11

3.3K 354 15
                                    

Makasih buat kalian yang vote, sini aku kecup dulu muahh (⁠〃゚⁠3゚⁠〃⁠)

"Snefi sayang ayok bangun, nanti kamu telat sekolah."

Natalie membuktikan gorden kamar Dara lebar-lebar membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar putrinya. Seonggok daging bernyawa itu menggeliat kemudian menenggelamkan diri ke dalam selimut membuat Natalie mendengus berat.

Akhir-akhir ini anak gadisnya susah sekali di bangun kan. Selalu mengatakan; lima menit lagi maa; dengan suara merengek.

"Snefi bangun sekarang atau poster anime yang baru terpasang dua hari itu mama bakar?!"

Dara dengan cepat bangun, sambil terhuyung-huyung dirinya berjalan ke kamar mandi.

"Mandi yang benar ya, jangan kaya kemarin mandi gak pake sabun."

"Hm, iyaa"

Natalie merapikan tempat tidur milik Dara lalu menyiapkan seragam dan juga memasukkan buku ke dalam tas sesuai jadwal hari ini. Hanya Dara yang mendapatkan pelayanan khusus seperti ini, Lyo tidak. Natalieーwanita itu sangat memanjakan Dara.

"Biar mama keringkan rambutnya,"

Dara duduk di depan meja rias menikmati usapan handuk dari Natalie sambil menatap wajahnya di depan cermin. Snefi ini cantik, sangatlah cantik rasanya rugi sekali kalau harus mati begitu saja. Alur novel sudah melenceng jauh maka akan sebisa mungkin Dara tidak menimbulkan masalah kalau tidak maka nyawanya akan terancam untuk kedua kalinya.

Masalahnya adalah Jessica Amber. Gadis itu sepertinya mengetahui seluk beluk novel ini juga karena terlihat dari gerak-gerik saat pertama kali bertemu seakan ingin merengsek masuk alur.

"Sayang, apa yang kamu pikirkan? Lekas pakai seragam nya lalu turun ke bawah,"

Natalie mengecup kening Dara kemudian turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan pagi ini.

"Di mana Snefi, apa anak itu belum bangun juga?" ujar Jansen yang sudah lebih dulu duduk di temani secangkir kopi.

"Sedang berpakaian, dia akan segera turun." jawab Natalie. Wanita itu mulai menyajikan nasi goreng buatannya ke piring.

"Astaga Lyo benarkan dasimu!"

Lyo mengacuhkan teguran Natalie, pemuda itu langsung duduk dan menyantap nasi goreng dengan lahap.

"Pagi semuanya!"

"Duduk sekarang Snefi, dan mulai sekarang biasa kan bangun pagi. Anak perawan kok bangun siang terus," omel Jansen.

Dara cemberut. "Ini masih pagi, lihat masih jam 7." bantah Dara, menunjukkan jam tangan miliknya.

"Sudah-sudah, sekarang makan yang benar. Mau bawa bekal?"

"Enggak. Hari ini Snefi di traktir Haslan."

Dahi Lyo mengernyit tidak suka. Selain Marius rupanya ada orang lain yang dekat dengan kakaknya, lebih parahnya si bodoh Haslan. Sebenarnya tidak bodoh juga cuma Lyo cemburu ya jadi begitu.

"Baiklah tapi jangan jajan sembarangan,"

"Mau bareng ayah?"

Dara tersenyum sambil mengangguk-angguk. Dengan lekas dirinya menghabiskan sarapannya lalu berlari menyusul Jansen yang sudah keluar duluan.

"Lyo dasi!"

Natalie memegang pelipis, kepalanya mendadak pusing. Entah kenapa putranya akhir-akhir ini berpenampilan seperti berandal.

***

"Kok rame?" tanya Dara kepada Marius yang duduk di atas motor.

"Noh si Jessica tadi nabrak mobilnya Max pake sepeda butut nya itu," bukan Marius yang menjawab melainkan Haslan. Ekspresi wajah Haslan terlihat seperti ingin menelan orang hidup-hidup.

Dara memperhatikan mobil mewah Max, benar di sana ada beberapa baretan. Dara tidak bisa tidak kasihan kepada Jessica pasalnya mobil Max harganya setara dengan jual ginjal sebelah.

"Sekali lagi maafin aku kak.. a-aku janji bakalan ganti rugi.."

"Emang lo mampu?" sarkas Haslan.

Dara tebak sepertinya Haslan memiliki dendam pribadi kepada Jessica sehingga dia seperti itu.

"A-aku akan berusaha.."

Karena semakin ramai Max memilih pergi, dirinya tidak ingin menjadi tontonan.

"Ayo," Marius menarik lengan Dara. Membawa nya pergi juga karena sebentar lagi upacara akan di mulai. Haslan juga melakukan hal yang sama tapi sebelum pergi pemuda itu mendecih dulu kepada Jessica. Sekarang tinggallah Lyo.

"Kak Lyo.. b-bisa bantuin a-aku ngomong sama kak Max enggak?"

"Kak? Lo manggil gue kak?" Lyo tertawa. "Kita seangkatan kalau lo lupa, dan juga itu urusan lo bukan urusan gue. Siapa suruh mau caper ke Max dengan cara murah begini?" ucap Lyo dengan nada mengejek.

"Guys! Kalian harus hati-hati ya pas markir takut di seruduk ni bocah!" teriak Lyo yang membuat beberapa murid yang masih setia di parkiran tertawa.

Jessica yang di tertawakan merasa malu, matanya berkaca-kaca menahan tangis. Dengan berlari gadis itu pergi ke arah kelasnya.

Lyo menatap dingin punggung Jessica yang semakin jauh. Andai mata Lyo ada laser nya sudah pasti punggung Jessica bolong.

.
.
.

Marius mengusap wajah Dara dengan tisu yang di basahi dengan air mineral. Wajah Dara memerah karena kepanasan sewaktu upacara. Beruntung Haslan mau dengan sukarela berdiri di samping Dara untuk melindungi nya dari terpaan sinar matahari.

"Minum dulu dek,"

Dara menurut, dengan segera dia menenggak eh teh manis.

"Pelan-pelan, nanti tersedak." kata Max.

"Uhuk! Uhuk!"

Dara tidak tersedak karena minum buru-buru tapi karena mendengar Max bicara. Teman kakak nya itu jarang sekali buka suara.

"Kejadian langka, kak Max ngomong!" pekik Dara.

"Alay bocah!" sahut Haslan.

"Haslan diem aja deh,"

"Apaan Haslan Haslan! Panggil gue kakak ya bocah!"

Dara mendelik bibirnya mencebik. "Males lah, Haslan gak cocok jadi kakak nya Snefi!"

Lyo dan Marius saling tatap. Ucapan Dara terdengar ambigu bagi mereka. Hanya satu yang ada di pikiran mereka, apakah Dara menyukai Haslan?!

Lewat tatapan keduanya berkomunikasi, seakan sedang berkata; jangan biarkan Snefi menyukai biawak macam Haslan.

Tbc

Antagonis Di Novel BL [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang