4. Kabur

207 9 0
                                    

Andrew Bangsat Calling..

Begitu tulisan yang terters di handphone milik Bian. Ia muak, pasti sabahat sekaligus asistennya itu akan murka karena ia membatalkan kehadirannya hanya lewat voice note.

Sudah panggilan ke sepuluh, Bian masih cuek mengahadapi gawainya yang berdering tak karuan sejak tadi.

Karena malu ditatap oleh orang - orang terpaksa ia mengangkat telepon dari Andrew.

"Ya, Ndrew, kenapa?"

"Gila lo! Batalin dateng dadakan!" Ucap Andrew di seberang sana, "balik ke kantor nggak?!"

"Ya elah, tinggal ngadepin klien satu, udah ye, gue lagi di jalan, bye!"

Tut!

"Sabian anjeeeeeng!" Teriak Andrew setelah panggilannya diputuskan sepihak oleh Sabian.

Kerap kali ia harus menghandle klien sendiri karena hal - hal seperti ini. Apa lagi kalau Sabian sedang 'ngambek' dengan orang tuanya. Ya elah bang, ngambek mulu kek perawan.

Andrew terima dengan lapang dada. Demi cicilan rumah dan mobilnya ia ikhlas.

Benjamin Andrew adalah teman seangkatan ketika SMA hingga kuliah Bian, sekaligus sahabat karibnya. Orang tua Bian sudah menganggap Andrew seperti anak sendiri karena pria berkacamata itu sudah yatim piatu sejak usia sepuluh tahun. Andrew bisa menuntaskan studinya hingga S-1 berkat yayasan milik Orang tua Bian.

Tapi walaupun begitu, Bian tetap rendah hati dan tidak menganggap Andrew seperti bawahannya. Ya walaupun Bian suka semena - mena seperti saat ini. Tiba - tiba melimpahkan tugasnya pada Andrew.

Balik lagi ke Bian ye, readers..

Ia menonaktifkan handphonenya lalu berjalan menaiki kereta karena keretanya sudah sampai. Tubuhnya yang lelah setelah ia gunakan untuk berjogging ria tidak kuasa menahan kantuk.

Butuh waktu 7 - 8 jam untuk sampai ke kota J. Bian terbangun setelah tiga jam tertidur pulas. Gerbong yang ia naiki sudah agak ramai karena sudah berhenti di beberapa stasiun.

Bian sedikit kurang nyaman dengan pakaian yang ia pakai. Tanpa jaket, tanpa celana panjang. Apalagi tadi ia tidak sempat mandi di stasiun. Masa ia dia harus mandi di kereta?

Salah sendiri kaga mandi, Bang.

Perut tiba - tiba berasa keroncongan karena sejak pagi hanya ia isi dengan susu dan air. Untung saja Bian sudah melakukan penarikan tunai besar - besaran tadi. Uang cash dua puluh lima juta sudah berada di dalam ransel kecilnya. Di tambah uang dua ratus juta yang ia gelapkan ke rekening milik Andrew yang kartu debitnya berada di tangannya saat ini, ia yakin akan hidup aman dan nyaman beberapa bulan.

Eh? Emangnya dia mau kabur berbulan - bulan?

Kebetulan gerbong restorasi ada di gerbong belakang yang Sabian tempati. Ia memesan nasi goreng parahyangan dan segelas es teh premium. Di tambah memesan beberapa snack untuk ia makan diperjalanan nanti.

Mungkin Bian akan tinggal beberapa bulan untuk menghindari rencana perjodohan orang tuanya itu. Bian lelah dijodoh - jodohkan terus menerus. Beberapa bulan yang lalu Bian juga dijodohkan dengan gadis lain. Saat diminta untuk bertemu Bian kabur dengan dalih perjalanan bisnis ke Jepang. Sekarang Mamanya mulai lagi, Bian sudah kehabisan alasan untuk menolak. Apa lagi kata Bi Mai keluarga langsung datang untuk merencanakan pertunangan. Tidak Bisa. Bian tidak terima.

Alasan Bian belum menikah hingga saat ini bukan karena tidak laku. Ayolah, tampang Bian nggak beda jauh dari artis k-pop idola kalian. Ditambah badannya yang bongsor dan kekar bak Mingyu Seventeen tidak akan ada wanita yang menolak walaupun cuma one night stand dengan Bian. Tapi Sabian Daru Jaya bukan tipe pria seperti itu. Takut ada penyakit yang ikut, bok..

~
Tbc

Loving My LadylordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang