[KEYZA AFREEN AVIDYA]

4 0 0
                                    

Beberapa bulan kemudian... 

20.00

Gibran menginjak pedal gas mobilnya dengan sedikit tergesa. Laki-laki itu langsung meninggalkan pekerjaannya di kantor saar ia mendapatkan pesan dari edrigel dan sang ibu. Reyna kontraksi, dan wanita itu sudah di ruang persalinan saat ini. 

Jantungnya benar-benar berdetak tak karuan. Sebuah perasaan asing yang kini menyelimuti hatinya, membuat gibran sedikit merasakan resah di sana. Jalanan kota jakarta malam ini lumayan padat, membuat laki-laki itu berulang kali menekan klakson mobilnya agar pengendara lain berkenan untuk memberikan sedikit jalan untuknya.

Setelah melihat mobil-mobil di depannya sudah cukup merenggang, gibran langsung menancapkan gas mobilnya lagi, mengambil kesempatan itu dengan cepat. Kaki nya tak bisa diam di bawah sana, jantung yang berdegup semakin cepat membuat gibran sedikit tak nyaman dibuatnya.

Sekitar 20 menit laki-laki itu sudah sampai di sebuah rumah sakit yang alamatnya sudah dikirimkan oleh edrigel di dalam pesan tadi. Setelah memarkirkan mobilnya, laki-laki itu sedikit berlari melewati koridor rumah sakit yang masih lumayan ramai.

Setelah sampai di depan ruang persalinan, gibran bisa melihat ibu dan adiknya, juga ada edrigel di sana. Laki-laki itu juga sama terlihat cemas dengan dirinya sendiri. Gibran berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya yang masih terengah, setelah nafasnya terasa normal kembali, laki-laki itu melanjutkan langkahnya untuk mendekati yang lain.

"Mamas?!" Ucap cleyra saat matanya melihat sang kakak yang sedang berjalan ke arah mereka.

Serayu dan edrigel menoleh ke arah gibran bersamaan, serayu merentangkan tangannya untuk memeluk sang putra. Sudah cukup lama mereka tak bertemu karna gibran cukup sibuk akhir-akhir ini, membuat seorang ibu merindukan anaknya dengan sangat. 

Serayu merengkuh tubuh anaknya erat, mengusap punggung yang masih naik turun itu karna nafasnya belum sepenuhnya kembali normal.

"Yang tenang dulu nak..." Ucap serayu yang langsung di angguki oleh gibran.

Ibu dan anak itu cukup lama saling memeluk satu sama lain, membuat atensi seorang edrigel pramudya teralihkan kepada mereka berdua. Edrigel menatap dalam anak dan ibu yang sedang berpelukan itu, senyum yang di pancarkan oleh edrigel sangat getir, dadanya terasa sesak tiba-tiba yang membuatnya pamit untuk keluar terlebih dahulu.

Entah kapan terakhir kali edrigel merasakan pelukan seorang ibu... Entak kapan terakhir kali edrigel di kecup keningnya oleh seorang ibu... Entah kapan terakhir kali, edrigel berbagi keluh kesahnya dengan seorang ibu... 

Jika gibran punya luka dari seorang ayah, maka edrigel punya luka dari ibunya... 

Saat serayu dan gibran masih saling memeluk sati sama lain, seorang dokter membuka pintu ruang bersalin dari dalam. Dokter itu tersenyum hangat kepada mereka yang menunggu reyna dan kelahiran bayinya di luar ruangan.

"Keluarga ibu reyna?"

"Kami keluarganya dok, dan ini suaminya" Ucap serayu sambil menunjuk gibran yang berdiri di sebelahnya.

Dokter itu mengulurkan tangannya kepada gibran, "selamat atas kelahiran anak bapak. Bayinya perempuan, dan lahir sehat" Jelas dokter itu.

Gibran tersenyum ragu, ia sempat menatap sang ibu yang mana beliau memberi anggukan kepadanya, seakan memberi perintah agar laki-laki itu tetap kuat.

Setelah bayinya di bersihkan, dan reyna sudah di pindahkan ke ruang rawat. Gibran, ibu, dan cleyra masuk ke dalam ruang rawat itu untuk melihat ibu dan bayinya. Tapi langkah gibran berhenti di ambang pintu saat ia menerima sebuah pesan di ponselnya.

Memeluk Luka [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang