3

415 75 2
                                    

Senyuman terkembang di bibir Florin, dia menunjuk ke arah kolam setelah meletakkan botolnya di lantai. "Ikan besar!" serunya dengan suara bahagia yang membinarkan pandangannya.

Florin terus menatap ikan bergerak itu yang sepertinya mendekatinya, karena jarak mereka semakin menipis. Dan saat Florin mengerjap untuk tahu apa yang ikan itu inginkan, si ikan sudah keluar dari air dan meraih pergelangan Florin kemudian menarik gadis itu dengan kasar sampai dia terjatuh ke kolam.

Pria itu menatap kasar pada perempuan yang sudah tenggelam tersebut. Dia menunggu sampai di pengintip intu memunculkan diri. Tapi lama menunggu, gadis itu tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Itu membuat wajah pria itu bingung. Tadinya dia pikir gadis itu coba membuatnya membantu, dan tentu dengan keras kepala pria itu tidak akan memberikan bantuan.

Tapi waktu napas untuk manusia di dalam air jelas terbatas. Dan selama apa pun manusia bisa menahan napasnya, tetap memiliki batasannya. Karena gadis itu benar-benar tidak terlihat, dia langsung masuk lagi ke kolamnya dan menemukan gadis itu ada di dasar kolam terbaring tanpa daya di sana.

Pria itu masuk ke air dengan tajam menghampiri gadis itu. Dia mendekatinya dan meraih pinggangnya yang sangat ramping. Kemudian membawa gadis itu naik ke permukaan.

Begitu air sudah tidak berada di sisi gadis itu, gadis itu terbatuk dengan suara keras. Dia sampai mengeluarkan airmatanya dan memegang bibirnya sendiri yang terasa dipenuhi dengan air.

Pria itu yang tahu gadis itu selamat hendak melepaskannya. Tapi tiba-tiba gadis itu menjadi gurita. Kakinya melingkari bagian bawah tubuh si pria dan bagaimana pun pria itu mendorongnya, gadis itu tidak melepaskannya. Bahkan sekarang gadis itu melingkarkan tangannya juga di leher si pria yang membuat pria itu mendongak dan hampir memberikan hantaman ke tengkuk gadis itu. Mungkin membuatnya pingsan akan memberikan gadis itu cukup ketakutan untuk tidak lagi masuk ke area pribadinya.

Tapi saat dia merasakan hembusan napas gadis itu di lehernya, saat tiba-tiba godaan gadis itu berhasil membangkitkan sesuatu yang sudah lama tertidur, pria itu menghentikan niatnya.

Dia memandang gadis yang memiliki warna rambut unik tersebut. Warna rambutnya silver dan tampak begitu cantik saat dia yang memakai warna tersebut.

Pria itu menggeleng, tidak mau tergoda. Dia tidak tahu dari mana gadis ini berasal jadi dia harus berhati-hati. Terlalu banyak musuh yang dimilikinya, satu kali salah langkah, segalanya bisa hancur berantakan.

"Tuan Muda," panggil seseorang dari belakang tubuhnya.

Pria yang masih mendekap gadis dalam rengkuhannya itu menatap sedikit. "Kenapa?"

"Ada yang menyusup masuk. Kami sedang mencarinya."

"CCTV?"

"Rusak. Beberapa area pengintai rusak karena ulah peretas yang tidak berhasil mencuri data anda. Bahkan listrik di pagar juga dimatikan oleh pelakunya. Saya sedang mencarinya dengan bantuan beberapa orang, tapi kami belum mendapatkan jawabannya sampai malam ini."

"Maka kalian harusnya tidak bisa tidur sampai masalah ini selesai, kan?"

"Saya akan berjaga. Lima orang lainnya juga akan melakukan hal yang sama. Kami tidak akan berhenti sampai kami menemukannya."

"Bagus."

"Soal penyusupnya. Saya akan—"

"Tidak perlu. Aku menemukannya."

"Apa, Tuan Muda?"

Pria itu berbalik dan segera memperlihatkan tubuh menempel di tubuhnya. Dia memperlihatkan bagaimana gadis itu yang berubah menjadi gurita dengan paru-paru yang normal.

"Bagaiman dia bisa .... " pria itu menatap ke arah bosnya, Tristan namanya. Tristan Acosta.

Salah satu peretas nomor satu di dunia. Tidak ada yang bisa meragukan keahliannya. Karena meragukannya sama saja dengan meragukan bahwa bumi itu bulat. Beberapa memberikan serangan hanya untuk mengujinya. Tapi dia tidak pernah bertarung tanpa kemenangan. Kemenangan selalu ada di belakangnya.

Tapi kini di tuan yang penuh kemenangan itu harus kalah pada belitan gadis muda yang mengikatnya dengan simpul mati menggunakan tubuhnya yang begitu lembut dan halus.

Apalagi saat Tristan dapat menemukan robekan pada gaun yang membuat gadis itu dengan mudah menarik kakinya ke tubuh Tristan. Itu membuat Tristan tidak yakin, karena dia tidak mau gadis itu dilihat oleh orang lain. Tubuh lembutnya hanya Tristan yang boleh melihatnya. Apalagi Tristan sendiri tidak tahu apa peran gadis itu muncul di depannya.

"Ambilkan handuk," perintah Tristan.

Colby yang adalah tangan kanan pria itu sedikit agak merasa aneh. Tapi dia tidak biasanya mempertanyakan perintah sang tuan. Jadi segera dia mengambil handuk yang ada di kursi dan menyerahkan ke arah Tristan yang bergerak mundur tanpa berbalik.

Tristan memasukkan handuk itu ke dalam air, melingkarkannya di pinggang ramping tersebut. Jelas gaunnya tidak murah, tapi gadis ini merusaknya begitu saja. Apa dia sangat kaya?

Colby hanya menatap tuan mudanya dengan tanpa mengatakan apa pun. Dia memperhatikan dan untuk pertama kalinya tuan mudanya cukup peduli dengan orang lain. Bahkan orang yang mereka sendiri belum tahu siapa.

Setelah yakin handuk itu menutup sepenuhnya tubuh gadis yang masih menempelkan diri erat padanya itu, Tristan membawanya naik melalui anak tangga. Menjaga keseimbangan tubuhnya sendiri saat tubuhnya benar-benar bereaksi pada perempuan itu.

Setelah sampai di atas dan perempuan itu tidak lagi menemukan adanya air yang bisa menenggelamkannya, dia mendesah dengan lega. Dia melepaskan diri dan segera berdiri dengan agak sempoyongan di depan Tristan. Pandangan gadis itu pun memburam. Tristan baru menyadarinya, bahwa pipi gadis itu merah.

"Kau mabuk?" tanya Tristan memastikan. Ingin mendengar sendiri dari gadis itu meski dia sendiri tahu jawabannya. Tubuh gadis itu sudah memberikannya jawaban.

Gadis itu menggeleng. "Tidak."

"Berapa yang kau minum?"

Gadis itu memberikan gambaran dengan merenggangkan kedua jarinya. "Sedikit."

Sleep With Bastard (KAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang