[Jiwa baru]

0 0 0
                                    

Manusia, adalah salah satu mahluk hidup yang telah diciptakan tuhan dengan wujud yang paling sempurna di muka bumi ini.

Tapi kesempurnaan wujud mereka tak menjamin akan kesempurnaan pula dalam hati serta jiwa yang bernaung di dalam raga itu.

Tentang hati yang terlalu sering berprasangka buruk kepada tuhan mereka...

Tentang rasa yang tak pernah merasakan cukup atas segalanya...

Tentang jiwa yang susah untuk bangkit dari sebuah keterpurukan yang ia ciptakan atas angan-angannya sendiri...

Manusia seakan selalu menutup mata,
Dimana tuhan telah menyehatkan yang sakit,
Mencukupkan yang kurang,
Menguatkan yang rapuh,
Membangkitkan yang jatuh...

Bahkan tuhan sudah memberikan sebuah akal yang sehat untuk para hambanya. Namun tak jarang dari mereka yang selalu menggunakan akal sehat mereka dengan dangkal. 

Mereka hanya meminta yang diinginkan, bukan yang mereka butuhkan...

...


Serayu memandang lekat sebuah benda berwarna putih biru dengan dua garis merah di depannya. Kedua tangannya bertumpu pada wastafel guna menopang tubuhnya yang sedikit bergetar.

Tidak, ini tidak boleh terjadi...

Ia bingung, antara harus bahagia atau harus sedih. Seakan hatinya menolak mentah-mentah kehadiran sebuah janin yang kini tumbuh di dalam rahimnya.

Ingatannya berputar, kembali mengingat kejadian malam itu. Malam dimana jovandra menyentuh tubuhnya, namun laki-laki itu menyebut nama wanita lain di sana.

Dadanya kembali merasakan nyeri

Meskipun ia telah melapangkan jiwanya untuk jovandra, meskipun ia telah rela mengorbankan bagian hidupnya untuk laki-laki itu. Tapi ia tetaplah seorang manusia yang punya rasa takut akan hidupnya di masa mendatang.

Entahlah, pikirannya terlalu kalut jika harus bergelut akan takdirnya sekarang.

Serayu membasuh wajahnya, berharap akan sedikit menghilangkan sebuah rasa keraguan yang ada di dalam sana.

"Ibu...ibu di dalam???"

Serayu tersadar dari pikiran kalutnya ketika mendengar sebuah suara sang buah hati yang memanggilnya dari luar kamar mandi. Ia membuka pintu itu kala ketukan dari luar tak kunjung berhenti.

"Ibu..."

Gerriando langsung memeluk sang ibu ketika sosok itu telah keluar dari dalam sana. Serayu menyamakan tingginya dengan sang anak.

"Mamas sudah pulang? Di jemput ayah atau om jafran?"

"Sama ayah, tapi ayah langsung pergi lagi ke kantor. Katanya om jafran suruh ayah balik ke kantor cepet-cepet"

Serayu mengangguk, mengajak gerriando untuk cuci tangan dan kakinya, berganti baju, lalu makan dan istirahat.

"Mamas mau makan siang sama apa?"

Sang empu yang ditanya berfikir cukup lama. Sebenarnya gerriando bukanlah anak yang pemilih dalam makanan. Tapi serayu selalu menanyakan tentang kehendak anaknya dalam hal ini, kalau-kalau geri ingin makan sesuatu.

"Emmm...terserah ibu saja. Mamas akan makan semua masakan ibu" ucap anak itu dengan sebuah senyuman manis di sana

Selalu seperti ini.

Serayu membalas senyuman itu, sebenarnya ia sudah tau akan jawaban anaknya. Tapi ia akan terus menanyakan itu jikalau geri bosan dengan makanannya.

Serayu memperagakan gerakan anaknya dalam berfikir yang membuat geri tertawa.

Memeluk Luka [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang