[Rumahku]

0 0 0
                                    

Rasa syukur itu, aku tak akan pernah berhenti mengucapkannya kepada tuhan. atas kembalinya rumahku, atas anugerah Nya menitipkan sebuah insan kecil dalam ragamu, dan atas kehadiran dirimu dalam hidupku..."

✓✓✓

keduanya menempati rumah yang dari awal sudah menjadi milik jovandra dan ibu nya. nilam tak pernah mengajukan protes terhadap suaminya jika itu memang untuk kebaikan keduanya, sebaliknya jovandra pun bersikap demikian.

setiap detik, setiap menit, setiap jam, jovandra tak pernah tak memperhatikan wanitanya, wanita yang selalu menemani jalan hidup jovandra selain mendiang sang ibu.

jovandra tak pernah memberi batasan apapun kepada nilam selagi tak menyangkut hal-hal buruk, begitupun juga sebaliknya.

seperti sekarang, jovandra masih membiarkan istrinya bekerja selama nilam belum mengandung anak mereka. nilam yang ber profesi sebagai dokter spesialis anak itu pun hanya menuruti apa kata suaminya, lagipula semua itu untuk kebaikan dirinya sendiri.

"mas jo, hari ini aku mau bawa mobil sendiri aja, boleh?" nilam bertanya dengat sangat hati-hati kepada jovandra yang masih sibuk mengunyah sarapan miliknya itu

jovandra mengangguk pelan dan menyempatkan untuk menatap sang lawan bicaranya. "its okey, mas hari ini juga harus ke kantor transit di bogor sebentar, sebenernya kalo mas nganter kamu dulu juga ngga masalah, ngga ada yang berat selagi itu menyangkut tentang kamu"

nilam tersenyum, "ngga apa, makasih atas segala perhatian kamu buat aku"

"why? itu udah jadi kewajiban aku sebagai suami kamu, lagi pula kalo bukan buat kamu, buat siapa lagi?" setelah mengatakan itu, jovandra menghela nafasnya, mencoba mengatur nafas yang ia hembuskan karna tiba-tiba saja ia mengingat mendiang sang ibu.

nilam mengusap lembut tangan suaminya, seakan selalu mengerti apa yang sedang dirasakan oleh jovandra

"yang penting kamu hati-hati, mas ngga mau ya ada apa-apa sama kamu"

"iya mas iya, lagian kaya baru sekali aja aku bawa mobil"

"tetep aja, pokoknya kamu harus hati-hati la"

nilam mengangguk sembari tersenyum, "oh iya mas, sebelum ke rumah sakit aku mau mampir ke tempat ibu dulu"

jovandra meletakan alat makannya, membersihkan sisa makanan serta meminum air yang sudah di sediakan oleh mbak sani

"kenapa tiba-tiba?"

"kenapa tiba-tiba?" ulang nilam

jovandra mengangguk, tubuhnya ia condongkan ke arah sang istri guna lebih fokus untuk berbincang dengannya

"iya, kenapa tiba-tiba kamu mau ke tempat ibu sekarang? maksud mas, apa ngga mau bareng aja sama mas ke tempat ibu nya?"

"niatnya aku mau ajak kamu juga, tapi kamu bilang hari ini harus ke bogor kan jadi aku dateng sendiri dulu aja, nanti kalau waktu kamu udah senggang baru kita kesana berdua, lagian aku udah lama ngga ke tempat ibu"

jovandra mengangguk mengerti, "ya sudah nanti mas belikan bunga buat kamu bawa ke tempat ibu" final jovandra

bukan hanya nilam, memang satu tahun belakangan ini jovandra semakin jarang mengunjungi makam sang ibu karna terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

menjadi pemilik salah satu ekspedisi yang sudah punya cabang di beberapa daerah membuat laki-laki jangkung itu semakin disibukan dengan pekerjaannya yang kian hari kian menumpuk.

tak hanya jovandra pula, nilam juga disibukan dengan pekerjaannya yang kini harus piket di beberapa tempat. maka tak heran jika keduanya jarang mendapatkan momen untuk bersama, berbeda dengan dahulu sebelum menikah.

Memeluk Luka [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang