07

3.7K 368 9
                                    

Maaf ya, alur nya terkesan kaku dan tidak ada adegan bunuh-bunuhan hehe.

Ini cerita pertama ku setelah hiatus selama setaun lebih jadi aku mau buat yang ringan aja.

.
.
.

Marius pulang dari bekerja nya di kejutkan dengan pintu yang terbuka. Dengan cepat dia masuk ke dalam rumah memastikan apakah adiknya baik-baik saja atau tidak. Masalahnya ini sudah agak malam, Marius khawatir ada maling yang masuk. Di bengkel hanya dirinya sendiri, makanya pulang terlambat dari biasanya.

Tidak menemukan Snefi di seluruh rumah membuat Marius benar-benar di landa ketakutan yang teramat sangat. Bayang-bayang penculikan (jemputan paksa) Snefi sewaktu kecil menghantui nya. Di tambah cerita adiknya selama ini kalau keluarga nya tidak baik.

Berbeda dengan Marius yang di landa rasa khawatirnya, Dara di kediaman ayah kandung Snefi yang sekarang juga menjadi ayah nya sekarang ini merasakan kecanggungan karena dirinya tidak tau harus merespon seperti apa terlebih ternyata saudara tiri Snefi adalah Lyo.

Ya... Leo, bisa bayangkan posisi Dara yang serba salah. Takut menyinggung pemuda itu.

"Lyo cantik kan? Dia mirip ayahnya," Natalieーmama tiri Snefi yang merasa bahagia karena bertemu kembali dengan putri nya banyak bercerita tentang Lyo―ini itu, kenapa Lyo pendiam pokoknya tentang Lyo.

"Sebenarnya Lyo memiliki keanehan, sejak di lahirkan rambutnya itu berwarna merah muda. Dulu kami mengira itu adalah kelainan genetik ataupun tanda penyakit, tapi dokter mengatakan tidak ada tanda-tanda seperti itu." ungkap Natalie. "Saat kecil Lyo sangat menyukai warna rambutnya, katanya itu seperti gulali tapi karena sebuah kejadian akhirnya Lyo mewarnai rambutnya menjadi hitam." Ekspresi wanita itu berubah menjadi sendu.

"Lyo juga pernah menyayat wajahnya sendiri,"

Dara terkesiap mendengar ucapan Natalie. Tatapan nya beralih kepada Lyo yang duduk tidak peduli di atas karpet sambil bermain game.

"Natalie, tidak usah membuka luka lama, kasian Lyo." tegur Jansen.

Natalie tersenyum manis tapi tatapan matanya memancarkan kesedihan. "Tidak masalah, aku dan Lyo sudah sepakat untuk menceritakan ini kepada Snefi saat Snefi sudah kembali ke rumah ini."

Jansen menghela nafas berat mendengar keputusan istrinya. Dara juga merasa tidak enak, dalam hati Dara mengumpati Snefi karena gadis itu sangat sempit dalam berpikir. Keluarga nya menyayangi nya, tapi karena pemikiran sempit Snefi membuat gadis itu salah paham.

"Lyo pernah di lecehkan oleh teman laki-laki nya."

Oke, Dara tidak tau harus mengatakan apa tapi air mata nya turun begitu saja.

"M-maaf.. aku tidak bermaksud untuk m-menangis.."

Lyo meletakkan hp nya, menyudahi bermain game lalu menghampiri Dara yang duduk berdampingan di sofa bersama Natalie. Laki-laki yang umumnya lebih muda setahun dari Snefi itu memeluk kaki Dara.

Natalie pun memeluk Dara menenangkan gadis itu.

"Tidak apa-apa, semuanya sudah berlalu." ujar Lyo. "Kak, tinggal bersama kami ya? A-aku selalu takut melihat kakak tinggal dengan Marius hanya berdua." mohon Lyo.

Dara dengan cepat mengangguk, dia akan tinggal di sini. Bersama keluarga Snefi karena dengan tinggal di sini kemungkinan besar dia bisa menghindari masalah yang akan datang, dia takut terhadap Jessica.

Handphone milik Jansen berbunyi memecahkan situasi sedih.

"Marius menelepon," ucap Jansen memberi tahu. Dengan cepat pria itu menekan tombol hijau dan loud speaker agar semuanya bisa mendengar.

"Di mana adik ku?!"

Mendapatkan pertanyaan tak santai dari seberang sana membuat Jansen tanpa sadar terkekeh.

"Tentu saja bersama keluarganya. Kenapa mencari putri ku? Ingin mengajukan lamaran?"

"Kembalikan padaku, anda hanya menyakiti dia saja!"

"Anak muda seperti nya kita harus bertemu untuk meluruskan sesuatu. Aku akan menemanimu besok, di rumah mu." Jansen mengatakan itu sambil menatap Dara. Dara yang di tatap tentu saja merasa malu, hei Snefi yang mengarang cerita malah dia yang harus menanggung malu nya.

"Tepati janji anda, kalau besok anda hanya membual saya akan mengambil Snefi kembali dengan persetujuan atau tidaknya anda."

Tut

Tut

Tut

Panggilan di matikan sepihak oleh Marius pertanda laki-laki itu marah.

"A-apa aku perlu ikut?"

"Tidak!" jawab Jansen dan Lyo secara bersamaan.

"Snefi besok harus menemani mama membuat kue, mau kan?" ajak Natalie tanda wanita itu juga tidak ingin Dara ikut.

"Baiklah," balas Dara.

"Sekarang Snefi harus tidur, ini sudah malam. Ayo, mama antarkan,"

Lyo melepaskan pelukannya dari kaki Dara membiarkan kakaknya mengikuti Natalie naik ke atas tempat di mana kamar gadis itu berada.

"Ini kamar kamu, semuanya bersih kok. Mama selalu bersihin setiap hari atas permintaan ayah kamu," ujar Natalie lalu membukakan pintu kamar berwarna biru laut itu tidak lupa nama yang tergantung Princess Snefi. Dara tertawa dalam hati melihat betapa narsis nya Snefi asli.

"Tenang saja, barang milikmu semuanya tidak di ganti." tambah Natalie dengan cepat.

"Terimakasih,"

Natalie tersenyum menanggapi, wanita itu cukup tau diri kenapa putri tiri nya tidak memanggil nya mama sampai sekarang. Mungkin Snefi memang tidak akan memanggil Natalie dengan sebutan mama tapi Dara sebenarnya ingin tapi mengingat pertemuan mereka terlalu cepat, Dara akan memulainya saat sudah tinggal beberapa hari di sini.

"Selamat malam Snefi, jangan begadang ya."

Natalie segera keluar dari kamar bernuansa galaksi milik Snefi.

"Pasti cita-cita Snefi mau jadi bintang sama seperti bunda nya, makanya lebih milik nuansa kamar begini." gumam Dara setelah mengamati isi kamar Snefi. Tema galaksi tapi bintang lebih dominan, membuat Dara berpikir seperti itu.

"Sebenarnya aku pun begitu, ingin menjadi bintang paling terang di langit." lirih Dara.

***

Selamat malam minggu bagi yang malmingan, saya di rumah aja haha

Besok boleh skip mandi tapi jangan skip makan dan minum ya💓

Antagonis Di Novel BL [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang