2. PHK

35 1 0
                                    

"Tambah gila gue lama - lama kalo gini caranya!" Ucap gadis itu sambil melihat saldo di rekeningnya.

Bagaimana tidak, si Cogil, panggil Dara ke mantan pacarnya, menggunakan akun marketplace miliknya untuk kredit hape keluaran terbaru. Ya walaupun hape itu hadiah untuk Dara sendiri, tapi perlu beberapa kali untuk melunasi hape itu. Karena sudah terlanjur putus sebelum cicilan terakhir, Dara mau tak mau harus melunasinya, tidak mau berurusan lagi dengan Gilang Cogil.

Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul satu siang. Tanda jam istirahat sudah berakhir. Dara memutuskan untuk segera kembali ke kubilkelnya karena saat ini ia sedang berada di panthry untuk mengisi tumblernya.

"Mau pada kemana?" Tanyanya pada salah satu temannya yang meninggalkan kubikel mereka masing - masing.

"Ke ruang rapat, Dar. Kebiasaan lo nggak baca pengumuman di grup!" Jawab Saskia, teman sekantor Dara.

Buru - buru gadis itu membuka hape hasil pinjol mantannya yang gila itu.

Tertera seluruh karyawan diminta untuk ke ruang rapat secara bergantian sesuai divisi karena masalah penting. Entah masalah sepenting apa itu hingga memanggil seluruh karyawan. Termasuk karyawan junior seperti Dara. Ia langsung menyusul teman - temannya.

Ruang rapat tidak cukup menampung seluruh karyawan, jadi para karyawan harus bergantian untuk masuk.

Saat ini giliran divisi Dara masuk ke ruang rapat. Semua hening mendengarkan Pak Surya, pemilik perusahaan penerbitan tempat Dara mencari sesuap nasi ini.

"Dengan berat hati saya ingin menyampaikan bahwa perusahaan kita terancam pailit. Atau bisa dikatakan hampir bangkrut. Akan ada banyak karyawan yang akan saya PHK." ucap Pak Surya dengan mata berkaca - kaca.

"Pak, apa tidak bisa kita berusaha lagi?" Tanya salah satu karyawan senior teman dekat Dara, Bu Berta. Beliau sudah bekerja sejak perusahaan penerbitan kecil ini dibangun oleh mendiang istri Pak Surya.

Pak Surya menggeleng lemah.

"Hanya itu yang dapat saya sampaikan," ucap Pak Surya sebelum mengakhiri rapat super dadakan yang intinya bikin shik shak shock ini.

"Dara, gue makan apa besok," ucap Anne teman satu divisi Dara.

"Gue juga nggak nyangka kalo ini perusahaan bakal bangkrut beneran, gimana nggak bangkrut orang si Pak Surya dari Bu As sakit mulai nggak bener ngejalanin perusahaan ini, buku bagus nggak diterbitin, kebanyakan milih sih tuh aki - aki satu!" Ucap Dara.

Dara tambah lesu setelah melihat namanya ada di daftar karyawan yang diPHK. Sudah Dara tebak sejak tadi karena ia termasuk karyawan junior disini.

Anne, teman Dara, sudah menangis sesegukan di kubikelnya. Maklum, anak rantau. Lulus kuliah langsung merantau ke kota kecil tempat kelahiran Dara ini.

Hari ini, hari terakhir Dara masuk kerja. Hari terakhir ia menempati meja kerjanya. Hari terakhir melihat dispenser panthry kantor yang sangat ingin ia miliki.

"Oke, guys, Pak Sur minta kalian kemasin barang - barang pribadi kalian karena ini hari terakhir kita bekerja," ucap Bu Berta dengan berat hati.

"Yang bener, Bu?" Ucap Eko.

Bapak satu anak itu masih tidak percaya namanya juga tercantum dalam daftar karyawan yang kena PHK.

Bu Berta menganggukan kepala dengan tampang lesu.

Kebetulan, dara masih menyimpan paperbag besar bekas donat yang kemarin ia beli dan bagikan ke teman - temannya. Tidak banyak barang pribadinya.

Matanya terpaku pada sebuah bingkai foto saat ia membuka laci meja kerjanya. Fotonya dengan Gilang saat wisuda S-1 nya. Ya, Gilang dan Dara satu almamater. Banyak kenangan yang mereka lewati sampai tiba di titik ini.

Dara kira ia akan menikah dan memiliki tiga anak yang lucu dengan Gilang. Sesuai bualan cowok itu beberapa tahun yang lalu. Ternyata harus berakhir seperti ini.

Tidak apa, Dara tidak marah dengan garis takdir yang dibuat Tuhan. Mungkin ini cara Tuhan menunjukkan siapa sosok Gilang yang sebenarnya, mungkin ini juga cara Tuhan agar Dara dihindarkan dari kegagalan yang lebih fatal di hari esok.

~
Tbc

Loving My LadylordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang