16

2.2K 186 0
                                    


Setelah kepergian Haslan dan Dara keadaan meja yang di tempati Marius, Tasya, Max dan Jessica tidak bisa di katakan stabil. Malahan semakin panas saja.

Marius menatap tajam ke arah Max namun yang di tatap sama sekali tidak terganggu, justru pemuda itu memakan makanannya dengan santai. Tapi siapa yang tahu kalau pikiran dan hati Max sekarang ini sedang berkecamuk.

"Atas dasar apa lo ngelakuin itu?" tanya Marius dengan nada rendah. Tasya yang sadar akan pembicaraan mengarah ke mana langsung menarik tangan Marius.

"Lebih baik kita susulin Snefi aja," usul Tasya.

Marius bergeming masih dengan tatapan tajamnya kali ini berganti ke arah Jessica yang menunduk. Ekspresi gadis itu terlihat tidak jelas karena tertutup oleh poni nya.

"Apa lo juga terlibat hah?!" desis Marius.

Jessica mendongak menatap Marius dengan ekspresi polos nya. "Terlibat a-apa? A-aku gak ngerti maksud kalian.."

"Marius udah, gak guna ngomong sama mereka." ujar Tasya. Gadis itu kembali menarik tangan Marius, kali ini Marius menurut di bawa Tasya untuk pergi dari kantin. Mereka berdua akan menyusul Haslan dan Dara.

"Mereka menuju pantai," ucap Tasya yang memeriksa lokasi Dara melalui smartphone nya. Tidak ada yang tahu kalau handphone Dara di pasangi GPS kecuali Marius dan Jansen. Dua pria itu lah dalang dari pemasangan GPS tersebut.

Marius menghidupkan motornya setelah Tasya naik dia segera pergi keluar dari area sekolah, tentu saja setelah menyogok penjaga gerbang yang bertugas.

Di tengah perjalanan mereka di hadang oleh dua mobil yang berisikan 20 orang berpakaian serba hitam. Marius terpaksa menghentikan motornya saat itu juga.

"Shit!" Marius mengumpat saat tidak mendapati pistol miliknya. Kenapa dalam keadaan genting seperti ini dirinya bisa melupakan membawa senjata itu.

"Bawa senjata?" tanya Marius kepada Tasya. Gadis itu dengan cepat menunjukkan sebuah belati yang terlihat sangat tajam ke hadapan Marius.

"Aku menyesal tidak membawa samurai," ucap nya sambil meludah ke samping. Setelah melepaskan sepatu miliknya gadis itu meloncat dengan lincah menghajar beberapa orang berpakaian serba hitam itu. Marius tidak tinggal diam, dengan tangan kosong dirinya juga mulai bertarung.

Dilihat dari sisi manapun pertarungan itu tidak imbang sama sekali, 2 lawan 20. Marius sendiri yang jelas-jelas seorang laki-laki kuat saja mulai kewalahan melawan 10 orang apalagi Tasya yang seorang perempuan.

"Masih kuat?!" tanya Marius kepada Tasya yang sibuk menggores, menendang lawan nya.

Tasya tersenyum manis ke arah Marius. Gadis itu tidak dapat banyak bicara karena nafasnya yang tersengal dalam hati dia banyak mengumpat, mengabsen seluruh nama binatang di bumi.

Klang

Belati milik Tasya terlepas dan terlempar cukup jauh dari jangkauan nya akibat tendangan salah satu dari lawan yang tasya dapatkan.

"Anjing!" pekik Tasya. Dengan brutal gadis itu meninju wajah yang menendang tangan nya. Karena terlalu fokus tidak sadar kalau di belakang satu orang musuh nya melayangkan pukulan menggunakan tongkat baseball.

Mendengar pekikan Tasya membuat Marius berbalik menghadap Tasya. Mata nya mengibarkan kilat amarah saat melihat Tasya yang terjatuh tak sadarkan diri karena pukulan.

"ANJING KALIAN SEMUA!!"

