36. Berita & Hukuman Bolos

232 11 0
                                    

Keringat senantiasa bercucuran di dahi tak menghentikan langkah kaki Gerald yang terus berlari kencang bagai orang linglung, tak mempedulikan teguran dari banyak orang lalu lalang yang tak sengaja ditabraknya. Jantungnya berdebar, dalam larinya mengucapkan ribuan doa dalam hati berharap masih ada kesempatan.

Sesampainya di tujuan, Gerald membulatkan mata melihat mobil Alphard yang menampung 4 orang di dalamnya yang berada jauh di depannya sudah dihidupkan. Hatinya mencelos saat kaca mobil terbuka diiringi munculnya kepala dari gadis cantik yang terduduk di kursi kedua, matanya tidak melihat kearahnya dan justru melihat ke depan. Raut wajahnya tidak bahagia bahkan terlihat cukup sembab, dia ... Menangis? Apakah dia juga sebenarnya tidak ingin pergi?

Tanpa aba-aba, mobil itu langsung melaju cepat meninggalkan area rumah membuat Gerald terbelalak, kakinya kembali berlari mengejar mobil sambil meneriakkan nama, "MILEAAA!"

Gerald terus-menerus meneriakkan nama itu dan dengan sekuat tenaga berlari mengejarnya, tapi kandas, mobil tersebut semakin cepat melaju kemudian perlahan menghilang dari pandangannya. Tubuh Gerald terasa lemas, tangannya terkepal erat menahan lututnya sendiri agar tidak terduduk lemah di pinggir jalan.

Milea meninggalkannya, tepat di hari kelulusan mereka.

•••

Hawa dingin menyelimuti tubuh Arina, kedua tangannya saling tergenggam dan sesekali meniupnya sendiri agar mendapat sedikit kehangatan. Entah sudah keberapa kali dia melihat ke arah pintu, menunggu kehadiran putranya yang menghilang entah ke mana. Langit biru perlahan terganti dengan awan gelap, hatinya sangat cemas memikirkan Gerald.

Tok..tok..tok

Mendengar pintu diketuk pelan sebanyak 3 kali, Arina langsung tersenyum lega dan bergegas menghampiri. Begitu tangannya membuka pintu, senyuman di wajahnya perlahan luntur melihat putranya pulang dengan keadaan kacau. Tatapan kosong dan terlihat menahan air mata membuat Arina langsung memeluk Gerald seraya menariknya masuk ke dalam rumah.

Arina langsung melayangkan banyak pertanyaan dengan penuh khawatir kepada Gerald sembari menangkup pipi anak laki-laki itu. "Bilang sama Bunda, kamu kenapa?! Kamu kenapa, Ger?!" Tanyanya lagi sedikit kesal, dia benar-benar sangat khawatir karena Gerald tidak menjawabnya.

Bak anak kecil yang kehilangan mainannya, tangisan Gerald langsung pecah bersamaan dengan kepalanya yang terbenam di ceruk leher Ibundanya, punggungnya bergetar dan tangisannya semakin keras terdengar. Arina semakin memeluknya erat, sangat erat, membiarkan putranya menangis sepuasnya di pelukan hangatnya.

"Milea, Nda ..." Gerald akhirnya mulai berbicara, suaranya parau bahkan saking sesaknya rasa di dada sampai membuatnya seakan tidak bisa melanjutkan perkataannya lagi.

Mendengar nama 'Milea', hati Arina langsung mencelos, apa yang sudah terjadi kepada Milea hingga membuat Gerald menangis kencang seperti ini? "Milea kenapa?!"

Dan saat Arina sudah mengetahui jawabannya, mata wanita itu terbelalak syok dan tubuhnya ikut lemas, tapi tetap berusaha berdiri karena Gerald semakin menangis setelah bercerita. Kenapa tiba-tiba? Kenapa Nadya tidak memberitahunya? Dan bagaimana dengan perjanjian mereka?

Hati Milea bagai tergores belati mendengarkan cerita Gerald saat kepergiannya secara tiba-tiba dahulu, menyadarkannya bahwa ternyata Gerald benar-benar begitu mencintainya sampai sedalam itu bahkan dari umur mereka masih kecil. Milea bisa memahaminya, memahami perasaan Gerald kala itu karena dia sendiri juga merasakan hal yang sama. Sangat berat rasanya Milea dulu untuk meninggalkan kota kelahirannya terlebih lagi meninggalkan teman-temannya.

LACONIC (Revisi Baru Sampe Bab 6!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang