EXTRA PART

2.4K 171 6
                                    


Plak!

Bahu Dara di geplak pelan wanita paruh baya yang duduk di sisi brankar nya tempat dia bangun.

"Tidak usah sok amnesia kamu!"

Dara mengerjapkan matanya, hei dia memang tidak kenal dengan kedua orang tua di depannya ini.

"Adara kamu benar-benar tidak ingat kami?" pria paruh baya yang duduk di sebelah wanita itu ikut bertanya.

"Kamu itu jatuh dari pohon jambu Adara, mana mungkin amnesia!" Dara menggaruk pelipisnya mendapatkan cibiran dari wanita paruh baya itu.

"Mi kayak nya Adara memang amnesia, papi akan panggil dokter dulu."

Pria itu lekas keluar dengan cepat meninggalkan Dara yang mendapatkan omelan. Apanya yang terjatuh dari pohon jambu, Dara mati karena tertembak peluru milik Damar.

"Nama ku siapa?" tanya Dara penasaran.

"Nama kamu Adara Dewi Rudyatmo Kusuma anak tunggal dari Hadinata Rudyatmo Kusuma dan Hana Selyn Kusuma. Sudah ingat?"

Ceklek

Belum sempat Dara menjawab pintu ruang rawatnya sudah terbuka. Pria yang katanya adalah papi nya datang bersama dokter dan satu perawat. Dara pun di periksa dengan seksama.

"Mengingat posisi jatuhnya nona Adara amnesia adalah hal yang memungkinkan terjadi sekarang ini tapi hanya bersifat sementara, setelah 2 sampai 3 bulan ke depan nona Adara akan mengingat segala nya."

"Untuk mencegah kejadian tidak di inginkan saya menyarankan untuk tidak memaksa nona Adara untuk mengingat sesuatu, itu bisa menyebabkan sakit kepala dan berakibat fatal."

"Baiklah dok, terimakasih."

"Sama-sama kalau begitu kami permisi,"

"Mami dengarkan apa kata dokter, jangan paksa Adara untuk mengingat sesuatu dengan paksa." tegur Hadi kepada Hana istrinya.

Wanita itu mendengus. "Mami masih tidak percaya anak nakal ini amnesia," cibir Hana.

"Aku senakal apa?" tanya Dara penasaran.

"Senakal apa? Biar mami kasih tau. Kamu pernah ngunciin anak pak RT yang masih 5 tahun di toilet umum, nyuri sendal imam di masjid, bolongin bedug, buang sorban anak nya pak kiyai ke got, nyembunyiin kunci gerbang asrama, pecahin guci mahal milik kakek mu, cekokin ikan koi pake nasi kuning, pecahin telur ayam nya buk RW, pernaー"

"Mami cukup," tahan Dara yang tidak sanggup lagi mendengar itu semua. Cewek macam apa itu jahilnya kelewat batas.

Melihat wajah tertekan putrinya Hadi terkekeh tanpa sadar. Baru kali ini dirinya melihat ekspresi itu, biasanya saat kenakalan nya di sebutkan putrinya selalu berekspresi bangga seakan-akan itu adalah sebuah prestasi.

"Jangan bilang aku jatuh dari pohon jambu karena mau nyuri buahnya?" tanya Dara skeptis.

"Azab itu," jawab Hana.

"Mami gak boleh gitu sama anaknya," tegur Hadi. "Kamu bukan mau nyuri tapi mau bunuh diri," ujar Hadi.

"Bunuh diri?"

"Iya, kamu gak mau di jodohkan lalu mengancam akan bunuh diri lompat dari pohon jambu. Tapi belum sempat lompat kamu udah jatuh duluan," sahut Hana. Terlihat sekali kalau wanita itu jengkel dengan anaknya.

Dara speechless mendengar itu, apaan bunuh diri dari atas pohon jambu minimal di atas gedung.

"Cepat tidur ini sudah malam, besok pagi keluarga calon tunangan mu akan datang ke sini ingat jangan bikin mami malu." Hana mendorong pelan tubuh Dara untuk berbaring. Setelah Dara terbaring, Hana menepuk-nepuk pelan kepala Dara. Entah karena tepukan Hana atau memang mengantuk akhirnya Dara tertidur.

"Apa sebaiknya papi membatalkan perjodohan ini?" Hadi bertanya kepada istrinya. Hana menggeleng, "biarkan Adara belajar berkomitmen. Biar mereka bertunangan dulu kalau memang tidak ada kecocokan sama sekali maka batalkan saja. Lagipula papi berani ngelawan kakek nya Adara?"

"Pria tua itu terkadang sangat menyebalkan!" dengus Hadi.

"Dia ayah mu awas kuwalat, sudah sana tidur besok meeting kan?"

Hadi menurut apa kata istri nya. Dirinya berbaring di atas sofa panjang yang bisa berubah fungsi menjadi ranjang kecil, ruangan VVIP memang beda. Setelah menepuk-nepuk lembut kepala putri nya lebih dari 15 menit, Hana menyusul berbaring di samping suaminya yang langsung di peluk oleh Hadi.

***

Hana menutup mulut Dara yang terbuka karena perempuan itu sedang tercengang melihat beberapa orang yang datang. Apalagi saat melihat seorang pemuda yang masuk Dara terlihat seperti ingin menerkam orang itu.

"Jaga sikap," bisik Hana di telinga Dara.

"Kata nya kamu amnesia ya, aduh.. maafin putra bunda yang jelek itu ya,"

Dara bisa menebak wanita yang berbicara dan memeluk dirinya adalah ibu dari calon tunangan nya.

"Tidak apa-apa jeng, gak parah banget kok." sahut Hana.

"Tetap saja aku panik Hana," ungkap wanita itu. "Nama bunda Putri Annette lalu yang itu adalah suami bunda," wanita itu menunjuk pria yang duduk berdampingan dengan Hadi. Pria itu tersenyum ramah kemudian memperkenalkan diri, "Rasyad Rechandra, panggil aja ayah biar lebih akrab."

"Nah kalo yang yang ini putra nya bunda calon kamu, Raden Mahaslan Rechandra."

Dara menatap pemuda di katakan sebagai calon nya itu dengan lamat, mengamati setiap inci wajahnya yang sangat mirip dengan Haslan yang membedakan adalah pemuda ini memiliki beberapa tahi lalat di wajahnya sedangkan Haslan tidak.

"Tante boleh aku bawa Adara keluar? Hanya ke taman,"

Hana mengangguk antusias menjawab pertanyaan calon menantunya. "Hati-hati ya, Adara masih lemas."

Dara menerima uluran tangan pemuda yang menjadi kembaran Haslan beda dimensi ini. Mereka berdua berjalan dengan di iringi kesunyian, Dara tidak tahu harus berbicara apa.

"Raden kita ngapain di sini?" tanya Dara setelah dirinya di dudukkan ke salah satu kursi taman rumah sakit.

Dara memutuskan untuk memanggil Raden saja karena lidah nya terasa kelu saat akan mengucapkan nama Haslan karena teringat akan pemuda itu.

"Saya tidak suka kamu panggil Raden,"

"Ah, maaf aku gak tau."

"Panggil apa saja kecuali Raden,"

Mendengar nada dingin lawan bicaranya membuat Dara sedikit tidak nyaman. "Aslan, boleh?"

Melihat pihak lain tidak keberatan Dara menghela nafas ringan.

"Jadi Aslan kita di sini ngapain?"

"Jangan terima perjodohan ini, saya tidak menyukai kamu." ungkap Aslan lugas.

Dara sedikit tersinggung dengan ucapan Aslan. "Kalau emang kamu gak suka aku, seharusnya kamu yang nolak. Kamu gak lihat keadaan aku? Aku sudah ancam bunuh diri tapi tetap gak di batalin... Ngomong sendiri sana sama orang tua ku, jadi laki-laki kok pengecut gak berani omong sendiri!"

Setelah mengucapkan kalimat panjang itu Dara berdiri kemudian pergi meninggalkan Aslan sendirian di taman. Sedangkan Aslan sendiri mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Gadis nakal ini," desis Aslan tajam.

.
.
.

Ekstra part nya cuma satu ya soalnya aku mau bikin book terpisah gak di gabung di sini.

Antagonis Di Novel BL [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang