Mela merosotkan bahu lesu, terduduk di lantai kamar dengan menutup wajah penuh sendu.
Genggamannya pada handphone makin mencekram, nafasnya cukup menggebu mendapatkan informasi dari Hazel yang masih belum membantu. Sedih dan kesal terkumpul menjadi satu.
Tanpa ragu Mela memukul-mukul kepalanya sendiri cukup keras, berusaha mengingat-ingat.
"Bodoh, bodoh, bodoh! Inget-inget, Mela, inget-inget!"
Mustahil. Sekeras apapun usaha untuk mengingat, ia benar-benar tak ingat.
Mela memeluk kedua lutut dan menenggelamkan kepalanya disana. Terdiam tengah bertarung dengan pikirannya sendiri.
Ia harus bagaimana? Apa yang harus dilakukan?
Hingga sampai beberapa menit lamanya digunakan untuk berfikir, Mela mengangkat kepalanya seperti semula.
Tak ada gunanya hanya diam mencoba mengingat seperti ini, cara yang lain harus dilaksanakan.
Cara utama yang dapat membantu, hanya satu.
•••
Tatapan nanar menjalar ke seluruh tubuh Mela dengan jantung berpacu kencang, langkah kakinya dihentikan secara perlahan seraya mengangkat kepala, memandangi tempat familiar dihadapannya.
Susah payah gadis itu menelan saliva, mencoba menenangkan kedua tangan gemetarnya.
Bohong jika Mela bilang tak menyadari pandangan orang-orang lalu lalang yang melewatinya, kebanyakan mereka adalah para perempuan. Berbagai tatapan sinis, bisikan berupa cibiran, dan banyaknya komentar negatif yang menyerangnya sebab datang kemari dengan penampilan seperti ini. Lebih lagi, Mela hanya diam mengamati seperti patung.
Kacamata hitam sebagai penyamaran menutupi mata indahnya usai dikeluarkan dari saku jaket yang melekat di tubuhnya. Perlahan, Mela mulai melangkahkan kaki memasuki wilayah penuh rasa kebebasan tersebut.
Tetap tenang, dan segera selesaikan. Kalimat itulah yang berulang kali Mela sebut dalam hati. Berkali-kali juga tubuhnya dengan lincah menghindar penuh rasa jijik, tak segan murka jika ada laki-laki yang berancang-ancang akan menyentuhnya.
Sama seperti diluar tadi, komentar negatif dari banyak orang tentangnya tak sedikitpun dihiraukan. Sebab kedatangannya kemari, bukan seperti para wanita yang menari tanpa rasa malu dengan gaun terang super seksi disekelilingnya.
Seseorang yang terduduk di kursi menyunggingkan senyum smirk mengamati setiap pergerakan Mela dari kejauhan, sesekali meneguk wine.
Gadis itu kira tak akan ada yang bisa mengenalinya hanya dengan memakai kacamata hitam? Lucu sekali.
Ia tersentak dan langsung memalingkan muka saat gadis yang sedang diamati tersebut tiba-tiba menoleh ke arahnya.
Mela mengernyit bingung, tak sedikitpun mengalihkan pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LACONIC (Revisi Baru Sampe Bab 6!)
Teen Fiction[story 1] TAHAP REVISI (PART AWAL) BACA ULANG BIAR NYAMBUNG. Dijodohkan dan menikah dengan orang yang kita sukai pastinya impian semua orang kan? Gerald telah berhasil menjadi salah satu dari orang beruntung itu yang berhasil hidup bersama dengan M...