17. Warm Hug

26 3 2
                                    

Dara belum juga keluar kamar hingga sore menjelang. Sejak siang tadi, Dara langsung pergi ke kamarnya dan meninggalkan belanjaannya di living room.

Khawatir terjadi sesuatu dengan gadis yang beberapa minggu ini mengisi pikirannya, Bian mengetuk pintu kamar Dara.

Tok Tok Tok

"Dara?" Panggil Bian.

Tidak ada suara apapun di dalam.

Bian mengetuknya beberapa kali, hingga pintu terbuka dari dalam. Gadisnya belum berganti pakaian. Masih pakaian yang tadi siang. Ada bekas air mata yang terlihat jelas karena eyeliner serta maskara gadis itu sedikit luntur.

"Maaf, Mas Bi, aku–"

"Sssstt.. i known," Bian merengkuh Dara dalam pelukannya.

Dara tak kuasa menahan rasa sesak di dadanya. Ia belum siap bertemu dengan Gilang. Ditambah Gilang mencelanya, menyangkut pautkan dengan 'yatim-piatu'nya.

Selama ini Dara tidak punya tempat untuk mengeluarkan sisi dirinya yang seperti ini. Cengeng. Di depan teman Dara satu - satunya, Ajeng, Dara adalah sosok yang tegar. Ditinggal oleh keluarganya saat masih remaja bukan hal yang gampang untuk Dara bertahan hidup.

Cukup lama mereka saling berpelukan.

"Saya janji nggak akan tinggalin kamu, Dara," ucap Bian mendalam.

Dara mendongak, menatap Bian bingung.

"Nangisnya udah dulu, gue laper," Bian balik lagi ke setelan awal.

Dara meninju perut Bian hingga merintih kesakitan.

Gadis itu kembali ke dalam kamarnya. Dara mandi dan berganti pakaiannya dengan pakaian rumahannya. Tanktop tali spagetti dan celana tidur. Rambutnya yang masih basah ia gulung didalam handuk.

"Mas Bian ngapain?" Tanya Dara melihat Bian sedang berkutat di depan kompor.

Rupanya pria itu sedang menggoreng telur.

"Bisa masak?" Tanya Dara.

"Kalo cuma kaya gini gue bisa."

"Nasinya di goreng aja ya, Mas," Dara membuka rice cooker.

Nasi yang ia masak pagi tadi masih banyak.

"Lo yang masak ya, gue nggak yakin," ucap Bian setelah mengangkat telur ceploknya yang terakhir.

Dara mulai mencepol rambut panjangnya. Gadis itu dengan lihai memotong bawang putih.

"Ra," panggil Bian.

"Hmm."

"Jangan mendem semuanya sendiri ya?"

Dara menghentikan aktivitasnya.

Bian merebut pelan pisau yang ada di tangan Dara. Tangan pria yang usianya empat tahun diatasnya itu beranjak naik membelai pipi mulusnya.

"Kamu hebat bisa bertahan sejauh ini," ucap Bian tulus, "jangan sungkan mau cerita atau minta bantuan apapun ke saya, Ra."

Cup

Bian mengecup singkat bibir gadis yang ada didepannya ini.

Cup

Kali ini ciuman Bian lebih lama dan lebih dalam.

Jangan lupakan keadaan jantung Dara yang seakan - akan ingin melompat keluar. Bian benar - benar good kisser bagi seorang Dara. Berbeda dengan si cogil yang tidak terlalu lihai, Bian sudah sangat mahir seperti aktor - aktor Korea Selatan yang Dara tonton.

Bian menyudahi ciuman mereka karena Dara tampak sudah kehabisan nafas.

Bian mengangkat tubuh Dara untuk ia dudukkan di meja patry.

"Mas Bian mau apa–"

"Sssttt.."

Bian melanjutkan ciumannya di ronde ke tiga. Lalu perlahan merambat ke cuping telinga, lalu turun ke leher jenjang milik Dara.

"Engh.. Mas Bi!"

Ini bukan pengalaman pertama Dara berciuman, namun mantannya dulu belum pernah mencumbu lehernya seperti yang Bian lakukan sekarang.

"Mas Bi—anhh.."

Krukkkk..

Suara perut Dara sudah tidak dapat dikondisikan. OMG, ini sangat memalukan bagi gadis berusia dua puluh lima tahun itu.

"Laper, hmm?" Bian menghentikan aktivitas mencumbunya.

Dara mengangguk malu.

~~~
Tbc
Kasih bintang🌠 biar gw rajin update.
Jangan lupa komen dibagian yang typo biar bisa gw perbaiki.
Thxxx

Loving My LadylordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang