[Leukimia]

1 0 0
                                    

Setiap rasa sakit setiap orang memiliki porsinya sendiri masing-masing. Ada yang berjuang untuk sembuh dengan setengah kewarasan yang masih dimiliki, ada pula yang hanya menunggu waktu untuk menyembuhkan luka itu.

Tak jarang sebuah rasa sakit membuat mereka memiliki rasa trauma tersendiri. Entah itu rasa sakit dari sebuah hubungan asmara, rasa sakit yang ditimbulkan oleh sebuah perkataan orang yang kurang baik, ataupun rasa sakit yang disebabkan oleh kematian seseorang yang sangat berharga di hidup mereka.

Perlu di ingat kembali, bahwa semua yang terjadi pada hidupmu hari ini, tak akan pernah mempengaruhi rotasi perputaran dunia dan isinya. Mau menangis darah sekalipun, mau meraung-raung ditempat umum sekalipun, semesta tak akan pernah mau ikut campur dengan rasa duka mu itu.

People come and go itu nyata adanya. Maka dari itu, dont expect to much dalam kehidupan ini. Sejatinya manusia adalah salah satu mahluk hidup yang masih kekurangan dalam rasa syukurnya. Mereka akan terus meminta, saat mereka belum merasa puas dengan apa yang dimiliki saat ini.

***


Hidup dalam rasa sepi adalah salah satu hal yang biasa untuk seorang remaja bernama gibran avicenna. Dua tahun setelah kepergian sang mamas, remaja itu cenderung menjadi seorang anak yang gemar menyendiri.

Bukan tak punya teman, bahkan teman gibran kebih dari sahabat, mereka lebih terlihat seperti keluarga. Tetatpi terpuruk tetaplah terpuruk, hati gibran seakan mati. Jiwanya tak bisa lagi jika harus bertemu dengan fase yang membuat nya bahkan tak bisa mempercayai diri sendiri.

Sudah dua minggu terakhir ini, gibran merasakan ada yang aneh pada tubuhnya. Entah apa itu, tapi ia merasa berbeda dan tak seperti biasanya.

Anak itu sudah rutin meminum vitamin dan obat khusus untuk penderita autoimun yang sudah diresepkan oleh dokter, sudah juga rutin mengecek tensi darah dan yang lainnya. Semuanya normal... Lalu apa yang terjadi pada dirinya? 

Gibran berdiri di depan sebuah cermin yang ada di dalam kamarnya, menatap sekujur tubuhnya yang sedikit berubah. Ada beberapa lebam di sekitar tubuhnya, berat badan yang menurun secara drastis, sering kali ia merasakan nyeri di beberapa sendi-sendi, dan sudah beberapa kali ia mengalami mimisan secara tiba-tiba disertai pusing yang tak tertahankan disana.

Gibran membuang nafasnya kasar, kepalanya menunduk, rasa pusing itu kembali datang dengan darah yang menetes dari hidungnya. Oh tidak, anak itu mulai limbung dan tak bisa menahan diri lagi untuk tak jatuh ke atas lantai.

Gibran sudah tak bisa menahan dirinya lagi, tubuh ringkih itu ambruk. Bertepatan dengan seorang laki-laki jangkung yang sedang membuka pintu kamar milik remaja itu.

"GIBRAN!!!"

laki-laki itu terkejut saat melihat anak bungsu nya sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai kamar itu. Jovandra berlari ke arah anaknya, mengambil kepala gibran dan beberapa kali membangunkan anaknya dengan pelan.

Jovandra semakin panik saat melihat darah yang berceceran di area wajah anaknya, ditambah lagi ia tak mendapatkan respon dari sang anak.

Jovandra segera membopong tubuh gibran, sedikit berlari ke lantai satu dan menuju garasi mobil. Tanpa basa-basi, jovandra langsung menginjak pedal gas itu dan bergegas menuju ke rumah sakit.

Rumah sakit

"Tolong anak saya sus, tolong..." Ucap jovandra sedikit berteriak saat kakinya menginjakan lantai rumah sakit itu.

Dua orang perawat langsung mengarahkan jovandra untuk masuk ke ugd.

"Tolong tunggu di luar dulu ya pak, biarkan dokter memeriksa kondisi pasien dulu" Ucap salah satu pasien itu sebelum masuk ke dalam ruang ugd dan meninggalkan jovandra sendirian di depan ruangan itu.

Memeluk Luka [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang