnya. Tapi dengan tatapan tajam dari Tristan, gadis itu tidak memiliki pilihan. Tatapan dari mata hitam kelam itu seolah sanggup melahap jiwa seseorang.

Kedua tangan Florin berada dalam genggaman pria itu. Dia dibawa berdiri dan Tristan melepaskan tangannya kemudian. Setelahnya, Tristan melangkah lagi ke arah kamar mandi. Tapi Florin yang tidak puas segera meraih resleting gaunnya dan melepaskan bagian atas dari gaun itu. Menelanjangi dadanya. Karena bagian bawah masih tertahan oleh handuk yang dipakaikan Tristan padanya.

Setelah menelanjangi bagian atas tubuhnya, dia mendekati Tristan dan memeluk pria itu dari belakang. Menempelkan dadanya di sana bermaksud menggoda pria itu. Karena malam ini dia benar-benar tidak bisa kembali tanpa seorang pun menginginkannya. Karean bahkan seorang keparat sekali pun, jika menginginkan Florin, dia akan menerimanya.

"Kau sungguh tidak menginginkan aku?" Florin masih mencoba.

Tristan terdiam. Dengan bagian atas tubuhnya yang memang tidak memakai apa pun dan hanya celana renang yang melekat di bagian bawah tubuhnya, jelas dia bisa dengan mudah menebak apa yang sedang melekat di tubuhnya sekarang. Detak di dada Tristan menguat.

"Katakan sesuatu, kau sungguh tidak ingin ...."

"Florin, aku bukan pria lembut. Juga bukan pria terhormat. Jika kau terus memberikan godaan, aku bisa tergoda. Karena aku bukan biksu juga. Dan kau gadis pertama yang sanggup membuat aku tidak jijik dengan sentuhan. Jadi katakan sekarang, kau akan terus melakukannya atau mulai berhenti. Karena kalau kau membuat aku melakukannya, kau tidak akan bisa lepas dariku seumur hidupmu. Selama aku hidup, kau akan tetap di sisiku. Selama kau hidup, bahkan kematian pun tidak akan membuat aku meninggalkanmu. Akan kubuat makam di samping rumahku untukmu. Kau masih mau menggodaku?"

"Tidak pernah ada orang yang menginginkanku. Mereka semua selalu meninggalkan aku. Ingini aku, aku mohon."

Dan Tristan berbalik, dia membawa gadis itu dalam gendongannya dan segera membawanya ke kamar mandi. Menyalakan shower Tristan menempelkan punggung Florin di dinding. Tubuh keduanya sudah basah dan gaun Florin sudah sepenuhnya turun. Bahkan bra dan celana dalamnya sudah tidak ada lagi tersisa. Gadis itu telanjang bulat dengan kepala mendongak dan napas yang bergerak tidak teratur.

Bibir Tristan menjelejah tubuhnya. Tangannya sibuk meremas seluruh bagian tubuh gadis itu. Beberapa hisapan di kulitnya membuat Florin menggelinjang nikmat. Saat Tristan berada di depan dadanya, dia berhenti, mendongak menatap Florin yang sedang menatapnya dengan redup.

"Kau ingin aku menyentuhnya?" tanya Tristan dengan nada menggoda.

"Hm-mmm."

"Bagaimana aku harus melakukannya?" pria itu tersenyum di akhir kalimatnya.

Florin menggigit bibirnya keras. "Lakukan, aku mohon. Sentuh di sana."

"Siapa aku?" tanya Tristan kemudian. Dia baru sadar, kalau dia harusnya menanyakannya lebih awal. Karena bagaimana pun, Tristan tidak mau menjadi pelampiasan gadis itu. Tidak mau dipandang sebagai orang lain.

Florin mengerjap. Menemukan nama yang cocok untuk disebutkan. Tapi lama memikirkannya, Florin tidak menemukan katanya.

"Kau sungguh tidak tahu aku dan meminta aku melakukannya?" Tristan berdiri tegak. Wajahnya sudah suram.

Florin menusukkan telunjuknya ke dada Tristan. "Kau ... tuan muda."

"Hah?"

"Dia menyebutmu seperti itu. Pria yang tadi masuk. Bukankah dia mengatakan kau tuan muda?"

Tristan mendesah. Dia lupa. Dia tidak mengatakan namanya. "Tristan. Itu namaku. Sebut?"

"Tan?"

"Tristan," ulang pria itu.

"Tan. Aku sukan Tan. Namamu, Tan."

Terserah. Dan Tristan tidak lagi memikirkannya. Dia segera menjamah kembali tubuh perempuan itu dengan antusias. Memberikan perasaan meledak pada mereka berdua. Dan keduanya menikmati percintaan panas mereka yang membuat desahan mereka seolah menjadi satu.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Beli pdf langsung di aku

Sampai jumpa mingdep

Sleep With Bastard (KAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang