Bagi kebanyakan orang, mereka mengenal George Esedi sebagai pembalap F1 untuk tim Mercedes-AMG Petronas yang telah menjadi world champion lima kali berturut-turut dan sekarang berada dalam peringkat nomor satu di dunia.
Bagi Thalia Escara, George Esedi hanya seorang pria bodoh bermata cokelat muda dengan anting emas yang selalu ia kenakan di salah satu cuping telinganya. George Esedi begitu bodoh, pria itu tidak bisa membaca buku matematika yang Thalia bawa ketika kali pertama mereka bertemu dan mengucapkan oblate spheroid theorem menjadi ob-la-di-ob-la-da-hemorrhoid theorem.
George Esedi sama sekali tidak bisa membedakan teori matematika yang dibuat oleh Hilbert dan Cohn-Vossen mengenai rotasi elips melalui axis minornya dengan pendarahan di anus.
Pria itu sangat bodoh di mata Thalia Escara, ia sangat yakin George Esedi tidak bisa mengulangi alfabet dasar atau menghitung sampai angka sepuluh.
Bagi kebanyakan pria dan wanita, George Esedi adalah sosok dengan karisma yang sangat besar. Setiap orang yang bertemu dengan George akan berhenti di tempat mereka dan mengagumi pria dengan tinggi lebih dari dua meter dan berbadan atletis itu. Di setiap penggalangan dana atau acara sosial, pria itu akan terlihat sangat mencolok dan mendominasi. George tidak menemukan kesulitan sama sekali untuk berbasa-basi dan memikat hati lawan bicaranya. Tidak sedikit yang jatuh cinta kepada seorang George Esedi. Tidak sedikit wanita yang dibawa pulang pria itu setiap malam.
Bagi Thalia Escara, George Esedi hanya pria bertubuh kurus—karena dibandingkan ayahnya Reginald Escara, mantan quarterback New England Patriots, pria bodoh itu terlalu ramping dan kurus. Tentu saja Thalia pernah melihat abs pria itu yang ditutupi oleh bulu-bulu hitam halus yang membuatnya jijik. George bertelanjang dada di depannya bagaikan monyet hutan yang perlu dikembalikan ke hutan dan bagi Thalia, pria itu tidak memiliki karisma sama sekali. Zero charisma—she told herself so often.
Bagi kebanyakan media, mereka yang memberitakan siapa George Esedi akan mengatakan kalau pria itu adalah gambaran dari kesempurnaan.
Ayahnya, Elliot Esedi, Presiden Paperchase Co., perusahaan yang memiliki pertandingan Formula One, adalah pria yang sangat berpengaruh dan salah satu terkaya di dunia. Ibunya, Chloe Wu, yang sekarang adalah istri keempat Gioncarlo Musoretti, CEO dan team principal Ferrari, adalah sosialita ternama yang kabarnya memiliki koleksi emerald terbesar dan terbanyak, mengalahi keluarga Beriani di India. Sementara itu ibu tiri George, Forest Shahbat, adalah ratu Adjara Shida yang sangat berpengaruh dan telah memajukan negaranya menjadi salah satu negara paling maju di Eropa.
Ditambah kakek pria itu—Patrick Goran Esedi adalah mantan menteri pertahanan dan perang Rusia yang telah membantu Leopold Romanov, Tsar Rusia, untuk mempertahankan negaranya selama berperang dengan Yuri Romanov. Bibi George, Leonor Esedi telah lama juga menikah dan menjadi tsarina setelah menikah dengan sang tsar.
Intinya, George Esedi memiliki keluarga yang sangat berpengaruh.
Namun bagi Thalia Escara, keluarga pria itu tidak mengesankan.
Bagi Thalia Escara, melihat beberapa pamannya memenangkan Super Bowl dan mencetak sejarah seperti ayahnya sangat mengesankan. Keluarganya adalah keluarga atlet yang bermain dalam bidang football dan bagi Thalia, Formula One bukan olahraga. Menyetir mobil dengan cepat dan berputar-putar selama beberapa ronde sama sekali bukan olahraga, katanya kepada ayahnya ketika ia sangat marah dirinya dipaksa menikah dengan George Esedi. Tidak mengesankan Papà, aku sama sekali tidak terkesan dengan pria yang berpikir ia dapat menyetir lebih cepat dari semua orang. Kalau ia ingin mati, lebih baik ia mati dengan cara lain dan tidak menghabiskan belasan juta dolar mengendara mobil yang akhirnya akan ia tabrak.
George Esedi pernah mengatakan kepada Thalia dengan sombong kalau satu mobil F1 yang ia kendarai memiliki harga lebih dari tujuh belas dolar untuk dibuat. Thalia berpura-pura tidak mendengar pria itu, tapi ia mengingat setiap kata-katanya karena ia memiliki eidetic memory seperti pamanya, Ares Escara.
Hari ini di tengah Circuit de Monaco yang notabene dikatakan sebagai sirkuit paling prestis dan crown jewel bagi pertandingan F1, Thalia Minette Escara berjalan dengan gaun satin pendek berwarna merah yang memperlihatkan kaki jenjangnya dan punggungnya yang terbuka. Ia berjalan dengan sepatu hak tinggi setinggi dua belas sentimeter menuju pit stop tim Mercedes dan melewati orang-orang yang menatapnya. Ia mengibaskan rambutnya yang bergelombang tebal berwarna hitam yang ia sangat banggakan karena Scott Bennett—ibunya—memiliki rambut yang sama sepertinya. Thalia berjalan dengan percaya diri ia memastikan kacamata hitam yang ia kenakan tetap berada dalam posisinya ketika ia mendekat.
Ia melihat beberapa orang yang mengelilingi mobil biru dengan logo Mercedes seharga belasan juta dolar itu dan ketika ia mendekat, ia berhenti tepat di depan kap mobil. Pengendara mobil itu yang memakai helm dengan logo timnya sama sekali belum menyadari kehadirannya berserta dengan kru yang terdiri dari race engineers, manajer strategi dan analis pertandingan.
Thalia yangmemegang spray paint berwarna merah dengan cepat menuliskan lima hurufdi mobil mahal itu, menutupi angka dua dan logo tim. Ia hanya perlu menunduk cukup dan menuliskan lima huruf yang terdiri dari 'F U C K U' dan ketika selesai semua orang tercengang menatapnya. Pengendara mobil yang berada di kursi pengemudi berdiri dan membuka helmnya. "What the fuck?" tanya pengendara mobil itu dan Thalia Escara membelalakkan matanya.
Charles Allaire, pengemudi lain tim Mercedes menatap Thalia dengan bingung dan sebaliknya Thalia melakukan hal yang sama. Charles dan Thalia saling mengerutkan dahi untuk dua hal yang berbeda. Charles tidak mengerti kenapa wanita itu melakukan vandalisme di mobilnya sementara Thalia sekarang bertanya-tanya kemana pria bodoh bersama George Esedi dan kenapa pria itu berada di mobilnya.
Sampai Thalia menyadari kalau ia salah mobil.
Mobil pria bodoh itu berada disamping mobil Charles. George Esedi yang melihat semua yang baru saja dilakukan Thalia berdiri dari mobilnya yang terparkir dan sekarang tidak berwarna merah dengan tulisan 'F U C K U', lalu ia bertepuk tangan. George membuka helmnya dan tertawa puas, "Wow, freak."
"Who the fuck is she, George?" tanya Charles kepada sesama pengendara mobil untuk Mercedes dan juga anggota timnya.
George Esedi melangkah keluar dari mobilnya dengan santai dan berjalan mendekat kepada Thalia. Ia memastikan kalau wanita itu harus mendongak ketika menatapnya dan bertanya kepada Thalia, "Do you want me to tell them who you are, Tea Pot?"
"Namaku Thalia."
"Oh, Tea Pot, your cheeks are so red, you look like about to boil right here, right now."
"Mobilmu bukan nomor dua?" tanya Thalia dengan bingung.
"I'm number one, Tea Pot. You should do some research next time you want to vandalize my car. I'm always number one."
Charles Allaire menatap George yang berbicara dengan Thalia dan dengan tidak sabar bertanya, "George, siapa wanita gila ini?"
George Esedi menatap Charles dan mengembuskan napasnya sebelum menjawabnya, "She's my wife, Charles."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLAMENTE | SIMPLY ONLY YOU
Romans© 2024, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ADULT (25+). VIEWERS DISCRETION ADVISED. THIS WORK HAS FOLLOWED THE WATTPAD GUIDELINES FOR MATURE RATING. ========================================================= This work is protecte...