BUGH

Marius jatuh saat punggung nya di tendang keras. Selain di tendang Marius juga injak-injak sampai tulang punggungnya mengeluarkan bunyi.

Krakk

"Arghh... Uhukk―"

Paru-paru Marius terasa terjepit sesuatu membuat ia sesak nafas.

"Ambil hp mereka sesuai instruksi bos," ucap salah satu dari yang mencegat Marius.

Dengan kasar mereka merampas handphone milik Marius dan Tasya. "Wah, bos bakal seneng nih. Target kita udah terlacak GPS,"

Orang-orang itu pergi meninggalkan Marius yang mulai menyusul Tasya tidak sadarkan diri.

***

"Sial gue telat!" Lyo mengusak rambutnya frustasi melihat Marius dan Tasya terbaring pingsan di aspal.

Lyo tidak tau tentang pertengkaran di kantin karena dirinya mendapatkan tugas untuk menyusun buku di perpustakaan. Namun ada dua siswi yang masuk perpustakaan kemudian bergosip pelan lalu kebetulan dia berada di balik rak buku. Awalnya Lyo tidak tertarik namun saat mendengar nama Dara, Marius dan teman-teman nya itu membuat perasaan Lyo tidak enak.

Dengan cepat dirinya membereskan buku-buku yang di susun. Setelah selesai langsung keluar menuju parkiran tapi kesialan rupanya menimpa Lyo. Di tengah jalan dirinya bertemu dengan salah satu guru yang membawa buku dan Lyo di mintai tolong.

Sudah menolak namun tetap di paksa membuat Lyo terpaksa membantu. Setelah mengantarkan buku ke kelas yang di beritahu Lyo langsung ngacir ke parkiran. Sama hal nya dengan Marius, Lyo juga menyogok penjaga gerbang dengan uang.

"Mas nya menyusul mas Marius mau pake apa, jalan kaki?" tanya Penjaga gerbang bingung kepada Lyo.

Pemuda itu mengumpat sambil menepuk dahinya sendiri. Melihat Lyo yang sepertinya tertekan membuat penjaga gerbang yang bernama Dadang itu kasihan.

"Kalau memang sangat penting, Mas bisa pakai motor nya saya dulu." tawar pak Dadang sambil menunjuk sepeda motor miliknya.

"Bensinnya tinggal mas ganti aja, oh iya mas Marius pergi nya ke arah sana."

Lyo mengucapkan beribu kata terimakasih yang di tanggapi tawa oleh pak Dadang. Pria paruh baya itu menyuruh Lyo untuk berhati-hati karena rem motornya kadang suka tidak berfungsi dengan benar.

Lyo langsung tancap gas meninggalkan area sekolah dan mengikuti apa yang pak Dadang ucapkan. Memang benar rem motornya tidak berfungsi dengan benar membuat Lyo tidak bisa mengendarai dengan kecepatan di atas rata-rata. Dengan terpaksa dirinya berkendara dengan kecepatan normal. Sampai lah Lyo di jalan raya yang ternyata di sana terbaring dua orang yang dia ingin cari.

"Lokasi jalan xxx ... Dua orang korban ... Ya, tolong percepat ... Baik, sekali lagi tolong percepat!"

Lyo berusaha untuk membuat keduanya sadar tapi untuk Marius tidak berhasil. Pemuda itu setia dengan pingsannya.

"Mereka terlalu banyak," ujar Tasya setelah sadar dari pingsan nya.

"Apa kau melihat lambang atau sesuatu dari mereka?" tanya Lyo.

"Burung hantu, aku melihat pin burung hantu dari beberapa orang itu!"

Lyo mengeraskan rahangnya. Mendengar penuturan Tasya, dirinya sudah tau siapa pelaku utamanya di sini.

"Brengsek Damar!" gumam Lyo dingin.

Tbc

Sejujurnya aku buat projek cerita baru hehe, nanti akan publish setelah ini tamat (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Antagonis Di Novel BL [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang