Setelah kejadian Dara marah dengan Bian kemarin itu, Dara jadi tidak enak dengan Bian. Memangnya Dara siapa? Apa dia berhak marah hanya karena Bian lupa sudah request menu sarapan tapi malah sarapan di luar?
"Mas Bian," panggil Dara.
Bian menoleh, menghentikan aktivitas cuci piringnya. Seharian ini gadis itu menghindari Bian, tadi saat sarapan pun Dara tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Maaf," ucap gadis bertubuh mungil itu pada Bian.
Bian menautkan kedua alisnya.
"Maaf udah marah - marah tadi pagi, Mas Bi," ucap Dara.
"Wajar kok kalo lo marah," ucap Bian seraya melanjutkan pekerjaannya yang hampir selesai, "gue juga minta maaf."
Dara mengangguk.
"Sebagai permintaan maaf gue, gimana kalo lo gue traktir belanja apa aja yang lo suka?"
"Beneran, Mas?"
Bian mengangguk bangga.
"Lo ada kerjaan?"
Dara menggeleng, "tapi nanti uang Mas Bian habis–"
"Ssssstt, udah nggak usah lo pikirin, sekarang buruan siap - siap, kita ke mall sekarang."
"O.K, wait!"
Dara buru - buru memasuki kamarnya. Bingung harus memakai baju yang mana karena ini kencan kedua mereka. Ini kencan kan?
Ia putuskan untuk memakai rok dengan motif floral yang didominasi warna ungu dan croptop berwarna hitam lengan panjang yang sudah lama tidak ia pakai.
"Gendutan nih kayanya," ucap Dara bermonolog.
Agar tampak lebih segar Dara mengaplikasikan beberapa make up di wajahnya, tak lupa ia oleskan liptin berwarna pink di tahap terakhir.
Ia keluar membawa tote bag yang lama menjadi temannya beberapa tahun ini. Model lama, tapi timeless.
"Mas aku udah siap ya!" Teriaknya.
Bian nampaknya masih bersiap di dalam kamarnya.
Menurut Dara sendiri, Bian cukup fashionable sebagai seorang pria.
"Ayo!"
Mereka mengendarai sepeda motor milik Dara.
Bian mengehentikan motornya di cafe milik Ajeng.
"Kok kesini?" Tanya Dara.
"Second breakfast dulu," jawab Bian disertai senyum tengilnya.
Cafe bergaya indrustial ini cukup ramai karena posisinya berada di tengah kota.
Kebetulan sang empunya cafe ada disana tengah melayani pembeli.
"Mbak, mau lava floatnya satu ya!" Ucap Dara dengan nada candaan.
"Pagi - pagi tumben udah sampe sini!"
"Tuh!" Tunjuknya dengan dagu pada Bian yang sudah duduk luar cafe.
Cafe ini ada area outdoornya juga.
"Ngedate nih!" Ledek Ajeng.
Dara mengedikkan bahunya.
Ajeng segera melayani pesanan Dara, Bian hanya memesan espresso, Dara tambahkan pancake durian ke dalam menu yang ia pesan.
"Aku ke Mas Bian dulu ya," pamitnya pada Ajeng.
Gadis itu berjalan ke meja Bian.
"Habis ini kemana?" Tanya Dara.
"Nggak sabar banget nih, kayanya," jawab Bian dengan nada bercanda.
Pesanan mereka datang diantar langsung oleh Ajeng.
"Ada yang ngedate nih!" Ucapnya mengejek, "udah jadian?"
"Apaan sih, Jeng!" Ucap Dara mencubit pinggang sahabatnya itu.
Setelah cukup lama ngobrol ngalor ngidul dengan sahabat Dara yang mulutnya seperti biang gosip itu
Bian mengajak Dara untuk pindah ke tujuan mereka berikutnya karena semakin siang akan semakin panas."Gue lupa!" Ucap Ajeng tiba - tiba, "kalian tunggu sini bentar, oke?!"
Ajeng langsung ngibrit lari ke dalam office, ruangan yang dirancang khusus untuknya.
Gadis itu datang dengan sebuah undangan berwarna biru.
"Kalian harus dateng!" Ucapnya setelah memberikan undangan itu pada Dara.
Disana tertulis undangan pertunangan dan ulang tahun Ajeng dan Gema. Entah siapa si Gema - Gema ini.
"Tunangan??!" Ucap Dara spontan karena sahabatnya belum cerita apapun dengannya.
"Ya gimana lagi–"
"Ini Gema kakak tingkat kita?!" Tanya Dara menggebu - gebu.
Ajeng mengangguk.
"Yang bokapnya anggota DPR itu?"
Ajeng mengangguk lagi.
"Yassalam–" Dara memukul jidatnya pelan.
Dulu zaman maba Gema ini naksir Ajeng habis - habisan. Sampai bucin parahlah pokoknya. Tapi Ajeng biasa aja karena Gema dulu bukan Gema yang sekarang. Kalau dulu Gema kurus kerempeng bin cupu, sekarang Gema udah berubah delapan puluh derajat, tinggi gagah dan cool. Gimana si Ajeng nggak kepincut?
"Kamu yakin, Jeng?" Tanya Dara lagi.
"Yakinlah, Bu, kalo nggak yakin ngapain gue mau - mau aja tunangan sama itu orang!"
"Tapi kan—"
"Daripada gue sama aki - aki, ya mending gue sama Gema!"
~~~
Tbc
Vote dan komen biar aku semangat nulisnya^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving My Ladylord
Short StorySebatang kara √ Jomblo √ Pengangguran √ Itu yang Dara rasakan saat ini. Kehilangan orang tuanya ketika masih dibangku kuliah, diselingkuhi dan dicampakan sang kekasih, lalu tidak lama ia kena PHK. "nasib gue gini amat," tuturnya pada dirinya sendi...