13

3.1K 281 12
                                    

"Lama tidak bertemu Jansen,"

Langkah Jansen dan Natalie terhenti mendengar suara dari belakang mereka. Suara yang paling Jansen hindari selama beberapa tahun belakangan ini. Damarka Ajarhaーkakak dari ibu kandungnya Snefi.

Keadaan Jansen dan Damar bisa di bilang tidak baik sejak awal. Pria itu tidak menyukai Jansen karena membuat adiknya pergi darinya. Pernah dengar soal brother complex? Ya, Damar mengidap itu. Damar tidak menyayangi adiknya sebagaimana seorang kakak tapi Damara menyayangi Jasmine selayaknya pria menyayangi wanitanya.

"Natalie ayo pergi." Natalie menurut saja, karena bagaimanapun juga dirinya sendiri merasa tidak nyaman melihat ekspresi mengejek Damar yang di layangkan ke arah suaminya.

"Dulu kau aku biarkan mengambil Jasmine, kali ini tidak. Gadis itu menjadi milikku."

BUGH

Jansen berbalik dengan langsung melayangkan bogeman ke wajah Damar.

"Jangan pernah menyentuh putri ku!"

Natalie lekas menarik Jansen untuk pergi, takut suaminya lepas kendali. Ini tempat umum, dirinya tidak ingin menjadi sorotan publik.

"Mas, tenang ya." bujuk Natalie. Mereka sudah masuk ke dalam mobil.

Jansen menelungkup kan kepalanya di atas setir. Dirinya di landa ketakutan saat ini, pria gila itu kembali ingin mengambil putri nya.

"Natalie aku.. aku tidak sanggup kalau putri ku jatuh ke tangan nya.."

Natalie mengusap punggung suaminya. Benar, mereka tidak akan sanggup kalau kehilangan Snefi. Gadis itu adalah sesuatu yang berharga melebihi berlian termahal di dunia.

"Kita jaga sama-sama. Snefi tidak sendirian lagi, dia akan aman bersama kita."

Jansen mengusap air mata nya lalu memeluk istrinya. Ia harus menambahkan perlindungan ekstra untuk putri nya karena Jansen tau kalau Damar pasti memiliki rencana melihat pria itu berani kembali muncul ke hadapan nya secara langsung.

"Ayo pulang, anak-anak pasti sudah menunggu." ucap Natalie lembut. Jansen melepaskan pelukannya dengan cemberut yang membuat Natalie menggeleng kan kepalanya. Suaminya itu terkadang seperti remaja saja.

***

"Ingat rencananya bukan? Jalankan dengan benar, kalau tidak maka nyawa kekasih mu yang di bantu alat-alat itu akan segera berakhir."

Pemuda yang di ancam itu mengepalkan tangannya diam-diam. Dia tau kegilaan pria di depannya ini. Sengaja datang padanya dengan ancaman yang memaksa dirinya untuk melakukan kejahatan.

"Baik,"

Pria itu pergi dan pemuda yang duduk itu mengeluarkan tangis nya tanpa suara. Melampiaskan rasa bersalah dan egois nya.

"Maafin gue.. maafin gue.." lirih nya.

***

"Ayah emang harus ya pake bodyguard segala?" protes Dara setelah mendengar keputusan Jansen yang akan menempatkan beberapa bodyguard menemani putri nya di sekolah. Tentu saja dengan menyamar agar tidak mencolok.

"Demi keselamatan kamu sayang, hanya beberapa hari. Ayah janji,"

Dara menggigit pipi dalamnya. Matanya berembun siap untuk menangis. Bayang-bayang tentang kematian itu datang. Tubuhnya juga mendadak gemetar membuat Jansen, Natalie dan Lyo panik di tempat.

"Sayang tidak apa-apa. Semuanya akan aman," ucap Natalie menenangkan Dara. Jansen dan Lyo memilih untuk membuang muka, menghindari pemandangan di mana putri nya menangis.

"Besok tidak sekolah dulu ya, libur sebentar," bujuk Natalie. Dara menggeleng, besok ulangan harian matematika. Dia tidak bisa bolos karena nanti nilainya bisa kosong dan berimbas pada raport.

"Ada aku, Marius dan teman-teman nya kok ma. kak Snefi akan aman," ucap Lyo. "Ada bodyguard pilihan ayah juga kan, semuanya akan baik-baik saja. Potong leherku kalau kak Snefi terluka,"

Bug

Jansen menggeplak keras kepala putra sambung nya itu.

"Tidak masuk akal, kau mau mati!"

"Kenapa tidak?" jawab Lyo.

"Sudah-sudah! Kalian berdua jangan membuat putri ku semakin banyak pikiran,"

Mendengar teguran Natalie keduanya diam. Posisi wanita itu di rumah memang tinggi satu teguran bisa berimbas pada semua nya.

.
.
.

Malam kali ini terasa begitu lama untuk Dara. Pikiran nya melayang ke mana-mana. Perkara Jessica saja belum kelar sekarang ada masalah baru yang mengincar dirinya. Apakah memang Snefi di novel ini memang di takdirkan untuk mati apapun genrenya?

Dara tengkurap menyembunyikan wajahnya di boneka panda besar hadiah dari Jansen. Dengan memeluk boneka itu Dara bisa tenang, haruskah dia membawa nya besok ke sekolah. Tapi sepertinya itu ide buruk mengingat ukuran boneka nya.

Pak Tua.

Mulai besok bawa senjata api mu saat pergi ke manapun bersama Snefi, Lyo juga akan melakukan hal yang sama.

Pesan yang tidak singkat tapi tidak panjang juga, lumayan padat namun sangat mampu membuat perasaan Marius terbanting ke bawah.

Genggaman pada telepon miliknya mengerat, Marius ingin sekali membanting benda pipih itu namun mengingat harganya lebih baik urungkan saja.

Ting nong

Ting nong

Marius meletakkan telepon genggamnya lalu berjalan ke luar dari kamar, lekas membuka pintu takut yang datang adalah Jansen. Tapi saat di buka tidak ada siapapun hanya ada kotak terletak di depan pintunya.

Marius dengan waspada mengambil kotak berwarna hitam pekat itu lalu membawanya masuk. Dan kemudian membukanya dengan cepat.

Di dalam nya hanya ada sebuah anting dan secarik kertas.

Aku tau kamu pintar Marius, jadi dengan melihat benda itu kamu sudah pasti tau apa maksud ku kan?

Air yang deras bisa menghanyutkan siapapun tapi air yang tenang terkadang memiliki buaya buas.

Maka berhati-hatilah saat berperahu karena kalau terbalik Tuhan pun tidak bisa menolong.

Dari : seseorang yang kamu kenal namun tidak kamu lihat.

Tbc

Antagonis Di Novel BL [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang