06

3.7K 377 4
                                    


Dara mengigit jarinya untuk menghilangkan tasa cemas yang berlebihan. Dia tidak mengetahui apapun tentang Snefi kecuali dari alur novel itupun posisi nya ingat-ingat lupa.

Cara yang paling ampuh adalah kabur tapi kabur ke mana? Dara tidak memiliki apapun karena Snefi tidak mempunyai uang ataupun tabungan.

Ting nong

Ting nong

Pemikiran Dara buyar mendengar suara bel berbunyi yang menandakan ada tamu. Dengan cepat Dara melesat ke ruang depan lalu membuka pintu. Di luar terlihat seorang pria paruh baya dengan pakaian santai tapi terlihat mewah.

"Oh my! Sugar daddy," batin Dara heboh.

"Nya-nyari siapa ya?" tanya Dara gugup.

"Snefi tidak merindukan ayah?"

Hah? Dara mengerjapkan matanya polos mendengar pertanyaan itu dan kemudian mendadak tidak sadarkan diri membuat pria itu di serang kepanikan. Dengan sigap dirinya mengangkat dan memasukkan ke dalam mobil membawa Dara ke rumah sakit.

***

"Bagaimana keadaan putri saya dok?" Jansen bertanya kepada dokter yang memeriksa Dara.

"Keadaan nona baik-baik saja. Penyebab pingsan mendadak nya mungkin karena syok saja, nona bisa pulang setelah sadar. Kalau begitu saya permisi tuan."

Mengacuhkannya dokter itu, Jansenーpria berumur 50 tahun itu duduk di kursi samping brankar Dara sambil menggenggam tangan nya.

"Ayah jahat! Ayah ninggalin bunda,"

"Snefi benci ayah, jahat!"

Teriakkan yang di iringi tangisan dari gadis kecil bernama Snefi mengisi ruang keluarga kediaman utama Jansen.

Sedangkan seorang wanita yang duduk di sofa mencoba untuk meraih Snefi kecil agar tenang tapi selalu di tolak oleh Snefi.

"Jangan sentuh aku, dasar tante perebut, jahat!"

Plakk

"MAS!"

"Maafin ayah nak, maaf.." bisik Jansen.

Dirinya bersalah waktu itu sudah menampar pipi putri nya sendiri. Sejak saat itulah hubungan keduanya renggang, putrinya sering main di luar rumah menghamburkan uang. Membeli apapun yang mahal bahkan benda tidak berguna sekali pun. Puncaknya saat putra nya dengan istri barunya datang ke rumah mereka, Snefi semakin membangkang. Dan di umurnya yang ke 14 tahun, Snefi putri kecilnya itu kabur dari rumah. Dan tinggal bersama seorang laki-laki yang ternyata masih memiliki kekerabatan dengan istri pertamanya. Jansen tetap mengawasi keduanya, bahkan diam-diam membantu mereka lulus dalam beasiswa di SMA favorit.

Walau putri nya tinggal bersama orang lain yang dalam sisi ekonomi terbilang rendah ternyata sikap boros masih melekat membuat Jansen kerap membuat nya khawatir. Selama 2 tahun ini dirinya mencoba untuk bertemu dengan Snefi tapi gadis itu selalu memiliki celah untuk menghindar. Hanya baru-baru inilah Jansen kembali bergerak melalui anak itu yaitu Marius tapi tetap membuahkan hasil yang sama. Entah apa yang di ceritakan oleh Snefi kepada Marius, yang pasti bukan hal baik.

"Apa kepala mu pusing? Ah, biar ayah panggil dokter."

"Tidak perlu," jawab Dara. Kepalanya memang agak nyut-nyutan tapi dia tidak butuh dokter ataupun obat, dia membutuhkan seseorang untuk kabur dari alur novel.

"Snefi ayah ... Ayah sungguh minta maaf, nak apa kamu mau kembali ke rumah kita lagi?" tawar Jansen dengan hati-hati. Kalau lewat Marius tidak bisa, maka dia lah yang harus bergerak sendiri.

"Ke rumah ayah?"

"Ya, ke rumah ayah dan ibu Natalie .. maaf Snefi ayah tidak bermaksud untuk meninggalkan bunda mu. Ayah mencintai bunda, mencintai kalian. Tapi ayah juga mencintai ibu mu―Natalie.." ungkap pria itu.

"Tapi bukan berarti ayah mengkhianati bunda. Bunda sudah lama meninggal sejak kamu lahir, dan ayah bertemu dengan ibu Natalie saat kamu berumur 8 tahun. Snefi, ayah tidak mengkhianati almarhumah bunda. Nak, maukan memaafkan ayah mu ini?" sambung nya sambil menangis.

Dara yang tidak menahu tentang kisah keluarga Snefi di buat bingung. Tapi melihat perkataan dan permohonan Jansen yang tulus membuat Dara mengangguk saja.

"Lalu kak Marius?"

Jansen tersenyum manis. "Dia bisa tinggal bersama kita tapi di rumah yang berbeda, kamu tidak lupa kan dia orang asing." ujar Jansen. Sudah cukup putrinya tinggal bersama laki-laki itu untuk 2 tahun ini.

"Ayah sudah mencarikan apartemen yang cocok untuk Marius. Snefi, mau pulang sekarang?"

"Apakah boleh?"

"Dokter mengatakan boleh."

Dara ikut dengan Jansen a.k.a ayah Snefi ke rumah yang katanya tempat tinggal Snefi dulu.

Dara berdoa dalam hati semoga ibu tirinya tidak seperti ibu tiri bawang putih, yang sikapnya semena-mena. Suka menyuruh ini itu dan hanya bersikap manis saat di depan sang suami.

"Ibu Natalie menunggu kepulangan mu. Dan juga.."

Melihat keraguan Jansen membuat Dara mengalihkan pandangan nya, yang semula melihat ke arah luar jendela menjadi menghadap ke arah Jansen.

"Dan juga?" tanya Dara.

"Saudara mu."

Oke, sepertinya pemikiran tentang kehidupan bawang putih dan bawang merah semakin berkeliaran di kepala Dara.

Jangan sampai pepatah 'keluar dari lubang buaya, masuk kandang singa' sedang berlaku padanya sekarang.

"Mereka tidak akan menyakiti mu,"

Dara kelabakan dan merasa tidak enak hati karena ekspresi nya yang tertebak oleh Jansen.

Dara mengangguk saja. Mari kita lihat, apakah mereka baik atau tidak? Pikir Dara.

***

Vote itu gratis, gak bayar🥰

Antagonis Di Novel BL [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang