Happy reading📖
°°°°°°
Malam harinya, kostan kedatangan bu Dahlia si pemilik rumah.
Bu Dahlia tersenyum, menatap kesembilan anak kost nya itu. Ia juga membawa beberapa macam makanan untuk mereka, membuat mereka merasa senang
"Ibu akan datang minimal seminggu sekali untuk ngecek kostan ini, jadi selama ibu ga kesini kalian tolong jaga dan rawat rumah ini" ucapnya, membuat mereka mengangguk
"Kalau misal ada suatu masalah disini, bisa langsung hubungin ibu, ya, atau bisa langsung datang kerumah yang ada di ujung gang" pesannya
"Oh itu rumah ibu?" tanya Shaquille
Bu Dahlia menggeleng. "Bukan, itu rumah pak rt" jawabnya, membuat Shaquille terdiam
"Lah kita disuruh lapor pak rt kali" bisik Gibran yang diangguki Bagas
"Untuk Alex, sekarang tante angkat kamu menjadi ketua kost. Tolong jaga kerapihan dan kedamaian rumah ini" ucap nya membuat Alex membulatkan matanya
"Lah, itu kan tugas bersama?" protesnya
"Ya, tapi harus ada satu orang yang bisa diandalkan untuk memantau kostan ini" jawabnya, membuat Alex mengangguk
"Yaudah, tante pulang ya" ucap nya lalu berdiri
"Dirumah ada Clarisa, nanti bisa lah kamu mampir. Udah lama kan ga ketemu" ucap Bu Dahlia
Alex menganggukkan kepalanya, "besok sebelum ke caffe aku mampir "
Setelah kepergian bu Dahlia, kostan yang tadinya tenang dan damai berubah menjadi berisik.
Leon berlari mengejar Shaquille yang membawa bantal bergambar Singa miliknya, Zayn yang keluar rumah lalu memetik gitar diiringi suara Bagas yang bernyanyi. Gibran dan Davie yang menyetel sinetron Azab, Alex yang sibuk dengan handphonenya, Husein yang masuk kamar untuk meratapi nasibnya, dan Wayn yang menghela nafas lalu memasuki kamarnya.
Wayn mengunci pintu kamarnya, lalu merebahkan tubuhnya. Ia sedikit malas untuk bergabung dengan mereka, apalagi Leon dan Shaquille yang banyak bicara.
Wayn, sebenarnya bukan tipe orang yang cuek untuk disekitarnya. Terkadang ia hanya malas berbicara sesuatu yang tidak penting. Dengan keluarga nya pun ia tak terlalu dekat. Sehari-hari, ia hanya pergi untuk bekerja, dan pulang untuk tidur di kamar nya. Jarang sekali bersosialisasi dengan orang lain.
Terkadang, ia ingin seperti mereka yang bisa mengungkapkan isi kepalanya, mereka yang bisa bercerita panjang lebar. Namun, ia takut tak didengar. Ia takut di abaikan.
Saat kecil, ia adalah orang yang sangat periang, suka bercerita bahkan terbilang cerewet.
Namun, ketika akan bercerita, orang-orang disekitarnya selalu mengabaikannya, tidak ada yang peduli dengan ucapannya.Pernah suatu hari, ketika ia kelas lima sd, ia begitu excited bercerita mengenai hari-harinya disekolah. Ia bercerita panjang lebar, dengan wajah sumringah
Namun, papa nya sibuk dengan handphonenya, ibunya sibuk mengajak adiknya berbicara, dan kakak pertamnya sibuk menonton tv.
Ia yang awalnya semangat bercerita jadi malas ketika melihat respon mereka yang sangat cuek. Ia sangat ingin seperti teman-temannya yang selalu ditanyakan bagaimana sekolahnya, apa ada pekerjaan rumah? Apa teman-teman mu baik? Ia selalu mendengar teman-temannya bercerita, bahwa setiap pulang sekolah ibu mereka akan menanyakan hal itu, dan Wayn pun ingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Nomor9
Teen FictionBercerita tentang sembilan anak rantau, yang mencoba bertahan hidup dikota yang keras. Berada di satu kost yang sama, membuat mereka harus saling menerima perbedan sifat dan kebiasaan. Cerita ini murni pemikiran ku sendiri, yang terinspirasi dari Xo...