8. Terpesona

26 4 0
                                    

Sabian sudah sampai di depan sebuah pintu bertuliskan angka empat belas. Gadis yang memimpin perjalanannya tadi menekan beberapa angka untuk membuka pintu itu.

"Silahkan, Mas," ucapnya.

Anggep aja gini ya, guys, tata letak unit milik Dara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggep aja gini ya, guys, tata letak unit milik Dara

"Untuk kamar mandinya, aku cuma punya satu di luar kamar tidur, jadi mohon maaf terpaksa kita pakai barengan," ucap Dara sambil membuka kamar mandinya.

Bian sedikit melihat lihat kamar mandi milik Dara, sangat bersih, dan bau Jasmine Vanila khas wangi Dara.

"Untuk kamarnya Mas Bian bisa pakai yang ini," ucapnya sambil membuka pintu.

Ceklek

"Bed covernya belum aku pasang, Mas, sayang kalo kotor, tapi kamar ini bersih kok, soalnya tiap hari bersihkan," terang Dara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bed covernya belum aku pasang, Mas, sayang kalo kotor, tapi kamar ini bersih kok, soalnya tiap hari bersihkan," terang Dara.

"Gede banget kasurnya!" Celetuk Bian.

"Ya dulunya, sering dipakai nginep Ayah sama Ibu kalau lagi disini."

"Terus sekarang?"

"Mereka udah tenang di surga, Mas," jawab gadis itu sambil tersenyum, ada sorot kerinduan di matanya.

"Sorry– gue nggak tahu kalo lo yatim piatu," ucap Bian tidak enak hati.

"Lebih tepatnya sebatang kara sih, Mas," ucap Dara dengan nada bercanda.

Gila!

Sambil menatap Dara yang membuka lemari mengeluarkan beberapa potong baju, Bian jadi kasihan. Bian tidak menyangka kalau gadis di depannya memiliki kisah kelam.

"Jadi Mas Bian jadi ambil kamarnya?" Tanya Dara.

Bian masih mematung sepersekian detik.

Ctik

"Hello!" Dara menjentikkan jarinya di depan wajah Sabian.

"Mas Bian, are you OK?"

"Oh–, sorry, gue nggak fokus," jawab Bian, "gue jadi ambil kamarnya, tapi boleh gue bersih - bersih badan dulu?"

"Bo–leh, baju - baju Mas Bian ada dimana? Di tempat Bang Arie?"

Mampus!

"Gue nggak bawa apa - apa kesini," cicit Bian.

Dara menatap Bian curiga.

Ia membuka dompetnya dan mengeluarkan kartu identitasnya untuk diberikan pada Dara.

Sabian Daru Jaya, 25 Desember 1995, DKI Jakarta, itulah yang Dara baca dikartu itu.

"Terus tujuan Mas Bian kesini?"

Bian terpaksa menceritakan kronologinya kenapa ia bisa kabur tanpa bekal apa - apa kecuali uang hingga kemari.

"Mas nggak habis bunuh orang kan?" Tanya Dara lagi dengan raut wajah was-was dan curiga.

"Ya ampun, Dara, sumpah demi bokap nyokap lo yang di surga, gue orang bener, astaga–"

"Oke– aku percaya karena Mas temennya Bang Arie," ucapnya final, "silahkan mandi."

"Handuknya?"

Dara memutar bola matanya, orang asing di hadapannya ini agak menjengkelkan. Ia mengambil stok handuk baru di kamar miliknya.

"Thank's!" Ucap Bian sebelum menghilang di balik pintu.

Ting tong

Baru Dara sadari bel unitnya berbunyi beberapa kali.

"Siapa sih?"

Ceklek

"Lama amat buka pintu doang!" Ucap Ajeng sambil mencopot alas kakinya.

Jadi di depan pintu udah Dara sediain sandal rumah gitu buat di dalam.

"Eh, ada tamu?" Tanya Ajeng, "hayo, pantesan lama, habis yang 'iya - iya' kan lo?" Ledeknya.

"Enggak! Apaan sih."

"Sepatu siapa?" Tanya Ajeng mengekor di belakang Dara yang menuju panthry.

"Dar!" Panggilnya karena sahabatnya itu tidak kunjung menyahut.

Ngeeek

Suara khas pintu kamar mandi rumah Dara. Karena pantry dan kamar mandi tidak jauh dan masih bisa dilihat dengan mata, Ajeng dan Dara menengok secara bersamaan.

Byuurr

Ajeng yang saat itu sedang meminum air sontak menyemburkan air itu karena kaget.

Seorang pria, tinggi gagah, dan juga– ganteng pakai banget baru saja keluar dari kamar mandi rumah itu hanya dengan handuk menutupi pinggang ke bawah dan bertelanjang dada baru saja masuk ke kamar yang hendak disewakan oleh Dara.

Ajeng masih tidak yakin dengan apa yang ia lihat barusan.

"Lo hutang penjelasan ke gue!" Ucap Ajeng menggebu - gebu.

~
Tbc

Mingyu as Sabian Daru Jaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mingyu as Sabian Daru Jaya.

Loving My LadylordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang