14. Ngambek

24 4 2
                                    

Setelah ditraktir es krim oleh Bian semalam, Dara dan Bian semakin dekat. Seperti pagi ini, Dara sedang menyiapkan sarapan pesanan Bian semalam. Cowok itu ingin dibuatkan pancake dengan toping madu dan buah strawberry.

Sementara Bian sendiri sudah berada di tempat gym disamping apartemen sejak satu jam lalu. Padahal waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh.

Bian mendaftar sebagai anggota tempat gym beberapa hari yang lalu karena tidak ingin otot - otot yang susah payah ia bentuk hilang karena aktivitasnya berubah. Lagi pula disini ia hanya seorang pengacara, pengangguran banyak acara.

Setelah sarapan ia kadang ketempat Arie, sekedar membantu mengedit foto atau ikut ngejob sesekali sebagai fotografer lepas. Cowok itu pun sudah membeli satu unit kamera profesional, lebih bagus dari yang Arie punya. Beli kamera udah kaya beli gorengan.

Dimalam hari, setelah makan malam Bian juga sering bermain basket di lapangan bekalang apartemen dengan anak - anak yang Dara yakini usianya jauh dibawah Bian.

"Kok belum pulang sih jam segini?" Tanya Dara pada dirinya sendiri.

Biasanya jam segini Bian sudah nangkring di kursi meja makan sambil melihat Dara menyiapkan sarapan.

Dara memutuskan untuk menelpon cowok yang sebulan ini tinggal dengannya.

Tutt

Tut

Sial.

Dara mendengar suara handphone yang ia yakini milik Sabian tertinggal di sofa. Tadi sebelum berangkat Bian memang memakai sepatunya sambil duduk di sofa itu.

Dara mengambil jaket lalu turun ke lantai bawah mencari Bian ke tempat gym.

"Cari siapa, Dek?" Tanya satpam tempat gym itu.

Dara bergidik ngeri melihat ukuran tubuh sang satpam, besar, hitam, kekar. Eh

"A– anu, Pak– "

Satpam mengernyit, "anu apa?"

"Saya– engh, cari suami saya."

Goblok. Kenapa suami, Daraaaaaa?

"Siapa namanya?"

"Sabian."

Satpam melihat buku pengunjung.

"Orangnya belum ke sini, Dek."

"Yaudah, makasih, Pak."

Dara bergegas pergi dari tempat itu karena ngeri dengan satpamnya.

"Mas Bian kemana sih?" Ucapnya bermonolog.

Dug

Dug

Bola basket terpantul rendah di dekatnya.

Dara mengambil bola itu, seorang cowok yang Dara yakini usianya dibawah Dara datang.

"Maaf, Mbak. Bolane–"

Dara gelagapan langsung memberikan bola itu ke cowok tinggi lumayan kurus itu.

Dara mengekor di belakang pemuda itu menuju lapangan basket. Ternyata benar dugaan Dara, Bian ada disana.

 Dara berkacak pinggang di pinggir lapangan menunggu Bian peka atakehadirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dara berkacak pinggang di pinggir lapangan menunggu Bian peka atakehadirannya. Eh

Terlalu lama karena Bian tengah asyik bermain basket. Dara menghentakkan kedua kakinya di tanah khas cewek saat ngambek.

"Woiyy!! Cewek siapa tuh ngambek?!" Teriak salah satu pemuda yang ikut bermain.

Diantara beberapa cowok yang ada disana hanya Bian yang terlihat mencolok karena ukuran tubuhnya yang bongsor dan kulitnya yang lumayan putih.

Bian menyadari keberadaan Dara langsung kepinggir lapangan untuk menghampiri gadis yang belakangan ini ia puja - puja itu.

"Kenapa ke sini?" Tanya Bian.

"Kenapa?" Tanya Dara balik, "nggak usah makan sekalian!" Ucapnya marah.

Mampus.

"Bini lu, Bang?" Tanya seseorang yang menghampiri Bian setelah Dara pergi pulang.

"Iye, balik duluan gue," jawab Bian.

Sesampainya di rumah, Bian tidak menemukan Dara di dapur maupun di meja makan. Padahal hidangan di atas meja makan masih utuh belum tersentuh. Ada pancake dengan toping strawberry.

Tunggu, jangan - jangan Dara marah karena–

Sial! Bisa - bisanya Bian lupa. Pantas Dara marah. Mungkin gadis itu akan tambah marah setelah tahu Bian sudah sarapan nasi pecel dengan anak - anak basket tadi.

~~
Tbc
Aku butuh atensi dari kalian biar tambah semangat nulis guys:(((

Loving My LadylordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang