"Mas, aku ke tempat Ajeng dulu ya," pamitnya pada Bian yang masih bergelung dibawah selimut.
Hari ini ia akan menemani Ajeng untuk fitting baju buat acara pertunangan. Mungkin ia akan pulang sore.
Btw, ini udah jam 9 lewat dan Bian masih bergelung di bawah selimut karena ia baru pulang subuh tadi, nonton bola di komplek belakang gedung ini. Nggak heran sih, Bian cukup humble kalau sama orang.
"Mas!" Dara mengguncang tubuh Bian.
"Mas Bian!"
Bian mencekal tangan Dara dan menariknya hingga jatuh ke pelukan Bian.
"Diem, gue ngantuk banget tau!" Ucap Bian dengan nada berat khas bangun tidur.
"Lepasin, nanti berantakan!" Dara meronta dalam pelukan Bian, ditambah ia geli karena di dalam selimut yang Bian pakai ternyata pria berbadan bongsor itu shirtless, guys.
Cup
Bian mengecup dan melumat beberapa detik bibir Dara. Untung lipstik yang dipakai Dara ini trasferproof, kalo enggak bisa belepotan kemana - mana.
Setelah melepaskan ciumannya Bian melepaskan cekalannya di tangan Dara, lalu tidur kembali.
"Sayang!" Panggil Bian.
Dara pikir Bian mengigau.
"Dara!" Panggil Bian lagi.
Dara yang sudah berjalan beberapa langkah berbalik badan.
"Nanti pulangnya aku jemput ya?"
Dara mengangguk.
"Pulang jam berapa?"
"Sorean kayanya."
"Aku izin ngumpul sama anak - anak basket ya!"
Bener - bener ngingau bapak - bapak satu ini, batin Dara. Ngapain coba pakai manggil - manggil sayang, mau ngumpul izin dulu, emang Dara ini nyokapnya apa?
Drrttt..
"Hallo, Jeng."
"Lo dimana sih?"
"Iya ini aku lagi ke lobby, tunggu bentar!"
Tut
Nggak biasanya lobby sepi, mungkin karena hari ini hari kerja makanya penghuni apartemen tidak ada di lobby. Hanya ada seorang pria berumur kisaran empat puluhan yang sedang duduk di lobby.
Mobil Ajeng sudah menunggu ternyata.
"Lama banget!" Omel Ajeng.
"Iya, sorry, bayi gede aku lagi manja banget!"
"What?!" Ajeng kaget, "Bian maksud lo?"
Dara mengangguk.
"Kalian belum ngelakuin yang iya - iya kan?"
"Gila kali!"
"Ya kan, anak zaman sekarang gitu, Ra, kumpul kebo, habis itu ya–"
"Gue nggak kumpul kebo, ege!"
Ajeng cengengesan.
Tibalah mereka di sebuah butik ternama di kota itu. Dari pejabat, konglomerat, hingga orang kaya di kota itu pasti langganan di butik ini.
"Btw, tas lo baru?" Tanya Ajeng setelah turun dari mobil.
Dara mengangguk.
"Dibeliin sama gadun yang mana, Ra?" Tanya Ajeng dengan nada bercanda.
Dara mencubit lengan sahabatnya itu.
By the way, hari ini Dara menggunakan croptop berwarna putih serta jeans berwana biru, karena Bian tidak suka melihatnya berpenampilan terlalu terbuka ia melapisinya dengan cardigan berwarna putih tulang. Jangan lupakan Dior saddle bag yang bertengger manis di bahu kanannya.
Syantikkk dan manjahh khaaaann.
"Bian beneran kaya, Ra?" Tanya Ajeng lagi.
"Nggak tahuuu, Jeeeng," jawab Dara pasrah, "emangnya aku dirjen pajak apa nanya - nanya kekayaan dia?"
"Gila sih, baru beberapa bulan udah dibeliin Dior!" Ucap Ajeng terkagum.
Belum tahu si Ajeng, di rumah masih banyak lagi barang - barang mahal pemberian Bian. Dara saja dibuat geleng - geleng kepala dengan pria satu itu, effortnya, Cok!
Mana si Bian ganteng pakai banget lagi, body wow, lulusan S2, bukan kaleng - kaleng lagi deh menurut Dara.
"Tau si Bian kaya mendingan buat gue, Ra!" Ucap Ajeng.
"Dih, tiga hari lagi tunangan juga, sembarangan!"
Gadis anggun itu cengengesan mendengan jawaban sahabatnya.
Ajeng Oh Ajeng!
~~~
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving My Ladylord
ContoSebatang kara √ Jomblo √ Pengangguran √ Itu yang Dara rasakan saat ini. Kehilangan orang tuanya ketika masih dibangku kuliah, diselingkuhi dan dicampakan sang kekasih, lalu tidak lama ia kena PHK. "nasib gue gini amat," tuturnya pada dirinya sendi...