Gadis kecil itu berjalan menelusuri rumah nya,ia sudah ada di dapur sejak tadi pagi,mungkin ini masih sangat pagi.
Yaitu jam setengah lima,jadi ia memutuskan untuk pergi ke dapur setelah ia bangun,tentunya ia memiliki Mama.
Tetapi ia memilih untuk tidak membangunkan Mama nya terlebih dahulu.
Ia mengambil kursi dan mengambil roti yang ada di dalam plastik,mungkin dapurnya tidak terlalu bagus.
Karna,rumahnya juga tidak terlalu besar,bahkan,kamar dirinya dengan kamar Mama nya hanya berjarak beberapa langkah.
Karna tidak ada lantai dua di rumah itu,tepatnya di kota Yogyakarta,tempat di mana ia lahir dan besar.
Ia sangat senang tinggal di sini,ia mulai mengambil selai coklat dan membukanya,ia juga butuh sendok pastinya.
Ia mulai memain mainkan tangan nya seperti seorang chef,ia turun dari kursi dan mengambil dua piring.
Pastinya piring yang selalu ia gunakan untuk makan,bergambar kelinci,ia suka sekali dengan kelinci.
Tidak lupa mengambil piring berwarna hijau juga untuk Mama nya dan menaruh dua roti yang di tumpuk.
Itu pastinya untuk ia dan cinta pertamanya "Mama! Gracie datang!" Ucap anak itu sembari berlari tipis menuju kamar sang Mama,yaitu Marsha.
Ia mengetuk pintu itu terlebih dahulu "Ma! ini Gracie,bukain! bangunn!" Si pemilik kamar terpaksa bangun dalam keadaan masih mengantuk.
"Kebiasaan deh anak itu" Bisik Marsha itu kepada dirinya sendiri sembari tertawa tipis.
"Maa??" Marsha itu membuka pintu kamarnya dan melihat anak perempuan nya yang sudah memegang piring di kedua tangannya.
Dan pastinya membuat ia tersenyum lebar dan langsung menggendong Gracie "Mama! pelan pelan,Gracie masih megang piring"
"Oh iya ya,Mama turunin dulu ya" Ucap Marsha sembari masuk kembali ke kamar yang di ikuti Gracie.
"Ada apa ini" Tanya Marsha,Gracie mengangkat piring yang berwarna hijau dan memasang wajah sombong "Muka nya jangan gitu dong" Ucap Marsha yang di hadiri tawa keduanya.
"Ada roti! buatan Gracie,enak loh,ada selai coklatnya" Ucap Gracie sembari membuka roti tersebut yang terlihat selai coklat yang tak beraturan.
Marsha hanya bisa tertawa,ia selalu ingin mengapresiasikan apa yang anaknya buat "Selalu pinter anak Mama!" Ucap Marsha sembari mengelus puncak kepala Gracie.
"Habis makan,mandi yuk!" Ucap Marsha yang membuat Gracie mengingat apa yang di janjikan oleh Marsha pada hari ini.
"Mama lupa???" Ucap Gracie yang membuat ekspresi wajah Marsha berubah menjadi seperti meledek.
"Lupa apa yaaa??" Ucap Marsha sembari berpikir menggunakan jari telunjuk nya "Ih Mamaaa" Ini yang Marsha sukai,saat anaknya sudah bete.
"Mama inget dong! ke Bandung kan!" Ucap Marsha yang membuat Gracie mendongakkan kepalanya.
"Jadi kan!"
"Jadi dong!!!" Gracie langsung bangkit dari duduk dan loncat loncat di kasur mengganggap itu adalah trampolin.Marsha tersenyum melihat anaknya sungguh bahagia tanpa peran Ayah,mungkin,itu tidak di perlukan.
Tapi,ia yakin,saat ia sudah tumbuh dewasa,ia akan butuh peran Ayah,ia selalu berpikir 'Apakah Gracie akan menjadi Gracie yang sekarang selamanya?'
Tetapi ia selalu ingin yang terbaik untuk Gracie,mungkin,kejadian tujuh tahun lalu,membuat Marsha harus di sini sekarang.
Tetapi,ia harap,saat ia kembali ke Bandung,semuanya tetap sama,tidak perlu ada yang berubah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku kamu dan Keluarga kecil Kita di Bandung
Teen FictionBiarkan luka yang bercerita tentang semuanya yang menyakitkan. From 'Aku kamu dan Bandung' (kadang up sehari satu chapter,tapi kalo lagi kehabisan ide+males nulis,bisa ga up sampe sebulan/berminggu minggu atau berhari hari,jadi di tunggu aja yaa!) ⚠...