[Pasien Ibu]

0 0 0
                                    

Seperti kesepakatan sebelumnya antara jovandra dan serayu. Serayu yang tak mau menggunakan jasa baby sister untuk membantunya dalam mengasuh geri, namun juga tak ingin meninggalkan profesinya sebagai psikiater.

Kini wanita itu mempunyai izin praktik sendiri di dalam rumahnya. Setelah cuti melahirkannya selesai, serayu sudah mulai bekerja lagi. Meskipun terkadang ada suatu hal yang mengharuskan wanita itu hadir secara fisik di rumah sakit tempatnya bekerja.

Sejauh ini praktik serayu berjalan dengan lancar. Geri selalu antusias ketika ada seorang pasien yang datang ke rumah mereka. Tak jarang para pasien itu menjadi sedikit terhibur akan kehadiran sosok gerriando di sana.

Tapi tak jarang juga serayu akan menyuruh geri untuk bermain di dalam ruangan yang mana sudah jovandra siapkan khusus untuk anaknya bermain (semacam playground). Terutama saat serayu kedatangan seorang pasien yang mengidap mental illnes yang cukup berat.

"Halo, aku mamas" ucap si kecil geri sembari mengulurkan tangannya, ketika melihat seorang remaja perempuan yang duduk di bangku besi yang ada di depan ruangan praktik milik ibunya.

Seorang yang disapa pun tersenyum, meraih tangan geri yang kemudian disambut antusias oleh anak itu.

"Hai, aku melisa"

"Kakak melisa sakit ya? Kok datang ke tempat ibu?"

Melisa hanya mengangguk seadanya.

"Kamu kok tau?"

"Iya. kata ayah, ibu itu doktel jadi pekeljaan ibu itu mengobati olang-olang yang sakit"

Melisa mengusap lembut surai milik geri.

"Kamu kok pinter banget? Udah sekolah?"

"Belum, kata ibu sekolahnya nanti saja kalau sudah umul 4 tahun" jawab geri yang menunjukan 5 jarinya kepada melisa.

Melisa terkekeh, membenarkan jari milik geri menjadi 4 sesuai dengan umurnya.

"Nah baru betul"

"Telima kasih"

"Sama-sama, ngomong-ngomong ibu kamu kemana?"

"Ibu tadi lagi mencali keltas untuk dibawa kesini, kata ibu kakak suluh tunggu sebental"

Setelah geri mengatakan hal itu, serayu muncul dari balik pintu kayu yang menghubungkan antara rumahnya dengan ruangan praktik.

"Itu ibu selayu"

"Hai jagoan" ucap serayu mengusap dagu anaknya

"Maaf ya nunggu lama, tadi ada masalah sedikit"

"Ngga masalah bu"

...


Seperti biasanya, jika serayu mengizinkan geri ikut serta masuk ke dalam ruang kerjanya, geri akan bermain di sebelah ruangan itu yang hanya dibatasi oleh sekat kayu. Tak jarang geri akan menyusul sang ibu meskipun terkadang serayu akan menyuruhnya kembali untuk bermain.

"Apa kabar, melisa. Sudah 3 bulan ini kita ngga ketemu, ya?"

Melisa mengangguk dengan kepala yang tertunduk. Memang benar apa kata serayu, ia sudah melewatkan beberapa kali sesi konsultasi dengan dokternya karna ada suatu hal yang membuat dirinya tak dapat hadir.

"Sepertinya ada banyak yang ingin dibicarakan sama saya?"

Lagi-lagi melisa hanya mengangguk menanggapi pertanyaan serayu.

"Papah saya...papah bunuh mama bu"

Deg

Bagai petir di siang bolong. Pengakuan melisa benar-benar membuat serayu membeku di tempatnya. Seorang remaja yang sudah sejak lama menjadi pasiennya, kini membawa kabar yang begitu mengejutkan bagi serayu. Bahkan wanita itu sempat terdiam beberapa saat karna masih terkejut.

Memeluk Luka [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang