3. Ibu Kota Panas

30 1 0
                                    

"Mas Biru nggak ngantor?" Tanya Bi Mai, asisten rumah tangga, pada pria dewasa yang sedang menuang susu dalam gelas.

"Nanti, Bi, agak siang," jawab pria yang dipanggil 'Mas Biru' itu.

Namanya Sabian Daru Jaya, Biru itu nama kecilnya. Dan Bi Mai alias Maimunah ini sudah ikut kerja di keluarga Sabian sejak tuan dan nyonyanya menikah.

Biru duduk di kursi panthry, menatap wanita paruh baya yang mengasuhnya seperti anak sendiri sejak ia bayi. Bi Mai sedang menyajikan beberapa lauk untuk sarapan pagi. Dan sudah menjadi kebiasaan Sabian untuk meneguk segelas susu segar di pagi hari sambil melihat Bi Mai memasak.

"Mas Biru!" Panggil Bi Mai.

Yang di panggil mendongak, "anu, Mas, Bibi denger - denger Mas Biru mau tunangan?"

Biru mengernyitkan alisnya.

"Selamat ya, Mas, perasaan Bibi masih gendong - gendong Mas Biru kemaren sore, sekarang udah mau punya istri aja," ucapnya lagi.

"Bibi ada - ada aja," Biru menaruh gelas di wastafel.

"Bibi teh seneng tahu, Mas, Mas Biru akhirnya mau nikah, bentar lagi Bibi bisa gendong anak Mas Biru-"

"Bi Mai, saya belum mau nikah." Ucapnya tegas.

Jika sudah seperti ini, Maimunah tahu bahwa topik ini sangat sensitif untuk Mas Biru-nya itu.

"Mau Bibi bikinin roti bakar pakai keju?" Tanya Mainumah karena tidak enak melihat sang majikan sudah tidak mood di pagi hari karenanya.

"Nggak, Bi, Biru mau ke atas," ucapnya lalu berjalan menuju tangga.

Bi Mai meruntuki ucapannya tadi. Habisnya Maimunah kelewat senang karena anak majikannya yang sudah dianggap seperti anak sendiri akhirnya mau menikah. Ia dengar dari nyonya nya pagi tadi saat akan pergi. Katanya malam nanti ia tidak usah memasak karena satu keluarga ini akan pergi ke rumah calon besan untuk membicarakan pertunangan Biru.

~~

Sabian mengganti pakaiannya menjadi pakaian olahraga. Celana training pendek dan kaos berbahan katun sudah melekat di tubuh kekarnya.

Ia berencana akan jogging sekarang juga. Walaupun sudah cukup kesiangan baginya karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Ia butuh pelampiasan karena Papa dan Mamanya mulai lagi.

Beberapa tahun yang lalu Sabian juga sempat dijodohkan dengan anak kolega bisnis ayahnya tapi Sabian menolak dengan alasan mau merampungkan studi S-2 nya saat itu. Entah alasan apa lagi yang harus ia buat untuk menolak perjodohan kali ini.

Bukan tidak menyukai wanita, tapi ayolah, ia bisa cari sendiri walaupun lama.

"Hallo, Ndrew, lo handle meeting siang ini ya, gue ada acara dadakan!"

Tut

Hape ia masukkan ke tas selempang miliknya.

"Mas nggak sarapan dulu?" Tanya Bi Mai yang sedang beres - beres.

"Nggak, Bi, kesiangan," jawabnya.

Saat sudah sampai di tempat jogging favoritnya Sabian melakukan pemanasan terlebih dahulu, lalu berlari melintasi pinggir lapangan yang sangat luas ini.

Setelah beberapa kali berlari memutari lapangan, Ia berhenti mengatur nafasnya.

"Apa gue kabur aja ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

Ia menjentikkan jari, ide bagus. Ia akan kabur saat ini juga.

Pertama, ia tinggalkan mobilnya ditempat parkir di sport center. Ya, tempat jongging favoritenya ya di sport center yang nggak jauh dari rumahnya ini.

Lalu ia menaiki ojek pangkalan menuju stasiun. Beruntung Sabian masih mendapatkan tiket untuk ke kota J dengan jadwal keberangkatan beberapa menit lagi lewat aplikasi.

Kayanya Tuhan emang ngasih jalan Bian buat kabur dan menghindari perjodohan.

~
Tbc

Loving My LadylordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang